16 September 2001

492. Le Corsaire Noir

Demi keotentikan, sebagai pertanggung-jawaban kepada Allah SWT, dalam kolom ini setiap ayat Al Quran ditransliterasikan huruf demi huruf. Bila pembaca merasa "terusik" dengan transliterasi ini, tolong dilampaui, langsung ke cara membacanya saja.

Kita patut menyatakan turut berduka-cita atas jatuhnya korban, baik di Amerika maupun di Palestina. Kita patut lebih berdukacita karena pemerintah Amerika Serikat sama sekali tidak pernah merasa turut berduka-cita atas terbantainya 5000 warga Palestina oleh Israel dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Kita patut sangat berduka-cita lagi karena pemerintah Amerika Serikat justru mendukung teroris Israel dengan membelanya dalam Konferensi HAM dan Anti Rasisme yang diadakan di Afrika Selatan baru-baru ini.

Penduduk dunia dewasa ini diarahkan dan digiring kedalam perangkap opini bahwa seolah-olah mereka yang melakukan teror melalui penghancur-leburan dua gedung pencakar langit World Trade Center di New York dan Gedung pertahanan Pentagon di Washington serta peledakan mobil yang berisi bom di depan gedung kementrian luar ngeri, Kamis, tanggal 11 September 2001 adalah “terorist” muslim dan bahwa Osama Bin Laden adalah otak dari tindakan teror tersebut!

Mampukah Osama Bin Laden memimpin langsung organisasi yang sedemikian rapi dan hebat serta sangat rahasia tidak dapat dicium oleh CIA-nya Amerika dan Mossad-nya Israel, menghasilkan kinerja dengan timing yang tepat serta perhitungan arah yang akurat, bahkan didalam kekuasaan pemerintah federal Amerika, sehingga mampu menluluh lantakkan secara spektakuler dua gedung pencakar langit yang menjadi jantung “perdagangan dunia” dan “pertahanan polisi dunia” itu???

Demikian pula, mampukah orang-orang muslim dari Afghanistan ataupun pejuang-pejuang muslim dari Palestina menjalankan operasi penghancuran simbol kapitalisme dunia dan simbol super-power dunia di kandangnya super power itu sendiri dengan cara yang spektakuler? Kalau demikian, siapakah gerangan otak dan pelaksana yang sangat tinggi kinerjanya itu?

Masih ingatkah pembaca bagaimana Timothy McVeigh, 33 tahun, yang memiliki sikap kebencian pada pemerintah federal, pukul 09.00, 19 April 1995, menghancur-leburkan gedung federal (gedung Alfred P. Murrah) di jantung kota Oklahoma yang menewaskan 168 jiwa, dan telah dihukum mati dengan disuntik lethal pada tanggal 11 Juni 2001, yaitu tepat 3 bulan yang lalu sejak luluh-lantaknya WTC dan luluhnya pentagon? Dan sebelumnya McVeigh terhendus, siapa yang dituduh di jadikan kambing hitam?

Maka kesimpulan sementara yang paling punya kemampuan untuk menjalankan operasi peluluh-lantakan itu adalah orang-orang warga Amerika sediri yang merasa anti kepada segala bentuk kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah federal Amerika, dan tentu saja mereka itu semua adalah bukan muslim.

***

Saya masih teringat sayup-sayup sebuah film yang berjudul Le Corsaire Noir (diucapkan: le kokhsaikhe noakh, seperti “r”-nya orang Langkat, atau “r”-nya Rizal Ramli). Film itu pernah saya tonton sekitar 50 tahun lalu. Si Bajak Laut hitam ini, demikian dalam cerita, sangat menyusahkan negeri-negeri di Eropa, terutama Inggris yang menganggap dirinya “Penguasa Laut”, ruler of the waves. Karena sudah terkenal (berucht) di kalangan negeri-negeri Eropa, maka asal ada pembajakan baik di lalut, maupun pada pemukiman-pemukiman di pesisir, serta-merta jemari selalu ditujukan kepada Le Corsaire Noir, walaupun yang membajak itu bajak laut yang lain.

Seperti cerita-cerita dalam sinetron kita, cerita ini diisi bumbu-bumbu “perselingkuhan”. Si Bajak Laut hitam ini berselingkuh dengan “Lady”, isteri seorang bangsawan pemilik sebuah “castle”. Ada dialog yang saya masih ingat, yang ada persamaannya dengan “terrorist” dewasa ini. “Mengapa kau jadi perompak,” tanya si Lady dalam suatu perjumpaan asmara di tempat rahasia. “Oh,” sahut Le Corsaire Noir, “kapal ini adalah kerajaanku. Orang mengatakan pangkat saya kapten, tetapi sebenarnya menurut saya sendiri, saya adalah raja dalam kerajaanku itu”, sambil ia menunjuk ke kapalnya yang sedang berlindung di sebuah teluk. “Saya menentukan kerajaan mana yang menjadi sahabat dan kerajaan mana yang menjadi musuhku,” ujar Le Corsaire Noir lebih lanjut. “Dan,” tambahnya pula, “kerajaan yang menjadi saya punya musuh bebuyutan (aarst vijand) adalah Kerajaan Inggris. Celakanya, dalam cerita itu Kerajaan Inggris tidak pernah berhasil melacak Le Corsaire Noir. Film itu ditutup dengan menyerahkannya kepada penonton. Terjadi pembajakan di pelabuhan Inggris Portsmouth, suatu pelabuhan kapal-kapal perang Inggris, yang sangat dibanggakan oleh Kerajaan Inggris pada waktu itu. Mengapa saya katakan diserahkan kepada penonton? Karena film itu ditutup dengan mengundang pertanyaan: “Apakah Le Corsaire Noir yang melabrak Portsmouth, ataukah bajak laut yang lain?”

***

Biarkanlah Amerika dan sekutunya berprasangka, Le Corsaire Noir itu Osama bin Laden. Namun ummat Islam janganlah pula ikut-ikutan berprasangka buruk terhadap Osama bin Laden. Firman Allah:
-- WLA TQF LA LYS LK BH ‘ALM AN ALSM’A WALBSHR WAFWaAD KL AWLaK KAN ‘ANH MSaWLA (S. ASRY, 36), dibaca: wa la- taqfu ma- laysa laka bihi- ‘ilman inna alsm’a walbshr walfua-da kullu ula-ika ka-na ‘anhu mas.u-la- (s. isra-), artinya: janganlah engkau memperturutkan apa yang tidak ada pengetahuan engkau tentang halnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hasil pemikiran, masing-masinga akan dipertanggung-jawabkan (di Hari Pengadilan kelak). WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 16 September 2001