Boediono beberapa pekan lalu pernah berkeluh kesah menyatakan sangat bersedih, karena ia telah berbuat baik untuk Negara ini, namun dihujat dari segala penjuru. Dalam Al-Quran termaktub golongan seperti Boediono ini, merasa berbuat baik tetapi sebenarnya berbuat sebaliknya, namun mereka itu tidak menyadarinya.
Firman Allah:
-- WADzA QYL LHM LA TFSDWA FY ALARDh QALWA ANMA NhN MShLhWN . ALA ANHM HM ALMFSDWN WLKN LA YSy'ARWN (S. ALBQRt, 2:11,12), dibaca:
-- waidza- qi-la lahum la- tufsidu- fil ardhi qa-lu- innama- nahnu mushlihu-n . ala- innahum humul mufsidu-na wala-kil la- yasy'uru-n, artinya:
-- Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di bumi. mereka menjawab: Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan . Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
Lalu apa relevansinya judul di atas itu dengan keluh-kesah Boediono tersebut? Judul tsb adalah sampiran dari pantun dua bait. Lengkapnya pantun itu spb:
Lain Bangkahulu, lain Semarang
Lain dahulu, lain sekarang
Jadi relevansinya adalah pandangan Boediono itu lain dahulu lain sekarang. Adapun yang Bangkahulu dari pandangan Boediono itu diungkapkan oleh konco-konconya dari Universitas Gajah Mada:
VIVAnews - Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) menolak berbagai tudingan neoliberal yang dialamatkan kepada Boediono sebagai calon wakil presiden RI.
"Boediono justru penyebar gagasan Sistem Ekonomi Pancasila," ujar Sekretaris Umum Pengurus Pusat Kagama, Hamid Dipopramono dalam siaran pers yang diterima VIVAnews di Jakarta, Selasa malam, 2 Juni 2009.
Dia menjelaskan Boediono bersama Mubyarto telah dikenal sebagai ekonom yang menerbitkan buku Ekonomi Pancasila pada 1981. Dalam buku tersebut Boediono menyebarkan gagasan Sistem Ekonomi Pancasila yang jauh dari neoliberal dan jauh dari orientasi kepentingan asing. Bersama Mubyarto, Boediono memang menterjemahkan kelima Pancasila dalam agenda ekonomi seperti apa yang layak diterapkan di negeri ini. Itu mencakup soal etika ekonomi dan bisnis, sistem ekonomi yang berkeadilan, penguasaan negara atas sumber daya alam, serta kebijakan ekonomi untuk mendukung kesejahteraan rakyat. "Mereka memperkenalkan dan mempopulerkan sistem ekonomi yang pas dan khas bagi Indonesia, yakni Sistem Ekonomi Pancasila," katanya.
Kalau dalam hal Bangkahulu dikemukakan pembelaan Sekretaris Umum Pengurus Pusat Kagama, Hamid Dipopramono, maka yang berikut ini dalam hal Semarang, dikemukakan pendapat dua orang pentolan ekonom yang menuding Budiono sebagai penganut Neolib.
Jakarta, GhaboNews - Mantan Menko Perekonomian era pemerintahan Megawati, Kwik Kian Gie, menantang Boediono, cawapres Susilo Bambang Yudhoyono, untuk berdebat mengenai neoliberalisme dan praktiknya di Indonesia selama ini untuk membuktikan kemana komitmen ekonomi Boediono yang sebenarnya.
"Saya menantang Boediono dan mafia Berkeley lainnya untuk berdebat soal ini (neoliberalisme) karena saya yakin sekali bahwa Boediono berada pada posisi yang membenci adanya peran negara atas pasar," ujarnya saat berdiskusi dalam acara "Ekonomi Kemandirian vs Ekonomi Neoliberal" di Jakarta, Jumat (22/5).
Menurut Kwik, dirinya mempunyai banyak bukti bahwa mantan Menko Perekonomian dan Gubernur BI di era Yudhoyono itu sangat pro pada pasar bebas dan menolak adanya intervensi negara dalam bentuk apapun.
Karenanya, ia menambahkan, dirinya sangat tidak percaya apabila Boediono mengatakan perlu adanya peran negara untuk mengatur pasar dan Indonesia harus terbebas dari intervensi IMF maupun bank Dunia. Ditegaskannya bahwa penunjukkan Boediono sebagai cawapres Yudhoyono semakin membuktikan bahwa pemerintahan saat ini dan mendatang, apabila SBY-Boediono terpilih, masih jauh dari kemandirian ekonomi.
Jakarta, Okezone–Meski dibantah habis-habisan, kalangan ekonom tetap melihat Boediono adalah penganut paham neoliberal. Pasalnya, tindakan Boediono dalam mengeluarkan paket kebijakan ekonomi mencerminkan apa yang dicetuskan dalam Washington Consensus. Ekonom Hendri Saparini dari Econit mengatakan, Boediono berpaham neoliberal setidaknya ada beberapa hal menguatkan tudingan itu.
"Yang pertama disiplin anggaran. Kalau ada masalah ekonomi selalu yang dipangkas uang subsidi," ungkap Hendri saat menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk 'JK-Win untuk Indonesia Adil dan Sejahtera: Ekonomi Kemandirian vs Ekonomi Neoliberal' di Jakarta, Jumat (22/5/2009). Selanjutnya, peran pemerintah dalam pengendalian angaran pendidikan berkurang. Adanya kebijakan anggran liberalisasi seperti munculnya UU Migas, UU Penamanam Modal dan UU Badan Hukum Pendidikan.
"Dalam pidato, SBY mengatakan akan menekan inflasi dan ukuran stabilitas makro. Itu hanya akan menguntungkan kelompok kapital," ujar Hendri. Dia menambahkan, seperti di sektor perdagangan, pemerintah memberi stimulus hanya untuk kalangan investor, bukan kepada peternaknya. "Inilah kebijakan yang neoliberal," pungkas Heri.
***
Alhasil, dari fakta yang dikemukakan kedua pentolan ekonom tsb, pandangan Boediono telah memenuhi kiteria Neolib spb:
1. THE RULE OF THE MARKET. Liberating "free" enterprise or private enterprise from any bonds imposed by the government (the state) no matter how much social damage this causes. Greater openness to international trade and investment, no more price controls. "an unregulated market is the best way to increase economic growth"
2. CUTTING PUBLIC EXPENDITURE FOR SOCIAL SERVICES like education and health care.
3. PRIVATIZATION. Sell state-owned enterprises, goods and services to private investors. This includes banks, key industries, railroads, toll highways, electricity, schools, hospitals and even fresh water.
Maka nyata benar bedanya, visi Boediono dan apa yang telah dilakukannya berdasarkan visinya itu ternyata: Lain Bangkahulu Lain Semarang. WaLlahu a'lamu bisshawab.
***
Makassar, 28 Juni 2009
28 Juni 2009
[+/-] |
880. Lain Bangkahulu Lain Semarang |
21 Juni 2009
[+/-] |
879. Apa Adanya Tanpa Apologi, Hindarkan Kerbau Punya Susu Sapi Punya Nama |
Firman Allah:
-- WALSARQ WALSARQt FAQTh'AWA AYDYHMA JZAa BMA KSBA NKLA MN ALLH WALLH 'AZYZ hKYM (S.ALMAaDt, 5:38), dibaca:
-- wassa-riqu wassa-riqatu faqtha'u- aidiyahuma- jaza-a bima- kasaba- naka-lam minalla-hi walla-hu 'azi-zun haki-m, artinya:
-- Dan orang lelaki yang mencuri dan orang perempuan yang mencuri maka (sanksinya) potonglah tangan mereka sebagai satu balasan dengan sebab apa yang mereka telah usahakan, (juga sebagai) suatu hukuman pencegah dari Allah. dan (ingatlah) Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.
Sanksi potong tangan sangat perlu untuk disosialisasikan, diungkap dan dipublikasikan secara apa adanya tanpa apologi. Sanksi potong tangan itu sangat efektif untuk memberantas korupsi kelas kakap yang triliunan rupiah. Tentu saja kriteria korupsi kelas kakap itu perlu dijabarkan ke dalam fiqh konpemporer. Sanksi rajam itu sangat efektif untuk melawan penyebaran HIV/AIDS. Sanksi rajam itu perlu diapreasi apa adanya, karena sangat efektif untuk memberantas perselingkuhan yang banyak membuyarkan kehidupan rumah tangga. Kententeraman kehidupan rumah tangga adalah salah satu bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Kalau dalam syari'at Isa, bahkan sanksi potong kaki juga.Yesus memerintahkan potong tangan dan kaki bagi pencuri.
[Matius 18:8]
Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal.
Jadi sekali lagi ditekankan terimalah apa adanya sanksi potong tangan bagi koruptor kelas kakap untuk dijadikan hukum positif dalam Negara Republik Indonesia.
***
Berbicara apa adanya itupun perlu dalam kontek untuk menghindarkan seperti apa yang tersebut dalam Bidal Melayu lama: Kerbau Punya Susu Sapi Punya Nama. Hatta Radjasa, yang ketua tim sukses SBY-Boediono tentang Penyelesaian GAM di Aceh secara damai berucap secara normatif/formalistik, tidak secara apa adanya, bahwa pedamaian di Aceh, Perdamaian Helsinki itu merupakan hasil dari proses panjang yang dilalui sebelumnya. Perdamaian Helsinki itu akhirnya berujung pada keluarnya UU Aceh. UU Aceh itu bisa masuk dan dibahas di DPR itu melalui amanat Presiden melalui para menterinya. "Kampanye' Hatta Radjasa dengan "kampanyenya" itu berupa kebohongan publik, mengelabui rakyat. Tidak benar Perdamaian Helsinki itu akhirnya berujung pada keluarnya UU Aceh. Mengapa itu dusta? Perdamaian Helsinki itu terjadi setelah UU Aceh, jadi keluarnya UU Aceh itu itu bukan ujung, bukan pada zamannya SBY. Tanggal 15 Agustus 2005, draft Memorandum of Understanding (MoU) ditandatangani di Helsinki. Sejak 27 Januari 2005 dimulailah perundingan informal antara NKRI dengan GAM sampai lima babak yang diakhiri pada tanggal 17 Juli 2005 di Helsinki. Pada hari itu telah diparaf draft MoU oleh ketua Juru Runding RI dan Ketua Juru Runding GAM. Pada hal jauh sebelumnya Perdamaian Helsinki yang ditanda tangani pada anggal 15 Agustus 2005 terebut, UU Nanggroe Aceh Darussalam telah disahkan dalam Sidang Paripurna DPR yang dipimpin oleh Wakil Ketua DPR-RI Soetardjo Surjoguritno, pada hari Kamis, 19 Juli 2001. Itu namanya Hatta Radjasa membuat manipulasi Kerbau Punya Susu Sapi Punya Nama.
Informasi apa adanya ini saya pungut dari: kompas.com
Dalam kampanye dialogis di hadapan sekitar 1.000 pendukung dan kader Partai Golkar di gedung Sarana Kebudayaan Anjung Monmata di Jalan SA Mahmudsyah, Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sabtu (13/6), tanpa menyebut dan juga menyebut "presiden" atau "pemimpin" saja, Kalla menceritakan dengan gamblang tentang peranan Presiden SBY. Meskipun tanpa menyebut nama, publik bisa mengetahui siapa yang dimaksud oleh Kalla. Saat Kalla memaparkan tanpa menyebut nama, tetapi hanya menyebut "pemimpin" dan "presiden", Kalla menggambarkan penolakan presiden untuk menandatangani setiap masalah yang dirundingkan dalam perdamaian damai, seperti soal pendirian partai lokal.
"Coba periksa, tidak ada tanda tangan siapa pun kecuali tanda tangan saya di dalam perjanjian perdamaian Helsinki itu. Saya pernah minta untuk ditandatangani soal pendirian partai lokal, akan tetapi presiden tidak mau. Akhirnya, saya yang menandatangani dengan segala risiko setelah 10 kali membacakan Surat Yasin bersama istri saya," ungkapnya.
Kemudian, Kalla juga menyatakan soal presiden yang disebutnya hanya manggut-manggut saat dilapori soal perkembangan perundingan damai Aceh. "Semua yang saya lakukan terkait perundingan damai Aceh itu, sepengetahuan Presiden. Dan, itu saya laporkan. Waktu saya laporkan, beliau biasanya manggut-manggut. Pemimpin itu cukup mengangguk-angguk saja. Presiden kita bagus karena tidak pernah menolak, meskipun juga tidak pernah memberikan pengarahan (soal perundingan)," ungkap Kalla.
Kalla selanjutnya juga menceritakan peranan SBY di kala pemberlakuan Darurat Sipil di Aceh. Sebaliknya, ia juga seperti mengklarifikasi siapa yang menandatangani Darurat Sipil di Aceh pada waktu itu. "Bukan kami (yang keluarkan). Kami waktu itu Menko Kesra. Ada teman saya yang meneken darurat sipil waktu itu. Kalau Pak Wiranto (pasangannya sebagai cawapres), justru yang mencabut Daerah Operasi Militer (DOM), dan minta maaf atas Aceh," lanjut Kalla.
Pada bagian lain, Kalla juga menyinggung tentang hadiah nobel yang diharapkan seseorang terkait dengan perundingan damai di Aceh. "Hadiah yang tertinggi dari perundingan damai itu adalah yang datang dari Allah SWT. Bukan nobel. Tidak tahu, kalau ada orang yang mengharapkan hadiah nobel itu," demikian dikatakan Kalla.
'Ala kulli hal, hampir-hampir saja SBY mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian dalam kontek penyelesaian damai dengan GAM. Ya, hamipir-hampir saja Kerbau Punya Susu Sapi Punya Nama. WaLlahu a'lamu bisshawab.
***
Makassar, 21 Juni 2009
14 Juni 2009
[+/-] |
878. Hati-hati curhat di internet, Semut Melawan Gajah |
Firman Allah:
-- hTY ADzA ATWA 'ALY WAD ALNML QALT NMLt YAYHA ALNML ADKhLWA MSKNKM ….. FTBSM DhAhK MN QWLHA (S.ALNML, 27:18,19), dibaca:
-- hatta- idza- ataw 'ala- wa-din namli qa-lat namlatun ya-ayyuhan namlud khulu- masa-kinakum ….. fatabassama dha-hikam min qawliha-, artinya:
-- hingga apabila mereka sampai ke Lembah "Semut", berkatalah "seekor semut": Wahai "semut", masuklah ke pemukiman kamu, ….. maka tersenyumlah (Sulaiman) mendengar ucapan "semut" itu.
Terjemahan ke dalam bahasa Indonesia tidak sulit, karena bahasa Indonesia sebenarnya pada umumnya tidak membedakan antara tunggal dengan jamak. Ada pembedaan dengan kata ulang: pohon-pohonan, tetapi semut tidak bisa dijamakkan dengan mengatakan semut-semutan, pemukiman dengan pemukim-mukiman. Pengulangan pada semut dan rumah mengubah artinya menjadi bukan semut ataupun rumah sungguhan, melainkan semut dan rumah main-mainan.
Lalu bagaimana dengan terjemahan ke dalam bahasa Inggris?
AL NML => tunggal, (mufrad, singular)
ADKhLWA => jamak (jama', plural)
MSKNKM =>jamak
Orang akan menghadapi kesulitan dalam menterjemahkan ayat itu ke dalam bahasa Inggris, karena bahasa Inggris juga mengenal pembedaan bentuk kata tunggal dengan jamak, namun ada perbedaannya dengan bahasa Arab dalam hal bentuk imperative (fi'il amr) , yaitu dalam bahasa Inggris orang tidak membedakan bentuk imperative antara singular dengan plural, enter dipakai baik pada singular maupun plural, sedangkan dalam bahasa Arab orang membedakan bentuk imperative singular (ADKhl) dengan imperative plural (ADKhLWA). Ini menyulitkan terjemahan Inggris, karena ALNML (=ant) itu singular, sedangkan MSKNKM (=dwellings) itu jamak. Maka terjemahannya spb: O, ant, enter your dwellings.
Untuk mengelakkan kesalahan gramatikal, maka Mohammed Marmaduke Pikthall menterjemahkannya dengan: O ants, enter your dwellings. Jadi M.M.Pikthall "terpaksa" menjamakkan ants untuk menyesuaikannya dengan dwellings. Maka akibat mengelakkan kesalahan gramatikal, ia salah dengan menjamakkan ants yang sesungguhnya tunggal, yaitu ALNML.
Maka jika dianggap ALNML itu betul-betul semut, orang akan tertumbuk pada kesulitan gramatikal dalam menterjemahkan ayat itu kedalam bahasa yang mengenal pembedaan bentuk kata yang singular dengan piural. Kalau difahamkan ALNML adalah nama diri dari suatu puak bangsa manusia, yaitu puak Semut, maka tidak ada kesulitan gramatikal, sebab walaupun ALNML itu singular, sesungguhnya ia plural, sekelompok bangsa manusia yang mengelompokkan diri dalam sebuah kaum, yaitu mereka yang namakan dirinya puak Semut. Bandingkan dengan people, yaitu any group of human beings (men or women or children) collectively, walaupun bentuknya singular, tetapi kata itu plural: people go, bukan people goes. Itulah sebabnya dalam terjemahan di atas kata semut ditaruh di antara dua tanda kutip "semut", "seekor semut", yang semestinya Puak Semut dan Kepala/Pimpinan Puak Semut
***
Prita Mulyasari dari puak semut dibandingkan dengan RS Omni International yang gajah. Bedanya dengan ilustrasi yang digambarkan ayat-ayat di atas, Nabi Sulaiman AS tersenyum, namun Omni yang gajah menuntut Prita Mulyasari secara perdata dan kejaksaan mendakwa Prita Mulyasari secara pidana berdasar atas laporan keberatan sang gajah. Prita Mulyasari menjadi tersangka kasus pencemaran nama baik Rumah Sakit Omni Internasional. Prita dijerat dengan Pasal 27 ayat (3) UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Begini bunyinya: "Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik." Melanggar pasal ini dapat diancam pidana paling lama 6 tahun dan denda 1 Milyar.
Prita dituduh melakukan pencemaran nama baik RS. Omni Internasional setelah menulis dan mengirimkan e-mail kepada sepuluh orang teman temannya tentang keluhannya terhadap RS Omni. Surat elektronik itu kemudian menyebar ke publik lewat milis-milis. Dalam emailnya, Prita mengaku dibohongi oleh diagnosa dokter ketika dirawat di RS tersebut pada Agustus 2008. Menurut Prita, dia semula dinyatakan demam berdarah, berdasar hasil lab thrombosit 27.000 (kondisi normal/ambang batas adalah 200.000), namun kemudian berdasar atas hasil revisi lab thrombositnya dinyatakan 181.000, jadi cuma sedikit di bawah ambang batas yang sesungguhnya tidak perlu dirawat inap. Dalam rawat inap itu dia diberikan suntikan macam-macam dengan dosis tinggi sehingga mengalami sesak napas. Prita pindah ke RS yang lain, dan di RS tempatnya pindah itu mendapat informasi mengenai suntikan tatkala masih di Omni, bahwa dia sesungguhnya tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi sesak napas.
Terkait kasus Prita Mulyasari, dalam UU tersebut ada kata bersayap "mendistribusikan". Apa informasi yang hanya disampaikan secara pribadi kepada sepuluh orang temannya sudah bisa dikatakan mendistribusikan. Kalau kata bersayap itu bisa terbang pada pengertian mempublikasikan, maka yang mempublikasikan itu bukanlah Prita Mulyasari melainkan banyak orang dalam beberapa milis (mailing list) di dunia maya ! Maka baiklah kita tunggu saja keputusan patokan palu hakim.
'Ala kulli hal, pihak Kepolisian seharusnya mampu mengembangkan kasus tersebut dengan kemungkinan adanya tindak pidana yang dilakukan oleh rumah sakit Omni International berupa pelayanan rumah sakit yang merugikan konsumen/pasien Prita Mulyasari, jadi pranata hokum jangan cuma berfokus pada soal pencemaran nama baik. Wallahu a'laum bishawab.
***
Makassar, 14 Juni 2009
7 Juni 2009
[+/-] |
877. Arab Tak Pernah Membantu Indonesia ? |
Ruhut Sitompul, di dalam sebuah dialog di stasiun TV swasta, mengatakan bahwa 'Arab tidak pernah membantu Indonesia', Menurut Ruhut, yang paling banyak membantu Indonesia adalah AS. Ruhut Sitompul yang mencerminkan Tim Kampanye SBY-Boediono ini, sedemikian sangat terpesonanya pada Amerika yang penyebar Neoliberalisme, secara tidak sadar membuka kedok pasangan SBY yang Neoliberalis itu. Tambahan pula Ruhut Sitompul yang mencerminkan Tim Kampanye SBY-Boediono tsb, ucapannya itu sangat tendensius, "yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan"[Matius 15:11], bukan hanya sekadar melecehkan Arab, tetapi juga mempunyai konotasi negatif terhadap Islam. Ruhut Sitompul peniup trompet Tim Kampanye SBY-Boediono dalam dialog di stasiun TV swasta tersebut berupaya mengaburkan jalannya detikdetik sejarah paska Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
Betapa luar biasanya dukungan rakyat dan para pemimpin Arab memberikan bantuan bersifat total, bagi tegaknya negara Republik Indonesia pada detikdetik sejarah paska Proklamasi. Mereka dengan gigih memberikan dukungan bagi kemerdekaan bangsa Indonesia dalam wujud memberkan pengakuan terhadap negara Republik Indonesia, di awal kemerdekaannya. Apakah fakta sejarah ini harus dihapuskan oleh Ruhut Sitompul?
Di Mesir, Ikhwanul Muslimin (atau dalam bentuk jumlah ismiyah: Al-Ikhwan Al-Muslimun), yang memelopori gerakan anti penjajah, memberikan dukungan kepada perjuangan rakyat Indonesia yang telah memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Ketika seorang informan dari Kedutaan Belanda, di Kairo, Mansur Abu Karim, membaca berita kemerdekaan Indonesia, di sebuah Majalah Vrij Nederland, bagaikan angin yang berhembus kencang, yang melanda seluruh Kawasan Tengah. (Saya tidak pakai yang lazim dipakai orang: "TimurTengah", berhubung saya ini bangsa Indonesia, negeri-negeri Arab yang dimaksud, itu berada di sebelah barat, bukan di timur).
Di sejumlah kota Mesir, Gerakan Al-Ikhwan Al-Muslimun menggelar aksi besar-besaran mendukung penuh kemerdekaan Indonesia. Selanjutnya, sejumlah ulama membentuk 'Lajnah Difa'ian Indonesia' (Panitia Pembela Indonesia). Lajnah Difa'ian ini dideklarasikan, pada 16 Oktober 1945, di Gedung Pusat Perhimpunan Pemuda Islam dengan Jendral Saleh Harb Pasya, sebagai pemimpin pertemuan itu. Pertemuan yang berlangsung dalam waktu singkat itu, dihadiri oleh sejumlah tokoh Ikhwan, seperti Hasan al-Banna, Prof.Taufiq Syawi, Muhammad Ali Taher (pemimpin Palestinia), dan Sekjen Liga Arab, Dr.Salahuddin Pasya. Dalam kesempatan itu, Dr.Salahuddin menyerukan kepada seluruh negara Arab dan Islam untuk segera mendukung, membantu, dan mengakui kemerdekaan RI. Panitia yang dipimpin Jendral Saleh Harb itu, juga mengancam Inggris, agar tidak membantu Belanda kembali ke Indonesia. "Jika Inggris membantu Belanda untuk kembali ke Indonesia, maka Inggris akan menuai kemarahan dunia Islam di Kawasan Tengah", ancam Salahuddin.
Demikianlah Kuatnya dukungan rakyat Mesir terhadap kemerdekaan RI, tak lain atas desakan dan lobi yang dilakukan para pemimpin Al-Ikhwan Al-Muslimun, yang membuat pemerintah Mesir mengakui kedaulatan pemerintah RI, pada 22 Maret 1946. Inilah pertama kalinya negara asing mengakui kedaulatan RI secara resmi. Dalam kaca mata hukum internasional, maka lengkaplah persyaratan bagi Indonesia menjadi negara yang berdaulat. Demikanlah di kala itu, gerakan dari rakyat Arab, terutama di Mesir, aksi demonstrasi ke Kedutaan Belanda di Kairo, terus berlangsung, semuanya dilakukan oleh kepanduan Ikhwan. Kondisi membuat ketakutan Kedutaan Belanda di Kairo, dan mencopot lambang dan bendera mereka.
Puncaknya, pemerintah Indonesia dibawah Presiden Soekarno, mengirim delegasi ke Kairo, 7 April 1947, dan inilah delegasi pertama Indonesia yang pergi ke luar negeri. Di Hotel Hiliopolis Palace, Kairo, sejumlah pejabat tinggi Mesir, dan dunia Arab, mengunjungi delegasi Indonesia. Diantra para tamu yang ikut menemui delegasi Indonesia itu, termasuk tokoh oposisi di Mesir, dan juga pemimpin Al-Ikhwan Al-Muslimun, Hasan al-Banna. Inilah hubungan Arab-Indonesia, pada detik-detik kemerdekaan, yang dilecehkan oleh Ruhut Sitompul, yang mencerminkan Tim Kampanye SBY-Boediono di dalam dialog di stasiun TV swasta tersebut. "Jasmerah", kata Bung Karno, itu adalah kependekan dari "Jangan sekali-kali melupakan sejarah". Maka, layak kalau Ketua Persaudaraan Nasionalis Arab Indonesia (PNAI), Rusjdi Basalamah, memprotes pernyataan yang melecehkan itu.
Sebalinya, Barat dan Eropa, mereka tak lain adalah kaum penjajah, sejak dahulu, hingga kini. Sejak zaman VOC, sampai berkembangnya Kapitalisme, hingga dewasa ini Neoliberalisme mengeruk kekayaan alam Indonesia, mulai dari Free Port, yang dikuasai oleh para Taipan Yahudi: Perusahaannya Mc.Moran, sampai ke blok Cepu, yang dikuasai oleh perusahaan Exxson. Dari Caltex di Riau, sampai Bontang, yang ada di Kalimantan. Bahkan, penjajahan ekonomi sepertinya ingin dilestarikan oleh kelompok Mafia Berkeley, yang mulanya hanya bercokol di sekitar kekuasaan (baca: menteri), yang rupanya dalam Pilpres diupayakan dalam wujud penunjukan Boediono sebagai Cawapres.
Firman Allah:
-- YAYHA ALDzYN aAMNWA ATQWA ALLH WLTNZhR NFS MA QDMT LGhD (S. ALHSYR, 59:18), dibaca:
-- ya-ayyuhal ladzi-na a-manut taquLla-ha waltanzhur nafsum ma- qaddamat lighadin, artinya:
Hai orang-orang beriman, taqwalah kepada Allah dan mestilah orang mengkaji masa lalu untuk masa depan.
WaLlahu A'lamu bi Al Shawa-b.
***
Makassar, 7 Juni 2009