13 Januari 2002

507. Kissinger Dibelakang Pemboman 11 September 2001 dan Afghanistan yang Tegar serta Ramah

Allah SWT berfirman: WAQYMWA ALWZN BALQSTH WLA TKHSRWA ALMYZAN (S. AL RHMN, 9), dibaca: wa aqi-mul wazna bilqisthi wala- tuhsirul mi-za-n (s. arrahma-n), artinya: dan tegakkanlah keseimbangan dengan adil (yang terbit dari nurani kamu) dan janganlah kurangi timbangan (55:9). Mizan, yaitu mengenai apa saja yang imbang. Dapat bermakna keseimbangan alam, dapat pula bermakna keseimbangan kejiwaan, dapat juga bermakna keseimbangan penilaian, keseimbangan pemberitaan, bahkan dapat bermakna suatu alat menimbang disebut timbangan. Sajian di bawah ini bertujuan untuk menyeimbangkan pemberitaan media barat yang tidak seimbang.

***
Mike Robert (49 tahun), kelahiran Washington yang memperoleh cum laude di bidang ilmu politik dari Universitas California, mantan kepala kepolisian wilayah Los Angeles, berhasil mengungkapkan tentang keterlibatan pemerintah Amerika dalam serangan 11 September tahun lalu atas gedung kembar WTC. Dalam sebuah ceramahnya di aula kampus universitas wilayah Portland yang diselenggarakan oleh majallah kampus "Re chard", Robert menyampaikan beberapa dokumen yang terkait dengan pemboman 11 September dan pasca pemboman itu sendiri. Ia memaparkan beberapa bukti yang cukup menggemparkan publik bahwa insiden "Selasa Hitam" itu telah digodok dan atas sepengetahuan Washington sendiri dan Henri Kissinger, mantan Menlu AS adalah dalang dari pemboman itu.

Dalam ceramahnya itu, yang memakan waktu satu setangah jam dan dihadiri oleh ribuan orang dari wilayah Asia Tengah, Robert menjelaskan dengan gamblang bahwa perang di Afghanistan sudah dirancang sekitar empat tahun yang lalu. Dan ia menjelaskan pula bagaimana Kissinger, mantan Menlu AS itu, adalah otak dari semua rencana itu. Dengan argumennya, ia menegaskan bahwa Amerika Serikat dan Inggris telah menyebarkan pasukan besarnya ke wilayah tersebut sebelum terjadinya pemboman di New York dan Washington. Pemerintah Amerika sendiri telah memerintahkan kepada FBI untuk menghentikan pelacakan. Robert menampilkan 40 foto dan dokumen yang meyakinkan keterlibatan pemerintah Amerika dalam peristiwa pemboman itu. Sampai-sampai saat presentasinya itu yang menampilkan data-data dan beberapa saksi mata peristiwa 11 September, hadirin sangat antusias sekali bahkan ada yang menangis.

Robert juga menegaskan bahwa di sana ada perhatian khusus dengan proyek pipa yang sudah disepakati baru-baru ini, dengan tujuan mengalirkan minyak dan gas dari republik-republik Asia Tengah ke wilayah Pakistan untuk dieksport ke Jepang dan China. Di ujung ceramahnya, Robert menyampaikan sebuah analisa tentang dampak serangan 11 September terhadap kehidupan masyarakat Amerika dan beberapa keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika cq Menteri Kehakiman John Eshcruphat yang membatalkan secara de facto tiga amandemen proyek undang-undang hak asasi manusia dan sebagian lainnya di buang. Ia juga menyampaikan beberapa bukti dan dokumen Kongres yang mendukung tudingannya bahwa pemerintah Amerika berencana merampas dana jaminan masyarakat.
[Sumber Majalah Al Quds Al Muqaddasiyah (01/01/2002), melalui Keluarga Islam Britania Raya dan Sekitarnya (KIBAR), Forum Silaturahmi warga Muslim Indonesia di UK].

***
Selama ini, Thaliban dan Afghanistan sering dicitrakan buruk oleh media barat. Sebagian besar citra itu ternyata pelintiran. Media barat sering menulis dengan memfitnah Thaliban, misalnya Thaliban dicitrakan sebagai kelompok yang keras dan represif. Namun data lapangan berbeda 180 derajat terhadap opini yang difitnahkan media barat. Thaliban adalah Muslim yang ramah. Gambaran jelasnya antara lain ada pada sosok Abdul Salam Zaeef, Duta Besar Taliban untuk Pakistan (yang sudah ditangkap pemerintah Pakistan). Zaeef jauh dari kesan keras. Pria berjenggot lebat ini sangat tawadhu', shaleh, dan ramah. Juga dari foto Usamah bin Laadin tampak sorot matanya teduh dan sejuk, tidak seperti fundamentalis teroris Bush yang memancarkan sorot mata yang licik (sluw).

Penguasa Taliban tidak kejam seperti yang difitnahkan oleh media barat. Di Kabul maupun Jalalabad (sebelum dibom fundamentalis terrorist Bush), tidak ada tentara yang menenteng-nenteng senjata lalu main sweeping. Yang dibawa cuma handy talkie (HT) untuk berkomunikasi dengan kesatuannya. Dengan alat itu, kalau datang musuh, mereka dapat melawan dengan serempak dan dari berbagai lini.

Penindasan terhadap perempuan pun tidak terbukti. Pakaian burqa yang oleh barat dianggap simbol penindasan, mestinya harus dilihat dalam konteks budaya. Ini memang pakaian asli Afghanistan. Artinya, itu bukan hasil kebijakan yang dimaksudkan untuk menindas. Yang tidak suka memakai cuma sebagian kecil, terutama mereka yang tinggal di wilayah bekas Uni Soviet. Di Pakistan pun banyak kaum hawa mengenakan burqa, mengapa ini tidak diekspos sebagai simbol penindasan oleh media barat?
Beberapa rumah sakit di Kabul dan Jalalabad mempekerjakan dokter perempuan Afghan yang rata-rata masih muda. Artinya, mereka belum lama menyelesaikan pendidikan. Ini merupakan bukti bahwa mereka bisa mengenyam pendidikan tinggi. Kalau tidak, mana mungkin bisa jadi dokter? Fakultas kedokteran, sebuah perguruan tinggi di Jalalabad (sebelum dibom fundamentalis terrorist Bush), malahan menyelenggarakan kuliah gratis.

Dalam masa pemerintahannya yang stabil selama 5 tahun, Thaliban mulai membangun prasarana jalan, jaringan listrik, telepon, sekolah, rumah sakit, sampai kawasan industri. Di Jalalabad, berdiri pabrik minyak goreng yang cukup besar. Perkebunan anggur, delima, jagung, gandum, hasilnya menggembirakan. Pengolahannya sudah melibatkan alat-alat modern, sudah pakai traktor. Kebun opium dimusnahkan.

Ketika pasukan Aliansi Utara mendekati Kabul dan Kandahar, Thaliban menyingkir, padahal sebenarnya bisa saja terus bertempur. Ini merupakan langkah yang manusiawi demi menghindari korban sipil. Justru setelah Kabul dan Kandahar dikuasai Aliansi Utara, banyak terjadi perkosaan dan pembantaian kejam. WaLlahu a’lamu bishshawab.
[Sumber: www.hidayatullah.com]

*** Makassar, 13 Januari 2002