11 Desember 2011

1004 Kearifan Lokal dan Gaya Kepemimpinan Islami

Selamat kepada anakda Abraham Samad yang terpilih menjadi Ketua KPK. Peganglah kearifan lokal sub-kultur Bugis/Makassar: Maccai na malempu, waraniwi na magetteng; ewai/rewai/ngehai (Cendekia lagi jujur, berani lagi teguh pendirian; pantang mundur). Kepemimpinan KPK terutama harus berani dan pantang mundur. Berani menyeret siapa saja Centaur (manusia berbadan kuda) yang terlibat dalam skandal Century. Ciniki annanga sulapaq (hati-hati dari enam penjuru): depan-belakang-kanan-kiri-atas-bawah, dan kurangi publikasi.
 
***
 
Hymne Mase-maseya Korban 40.000
gubahan A. Nanni Sapada
alih-bahasa HMNA
 
Punna kuciniq tauwa
Nirurungang ri manggena
Maqbokomamaq
mangkereng jeqneq matangku
 
Bila aku terpandang
Sebayaku dituntun ayahnya
Aku membalik belakang
sambil menyeka air mata
 
Hari ini 11 Desember, 65 tahun lalu perlawanan rakyat di Sulawesi Selatan waraniwi na magetteng, ewai/rewai/ngehai menantang peluru Belanda, dalam menghadapi operasi pembantaian oleh Speciale Troepen (Pasukan Khusus) Belanda di bawah komandan Raymond Westerling de Turk. Pembantaian itu dimulai tanggal 11 Desember 1946, dengan menggunakan metode Gestapo (Geheime Staatspolizei)-nya Hitler.
 
Berhasilnya tujuh janda korban pembantaian Rawagede, satu anak perempuan korban, dan seorang lelaki survivor menggugat Pemerintah Belanda yang terjadi di tahun 1947, itu seharusnya Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan berupaya mendorong Pemerintah RI untuk melakukan di samping gugatan perdata kepada pemerintah Belanda, juga gugatan ke International Criminal Court (ICC) di Den Haag, Belanda. Pembantaian/pemusnahan (genocide) ini termasuk kategori crimes against humanity, tidak ada kadaluarsanya.
 
***
 
The Bounty, sebuah kapal legendaris, dinakodai oleh Captain Bligh. Legendaris karena terlibat dalam suatu peristiwa yang terkenal dalam sejarah dengan The Mutiny at the Bounty (Pemberontakan di kapal Bounty). Penduduk beberapa pulau di Mikronesia sekarang ini adalah campuran darah Mikronesia dengan darah Kaukasia, turunan anak kapal pemberontak dari The Bounty.
 
Kappalaq Tallang, adalah nama anumerta dari sebuah kapal Pinisiq yang telah tenggelam, dinakodai oleh I Darasiq. Kapal itu tenggelam, karena seorang anak kapal mengupas kelapa dengan linggis di ruang bawah, mengikuti kebiasaannya di darat menancapkan linggis ke tanah apabila akan mengupas kelapa. Pada waktu linggis ditancapkan, perahu belum apa-apa. Tetapi setelah kelapa mulai dikupas kulitnya, lunas perahu mendapat beban gaya reaksi sehingga robek.
 
Adapun kapal yang ketiga bernama Safinah, dari Hadits Nabi Muhammad SAW. Bahwa kita ini hidup bermasyarakat dan bernegara ibarat hidup dalam sebuah safinah, kapal. Masing-masing anggota masyarakat menempati strata tersendiri dan tatacara yang harus ditaati bersama. Yang tinggal di ruang bawah jika ingin membersihkan ruangannya harus ke atas ke geladak mengambil air. Kalau yang bersangkutan melanggar tatacara itu, karena ingin cepat, berakselerasi, lalu membuat terobosan melubangi dinding kapal, maka orang seputarnya harus mencegah. Dengan mencegah itu, sabda Nabi SAW, orang yang mencegah, orang yang dicegah dan seluruh penumpang dan awak kapal termasuk kapal sendiri akan terhindar dari musibah tenggelam. Hadits Safinah ini adalah Juklat dari Firman Allah:
-- WATQWA FTNt LATShYBN ALDzYN ZhLMWA MNKM KhASht (S. ALANFAL, 8:25), dibaca: wattaquu fitnatal laa tushiibannal ladziina zhalamuu mingkum khaashshah, artinya:
-- Dan peliharalah dirimu dari bencana yang tidak hanya khusus menimpa orang-orang yang zalim (saja) di antara kamu sekalian.
 
Captain Bligh memakai kepemimpinan bergaya otoriter, sangat mementingkan organisasi, tidak manusiawi, mengabaikan orang. Kontrol sangat ketat, karena ia mempunyai asumsi bahwa orang itu pada dasarnya tidak dapat dipercaya dalam hal bekerja. Manusia itu, menurut persepsi Captain Bligh, senantiasa akan menghindarkan diri dari pekerjaan yang ditugaskan kepadanya, apabila orang itu mempunyai kesempatan untuk menghindar. Akibatnya anak buah pada umumnya tidak senang dengan gaya kepemimpinan demikian itu. Akhirnya terjadi pemberontakan perebutan kekuasaan di atas kapal the Bounty.
 
Nakoda I Darasiq memakai kepemimpinan yang bergaya sebaliknya dari gaya Captain Bligh. Lebih mementingkan orang ketimbang organisasi. Kontrol dilaksanakan dengan sangat longgar. Karena yang penting menurut I Darasiq ialah pappijoqjoq, directing istilah canggihnya. Nakoda ini berasumsi bahwa anak kapal dapat dipercaya, karena pada dasarnya mereka itu suka bekerja. Ia mendidik agar anak buahnya menjadi profesional dan kreatif. Ia membuat pembagian kerja dan tiap unit bertanggung jawab atas unitnya, masing-masing bekerja sesuai dengan ketentuan tidak tumpang tindih. Namun akibat kreativitas seorang anak kapal yang tidak berwawasan lingkungan menancapkan linggis pada lunas kapal, mengakibatkan kapal bocor dan tenggelam. 
 
Adapun pada kapal yang ketiga, safinah dalam Hadits Nabi SAW itu, gaya kepemimpinan yang diaplikasikan tidak otoriter, bukan one man show dengan kontrol yang ketat, namun bukan pula kepemimpinan dengan kontrol yang longgar. Bukan kepemimpinan yang bobotnya pada organisasi dengan mengabaikan martabat manusia, bukan pula kepemimpinan yang sangat berorientasi pada kemanusiaan dengan mengabaikan kesehatan organisasi. Gaya kepemimpinan dalam kapal yang ketiga ini tidak berorientasi secara parsial. Melainkan berorientasi secara utuh, mementingkan keselamatan wadah, keselamatan dan tujuan organisasi, serta keselamatan manusianya. Kontrol yang diterapkan adalah Built In Control System (BICS), sistem saling kontrol di antara anggota masyarakat. Kepemimpinan yang diterapkan adalah bersifat "wasathan", kepemimpinan pertengahan di antara kedua gaya kepemimpinan ekstrem di atas itu. Itulah gaya kepemimpinan Islami, kepemimpinan berasaskan S. Al-Anfaal, 8:25 dengan Juklatnya Hadits Safinah.
 
WaLlaahu a'lamu bi al-shawaab
 
*** Makassar, 11 Desember 2011