14 April 2002

520. Palestina vs Amerika Serikat + Israel

Sejak tahun 60-an Amerika Serikat (AS) telah menjadi "godfather" Israel dan telah memperlengkapi Israel dengan senjata dan memberikan dukungan politik dalam hal percaturan antar-bangsa yang memungkinkan Israel meneruskan kekejamannya terhadap orang Palestina. AS memandang Israel sebagai pangkalan tenteranya untuk menjaga kepentingan mereka di rantau itu terutama sekali sumber minyak tanah Arab yang amat penting bagi perekonomian AS. Demikianlah AS menjadikan Israel "Amerika kecil" di Asia Barat. (Kalau kita katakan Timur Tengah, berarti kepala terpisah dari badan, kepala di AS, kaki di Indonesia).

Penjajahan Israel terhadap negara Palestina nampaknya akan berterusan, sekalipun kelihatannya godfathernya tersebut sudah ikut "menghimbau" supaya pasukan Israel di tarik mundur dari bumi Palestina, walaupun sebelumnya, ditimba dari pidato George Bush sendiri sesungguhnya AS membiarkan kekerasan Ariel Sharon, bahkan menuding Yasser Arafat sebagai bertanggungjawab atas persengketaan yang sedang memuncak.

Mengapa AS yang menjadi godfather Israel itu tidak mampu untuk menekan Israel agar menarik pasukannya dari bumi Palestina? Ini disebabkan oleh pengaruh lobi orang Yahudi. Walaupun mereka itu adalah kelompok minoritas di AS, namun orang Yahudi telah berhasil menguasai hampir semua bidang, yaitu ekonomi, perbankan, perniagaan, sosial, pendidikan, politik dan pertahanan negara itu. Pengaruh orang Yahudi sampai-sampai kepada cara orang Amerika berfikir, dan perbahasan intelek mereka. Pada hakekatnya politik pemerintahan AS sejak Perang Dunia Kedua adalah sebagai "Zionist Occupation Government". Lobi Yahudi sungguh berhasil menghunjam ke dalam Institusi Presiden AS . Tak seorang juapun presiden yang luput dari cengkeraman lobi Yahudi, sebab tanpa sokongan dana Yahudi tidak ada seorang juapun dari warga negara AS akan mampu berhasil menduduki Gedung Putih.

Walaupun George Bush berpangkalan di Texas, pengaruh Yahudi terhadap institusi presiden dapat dinilai dari bilangan menteri dan penasihat berdarah Yahudi yang bertugas dalam kabinet George Bush.

Ari Fleischer, Jurubicara White House, selain dari seorang yang amat berpengaruh di kalangan masyarakat Yahudi di AS, ia mempunyai pula kewarga-negaraan Israel. Ia adalah penyokong kuat kepentingan zionis Israel. Jurubicara White House adalah satu institusi yang amat penting dan berpengaruh, karena mewakili Presiden AS dalam menjelaskan dasar kebijakan politik Gedung Putih. Bukan itu saja, institusi jurubicara ini juga berwenang menjawab wawancara wartawan tanpa perlu rujuk kepada Presiden.

Richard Perle yang selain dari Foreign Policy Advisor, juga menjadi Pentagon's Defense Policy Board dari Bush. Perle melantik konco-konconya yang keturunan Yahudi menjadi pembantu-pembantunya termasuk James Schlesinger, yang dikenal sebagai seorang Yahudi ultra yang tidak pernah berhenti menghasut pemimpin tentera Amerika untuk melancarkan serangan bom ke atas Iraq. Pada 1970-an Perle pernah dipecat dari jawatannya, karena membocorkan rahasia National Security Agency (NSA) kepada Duta Israel di Washington. Perle pernah juga bekerja untuk sebuah badan persenjataan Israel bernama Soltam. Patut dicatat Soltam membuat meriam kaliber 155 mm yang mampu menembak sasaran sejauh 41 kilometer yang juga digunakan oleh angkatan bersenjata Singapura.

Paul Wolfowitz, seorang Yahudi yang mempunyai pandangan ultra dan ekstremis terhadap orang Palestina, menjabat Deputy Defense Secretary dalam kabinet Bush. Wolfowitz juga mempunyai hubungan rapat dengan angkatan bersenjata Israel.

Douglas Feith yang menjabat Under Secretary of Defense, juga penasihat kepada Pentagon. Feith ini adalah seorang ultra Yahudi yang menjalin hubungan rapat dengan Zionist Organization of America, yang tugasnya ialah membantah segala bentuk usaha damai dengan Palestina dan juga menyerang orang Yahudi yang menganjurkan perdamaian dengan Palestina. Feith juga menjadi penasihat industri persenjataan Israel yang ingin mendapat kontrak menjual senjata kepada tentera AS.

Oleh sebab itu state terorism Israel harus dilawan dengan pedang bermata dua, perang dan diplomasi. Perang dengan metode bom-syahid dan tekanan diplomatik terhadap Bush supaya "berani" dengan tegas menyuruh pasukan Israel keluar dari bumi Palestina. Tekanan diplomatik atas Bush itu melalui segala jalur, Dewan Keamanan, Opec, Oki, Asean dll. Bom syahid yang sangat ditakuti Israel itu akan lebih efektif lagi jika SHAFA KANHM BNYN MRSHWSH, dibaca: shaffan ka.annahum bunya-num marshu-sh, artinya: (secara) berbaris-baris laksana tembok yang bersusun-rapat (61:4). WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 14 April 2002