Sehubungan dengan seri 196 yang berjudul: Bahan Bakar yang Dapat Diperbaharui, Suatu Tinjauan Masa Depan Sumber Energi, saya mendapat beberapa tanggapan secara langsung baik melalui telepon maupun melalui surat. Untuk menyegarkan ingatan pembaca saya kemukakan inti pembahasan seri 196 tsb.
Kebutuhan energi secara global makin meningkat. Sumber energi berupa bahan bakar fosil ditambah dengan sumber-sumber energi sinar gamma matahari beserta anak-cucunya, berikut dengan energi pasang-surut sudah mulai tidak memadai lagi untuk melayani pertumbuhan industri. Bahkan persediaan minyak bumi sudah semakin menipis, sehingga digalakkan sekarang pemakaian batu-bara. Maka orang menoleh kepada sumber energi yang terkandung dalam mikro-kosmos, yaitu tenaga nuklir. Trauma kebocoran di PLTN Chernobyl masih dirasakan orang ibarat monyet di punggung.
Dalam seri 196 tersebut saya mengemukakan pertanyaan: Tidak adakah alternatif lain selain bahan bakar nuklir untuk kebutuhan global industri itu? Saya menjawab pertanyaan itu dengan mengemukakan isyarat dalam Al Quran. Alladziy Ja'ala Lakum mina sySyajari lAkhdhari Na-ran Faidza- Antum minhu Tuwqiduwna (S.Yasin, 80). Yaitu (Allah) Yang menjadikan api bagi kamu dari dalam (zat) hijau pohon dan dengan itu kamu membakar (36:80).
Ayat di atas itu telah dikemukakan dalam seri 003, yang bobot pembahasan adalah pada ekologi. Yaitu bagaimana zat hijau pohon dengan proses photosynthesis berjasa dalam menghasilkan O2 kembali, setelah manusia dan binatang serta mesin-mesin konversi tenaga mencemarkan udara dengan CO2. Dalam hubungannya dengan pembahasan dalam seri 196 tsb., bobot pembahasan ayat ditekankan pada pohon yang dijadikan bahan bakar. Allah mengisyaratkan pada kita bahwa untuk memecahkan krisis bahan bakar, ialah dengan mempergunakan bahan bakar yang renewable, yaitu menanam bahan bakar.
Nasir El Bassam menuliskan kemungkinan itu dalam Majalah Natural Resources and Development, Volume 41 dengan judul Possibilities and Limitation of Energy Supply from Biomass. Biomas yang berminyak diproses dengan cara pres dan ekstraksi yang hasilnya berupa minyak bakar dan pelumas. Yang bergula dan bertepung diproses dengan cara fermentasi yang hasilnya ethanol. Yang mengandung serat dan cellulose diproses dengan memadatkan menjadi bahan bakar padat, mencairkan menjadi biodiesel dan methanol, menggaskan menjadi hidrogen sintesis, menghaluskan menjadi bahan bakar serbuk, dan hydrolysis menjadi ethanol.
Sampah organik tetumbuhan diproses dengan cara fermentasi yang hasilnya methan (biogas).
Syahdan, adapun tanggapan yang saya terima ialah supaya saya mengemukakan data kuantitatif. Adapun data kuantitatif yang akan saya kemukakan ialah penanaman tumbuhan bertepung (C6 H10 O5)n, khususnya singkong. Data ini saya ambil dari skripsi tiga sekawan dari Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia, yaitu: Mujahidin Asikin, A.Sri Wahyuni dan Suriani, yang berjudul: Pra Rancangan Pabrik Etil Alkohol dengan Bahan Dasar Singkong. Dalam pra rancangan pabrik itu bahan dasar singkong diolah menjadi etil alkohol (ethanol) dengan proses fermentasi.
Dalam tahun 1992 Sulawesi Selatan menghasilkan 685578 ton singkong. Dari 100 ton singkong dapat diperoleh 54.8 ton ethanol, sehingga dari 685578 ton singkong itu akan diperoleh 375697 ton ethanol. Kapasitas pabrik ethanol di Indonesia berkisar sekitar 5600 ton per tahun, yang berarti dibutuhkan 67 pabrik ethanol. Setiap pabrik akan menampung tenaga kerja SD+SLTP 20 orang, SLTA+D3 80 orang dan sarjana 32 orang, jumlah 132 orang. Sehingga dengan contoh produksi singkong tahun 1992 di Sulawesi Selatan dengan nawaitu menanam bahan bakar akan menghasilkan bahan bakar ethanol 375697 ton, dibutuhkan 67 pabrik dengan tenaga kerja SD+SLTP 1340 orang, SLTA+D3 5360 orang, sarjana 2144, jumlah 8844 orang.
Itu baru hanya sekadar contoh, dan data itu dapat dikembangkan dengan berapa luas areal lahan yang dapat ditanami singkong, berapa ton produksi singkong yang dapat diperoleh dari lahan tersebut, berapa jumlah petani yang dapat hidup dari hanya berkebun singkong yang pasarnya sudah tersedia, berapa pabrik ethanol yang dapat didirikan, berapa tenaga kerja yang dapat diserap dari agro based industri persingkongan dan seterusnya. Itu baru singkong, belum lagi misalnya nira enau dan nira lontar. Dari pada dikonsumsi sendiri oleh penduduk dalam wujud minum-minum tuak yang menaikkan jumlah tunasaqring (pemabuk), maka lebih baik dimotivasikan pada nawaitu menanam bahan bakar. Nira itu diolah menjadi bahan bakar, penyadap nira akan mendapatkan pasar, lalu akan tertanggulangilah dengan sendirinya masalah mabuk-mabukan dengan tuak dalam kalangan penduduk.
Penanaman bahan bakar tidak dapat berdiri sendiri. Pergeseran bahan bakar bensin ke bahan bakar ethanol bagi motor bakar, bagi pabrik-pabrik yang memproduksi motor-motor bakar dengan bahana bakar ethanol bukanlah masalah. Yang menjadi masalah ialah bagi masyarakat yang sudah terlanjur mempunyai motor-motor bakar dengan bahan bakar bensin. Untuk itu diperlukan modifikasi motor-motor bakar, tetapi modifikasi ini tidaklah menyeluruh terhadap komponen-komponen mesin, melainkan hanya tertuju utamanya pada karburator dan penukar kalor.
Dengan pemakaian bahan bakar ethanol perbandingan bahan bakar dengan udara akan berubah. Untuk ukuran silinder yang sama pembakaran ethanol akan membutuhkan oksigen yang lebih kecil ketimbang kebutuhan oksigen guna pembakaran bensin. Dengan demikian pada karburator saluran udara harus dipersempit sedangkan saluran bahan bakar harus diperbesar. Itu berarti untuk ukuran silinder yang sama akan lebih banyak bahan bakar ethanol yang masuk silinder, sehingga daya mesin akan meningkat. Akan tetapi pada sisi lain suhu mesin akan meningkat pula. Untuk itu akan membutuhkan komponen penukar kalor yang lebih tinggi kinerjanya yang dalam hal ini efisiensi dan kapasitasnya, untuk membuang kalor dari dalam mesin ke udara luar. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 31 Desember 1995
31 Desember 1995
[+/-] |
209. Bahan Bakar dari Umbi, Tinjauan Secara Kuantitatif |
24 Desember 1995
[+/-] |
208. Mi'raj dan Upaya Penguasa Quraisy di Makkah Untuk Mengembalikan Muhajirin dari Habasyah |
Peristiwa Mi'raj dapat kita baca dalam S. AnNajm ayat 1 s/d 18. Telah disepakati oleh para mufassirin, bahwa yang dimaksud dengan Mi'raj adalah "perjalanan" Nabi Muhammad SAW dari AlBaytu lMaqdis (qiblat yang mula-mula dalam shalat, biasa pula diucapkan Muqaddas), ke Sidratu lMuntahay. Dituliskan perjalanan dalam dua tanda kutip, oleh karena sifat perjalanan itu tidaklah terkungkung oleh ruang dan waktu, artinya tidaklah space-time like (untuk meminjam istilah Einstein).
Dalam Hadits tentang Isra dari Annas ibn Malik yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dapat kita baca: Hattay Intihay ilay Bayti lMuqaddasi, hatta sampailah beliau ke Baytu lMuqaddas.
Pada waktu RasuluLlah SAW mendapatkan pertanyaan bertubi-tubi tentang bagaimana sesungguhnya keadaan Baytu lMaqdis itu, RasuluLlah SAW tertegun sejenak, oleh karena beliau tidak mungkin dapat melihat lagi bangunan itu, berhubung sudah lama dihancurkan oleh Titus sekitar tahun 70 Miladiyah (S.Isra, 7). (Yang tertinggal dari bangunan itu hanya sebuah puing yang disebut tembok ratapan, tempat orang Yahudi meratap setiap tahun pada hari raya keagamaan Yom Kippur). Dalam keadaan terdesak itu maka Allah SWT menunjukkan kepada beliau bangunan itu seutuhnya, ibarat kita sekarang melihat gambar pada layar monitor. Bersabda beliau: FaJalla Llahu Liy Bayta lMuqaddasi faThafiqtu Akhbaruhum waAna- Andzhuru Ilayhi. Maka Allah memperlihatkan kepadaku Baytu lMuqaddas, maka saya informasikan kepada mereka sambil saya melihat kepada (gambar)nya.
Dalam Hadits shahih yang menyangkut pekabaran tentang Isra tidak pernah dipergunakan istilah AlMasjidu lAqsha-. Itulah dalil naqliyah bagi mufassirin pencilan tentang pemahaman bahwa AlMasjidu lAqsha tidaklah identik dengan AlBaytu lMaqdis, melainkan identik dengan Sidratu lMuntahay.
***
Kezaliman penguasa Quraisy di Makkah memuncak pada tahun 5 kenabian. Puncak penyiksaan diderita oleh Bilal bin Rabah, seorang budak yang berasal dari Habasyah (Abessinia, Ethiopia). Dadanya ditindis batu besar, dijemur di bawah terik matahari gurun pasir. Maka turunlah ayat yang mengizinkan berhijrah untuk menghindarkan diri dari kezaliman.
Walladziyna Ha-jaruw fiyLlahi min ba'di Ma- Dzulimuw Lanubawwiannahum fiydDunya- Hasanatan waLaajru lAkhirati Akbaru Lawka-nuw Ya'lamuwna (S.AnNahl, 41). Dan yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dizalimi, niscaya Kami sediakan tempat yang baik bagi mereka di dunia, sedangkan di akhirat menanti pahala yang lebih besar, jika mereka mengetahuinya (16:41).
Maka berhijrahlah 15 orang ke Habasyah terdiri atas 10 orang laki-laki dan 5 orang perempuan, dipimpin oleh Ja'far bin Abi Thalib, sepupu sekali RasuluLlah SAW. Inilah hijrah yang pertama dan bersifat perintis. Kemudian menyusul hijrah yang kedua sesudah fitnah yang berupa pemboikotan umum penguasa Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW dan keluarga beliau pada tahun 7 kenabian. Sehubungan dengan fitnah yang berupa embargo ekonomi ini, turunlah ayat:
Tsumma Inna Rabbaka Lilladziyna Ha-jaruw min ba'di Ma- Futinuw tsumma Ja-haduw waShabaruw Inna Rabbaka min ba'di Ha- LaGhafuwrun Rahiymun (S.anNahl, 110). Lalu sesungguhnya Maha Pengaturmu (Yang melindungi) orang-orang yang berhijrah sesudah difitnah, kemudian mereka berjuang dan sabar, sesungguhnya Maha Pengaturmu sesudah itu Maha Pengampun dan Maha Pengasih (16:110).
Para muhajirin itu terdiri atas 101 orang, 83 orang laki-laki dan 18 orang perempuan, juga berhijrah ke Habasyah. Karena kelompok hijrah ini jauh lebih besar dari hijrah yang pertama, maka penguasa Quraisy mengutus Amr ibn al'Ash dan 'Abdullah ibn Rabiah minta kepada Najasi (Negus) raja Habasyah supaya para muhajirin itu jangan diberi suaka, dan minta agar diextradisikan ke Makkah kembali.
Maka tampillah Ja'far berdialog dengan Najasi. Najasi bertanyakan pandangan orang Islam terhadap Yesus dan Maryam. Ja'far membacakan S.Maryam ayat 19 dan 20 yang menyatakan bahwa 'Isa terlahir sebagai anak yang suci (Ghula-man Zakiyyan, 19:19) dari perawan Maryam yang belum disentuh laki-laki (Lam Yamsasniy basyarun, 19:20). Selanjutnya Ja'far menyatakan bahwa Nabi 'Isa AS adalah seorang utusan Allah, namun dengan tegas menyatakan pula bahwa Isa bukanlah anak Allah. Najasi dapat menerima keterangan Ja'far dan menolak permintaan extradisi penguasa Quraisy itu. Seperti diketahui Najasi adalah seorang Nasrani penganut doktrin Arius Alexander yang menolak trinitas (doktrin Athanasius). Hingga sekarang ini masih tersisa ummat Nasrani penganut doktrin Arius Alexander, yaitu ummat Qibthi (Kopti) di Mesir, yang dikenal sebagai Unitarian Christian. Sekjen PBB Boutros Boutros Galli dari Mesir adalah salah seorang penganut Unitarian Christian.
Tahun 10 kenabian disebut tahun dukacita. St Khadijah, isteri RasuluLlah dan Abu Thalib, paman beliau wafat. Tekanan penguasa Quraisy dijuruskan kepada RasuluLlah. Beliau ke Thaif, tetapi tidak lama di sana. Dalam tahun ini terjadilah peristiwa Isra-Mi'raj. Tekanan kafir Quraisy terhadap ummat Islam berlanjut terus setelah peristiwa Isra-Mi'raj. Dalam tahun berikutnya tampaknya tekanan mereda. Bahkan dalam suatu kesempatan tatkala S.AnNajm dibacakan, para penguasa Quraisy yang sempat hadir ikut pula sujud pada waktu selesai dibacakan ayat terakhir S.AnNajm: FaSjuduw liLlahi wa'Buduw. Maka sujudlah kepada Allah dan mengabdilah (kepadaNya). (Ayat ini adalah ayat sajadah, yakni disunatkan sujud setelah membacanya).
Peristiwa ikut sujudnya para penguasa Quraisy disebar-luaskan keluar, dan setelah para Muhajirin di Habasyah mendengarnya, mereka mengira bahwa situasi bagi ummat Islam di Makkah sudah membaik. Kabar itu mempengaruhi para muhajirin di Habasyah. Merekapun kembalilah ke Makkah. Rupanya tekanan yang mereda dan ikut sertanya mereka sujud merupakan taktik tipu muslihat dengan mempergunakan pendekatan persuasif. Setelah upaya mereka berhasil mendatangkan muhajirin Habasyah, tekanan pada ummat Islam mereka tingkatkan kembali. Namun dari segi lain menguntungkan ummat Islam, karena mantan muhajirin Habasyah dapat ikut berhijrah ke Madinah. Bahkan orang yang pertama berhijrah ke Madinah adalah Abu Salamah, seorang mantan muhajir Habasyah(*). WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 24 Desember 1995
---------------------------------------
(*) Orang terakhir hijrah ke Madinah adalah Abbas RA, paman RasuluLlah SAW. Beliau tidak sampai di Madinah, karena di tengah jalan bertemu dengan Nabi Muhammad SAW beserta pasukan Islam Madinah yang menuju Makkah untuk penaklukan Makkah. Setelah penaklukan Makkah tidak ada lagi hijrah. Insya Allah, penaklukan Makkah akan disajikan nanti dalam nomor seri tersendiri
17 Desember 1995
[+/-] |
207. Kamu Sekalian Lebih Mengetahui Urusan Duniamu |
Dalam seri 204 yang ditulis untuk mengenang Allahu Yarham H.M.Syuhudi Ismail saya membandingkan pola pikir almarhum dengan Allahu Yarham S.Majidi. Bahwa Allahu Yarham S.Majidi masih menyeleksi Hadits Shahih, dengan memperhadapkan Hadits itu pada Al Quran. Sedangkan Allahu Yarham M.Syuhudi Ismail seperti umumnya ulama lain menerima Hadits Shahih tanpa reserve. Terhadap Hadits Shahih itu almarhum membahasnya dengan memakai pendekatan tekstual dan kontekstual. Dalam kolom tersebut saya memberikan sebuah contoh Hadits Shahih menurut pemahaman Allahu Yarham H.M.Syuhudi Ismail secara kontekstual.
Maka sehubungan itu saya menerima pertanyaan baik melalui surat maupun dengan perantaraan telepon mengapa saya hanya mengemukakan sebuah contoh pemahaman Hadits secara kontekstual dan mengapa saya tidak mengemukakan sebuah contoh Hadits Shahih yang diseleksi dengan memperhadapkannya pada Al Quran. Sebenarnya saya memang sengaja hanya memberikan contoh pemahaman Hadits secara kontekstual, oleh karena kolom seri 204 itu khusus ditulis untuk mengenang Allahu Yarham H.M.Syhudi Ismail dengan antara lain memperkenalkan pola pikir almarhum sebagai pakar Ilmu Hadits.
Maka untuk memenuhi pertanyaan yang berkirim surat dan yang bertelepon itu, saya berikanlah dalam kolom ini sebuah contoh Hadts Shahih yang diseleksi oleh Allahu Yarham S.Majidi. Saya pikir pertanyaan itu perlu dilayani, oleh karena mungkin tentu terdapat pula sejumlah pembaca yang bertanyakan perihal tersebut. Adapun contoh yang dimaksud adalah seperti Hadits Shahih yang artinya seperti dalam judul di atas itu. Matan Hadits itu seperti berikut:
Wa Antum A'lamu biAmri Dunya-kum.
Hadits tersebut dibahas almarhum pada kesempatan bertatap muka. Menurut almarhum Hadits itu dijadikan dalil oleh orang-orang yang pemahamnya memisahkan antara urusan dunia (baca kehidupan berpolitik, bermasyarakat dan bernegara) dengan urusan akhirat (baca kehidupan beragama). Pemisahan itu menurut istilah kontemporernya adalah dikhotomi ataupun sekularisasi (secula = dunia). Istilah sekularisasi ini diperkenalkan oleh Nurcholis Majid yang senada dengan semboyannya yang populer: Islam yes, partai Islam no.
Dalam kesempatan bertatap muka itu saya menyela: Jadi orang Islam itu mesti berpolitik? Maka dengan sinar mata yang tajam almarhum berkata: Bukan begitu maksud saya, tidaklah semua orang Islam mesti berpolitik, paham? Almarhum kemudian melanjutkan dengan mengemukakan S.AnNisa,4:
AlYawma Akmaltulakum Diynakum, hari ini telah kusempurnakan bagi kamu din kamu (4:4).
Akmaltulakum Diynakum, paham? Islam itu din yang sempurna, tercakup di dalamnya semua aspek kehidupan di dunia untuk kebahagiaan di akhirat, paham? Aspek-aspek itu antara lain kehidupan berpolitik, bermasyarakat dan bernegara, paham? Apakah cocok Antum A'lamu biAmri Dunya-kum dengan Akmaltulakum Diynakum?
Allahu Yarham H.M.Syuhudi Ismail memberikan pemahaman biAmri Dunya-kum, urusan duniamu, secara kontekstual. Yang dimaksud dengan urusan dunia dalam Hadits tersebut khusus untuk urusan disiplin ilmu tertentu, seperti ilmu pertanian. Karena lahirnya sabda RasuluLlah itu sehubungan dengan seluk-beluk bertani kurma, dalam hal mengawinkan kurma.
Adapun latar belakang lahirnya sabda RasuluLlah itu tidak luput dari seleksi Allahu Yarham S.Majidi dengan memperhadapkannya pada Al Quran. RasuluLlah mendapati penduduk Madinah sedang mengawinkan kurma, lalu RasuluLlah memberikan tanggapan mengapa mesti kurma itu dikawinkan segala, mengapa tidak dibiarkan begitu saja. Penduduk Madinah yang petani kurma itu berhenti mengawinkan kurmanya. Kemudian ternyata produksi kurma menurun karenanya. Para petani kurma melaporkan panen kurma yang menurun itu kepada RasuluLlah. Maka keluarlah sabda RasuluLlah: Wa Antum A'lamu biAmri Dunya-kum, kamu sekalian lebih mengetahui urusan duniamu.
Latar belakang sabda RasuluLlah tersebut diperhadapkan Allahu Yarham S.Majidi terhadap S.Yasin,36: Subhana Lladziy Khalaqa lAzwa-ja Kullaha- Mimma- Tunbitu lArdhu, Maha Suci Yang menciptakan tiap-tiap sesuatu berjodohan yaitu dari apa yang ditumbuhkan di bumi (36:36).
Mimma- Tunbitu lArdhu, paham? AlAzwa-ja, paham? Tumbuh-tumbuhan itu berjodoh-jodohan, ada jantan ada betina, paham? S. Yasin itu Makkiyah, paham? S. Yasin diterima Nabi di Makkah, peristiwa mengawinkan kurma di Madinah, jadi Nabi melarang mengawinkan kurma setelah Nabi mendapatkan Ilmu dari Allah, tumbuh-tumbuhan itu ada jantan ada betina. Ini tidak masuk akal, paham? Nabi mustahil melupakan ayat, paham? Karena Nabi mustahil melupakan ayat, tidak mungkin Nabi melarang mengawinkan kurma. Kalaupun memang panen kurma pernah berkurang, itu tidak ada hubungannya dengan Nabi. Lalu bagaimana mungkin lahir pernyataan Nabi: Wa Antum A'lamu biAmri Dunya-kum, paham?
Itulah bagaimana Allahu Yarham S.Majidi yang terkenal tinggi manthiqnya menyeleksi Hadits Shahih dengan memperhadapkannya pada Al Quran. Bukan hanya menyeleksi isi Hadits, melainkan latar belakang lahirnya Hadits pun diperhadapkannya pada Al Quran. Almarhum sering sekali menutup kalimatnya dengan paham. Itu tidak berarti bahwa almarhum marah-marah, melainkan memang begitulah gayanya kalau sedang asyik menerangkan. WaLlahu A'lamu bi shShawab. *)
*** Makassar, 17 Desember 1995
10 Desember 1995
[+/-] |
206. Upaya Strategis Menangkal Penyakit Aids |
Pada 1 Desember 1995 di Masjid Syura dan boleh jadi di masjid-masjid yang lain demikian pula, penyakit Aids merupakan materi utama Khutbah Jumat. Artinya masjid difungsikan sebagai pusat kegiatan ummat. Seperti diketahui masjid adalah pusat kegiatan baik yang bersifat mental spiritual, maupun yang bersifat ilmiyah, ataupun yang bersifat ketangkasan dan keterampilan jasmaniyah dan kegiatan kemasyarakatan lainnya, tegasnya pusat kegiatan ubudiyah dan muamalah.
Allah berfirman dalam Al Quran: Waltakun Minkum Ummatun Yad'uwna Ilay lKhayri waYa'muruwna bilMa'ruwfi waYanhawna 'Ani lMunkari wa Ulaika Humulmuflihuwna (S.Ali 'Imra-n, 104). Dan mestilah ada di antara kamu ummat yang berda'wah (menghimbau) kepada kebaikan dan memerintahkan atas ma'ruf dan mencegah akan kemungkaran dan mereka itulah orang-orang yang menang (3:104).
Ada tiga kata yang kita garis bawahi dari ayat di atas itu, yakni: menghimbau di satu pihak, memerintah dan mencegah pada pihak yang lain. Penghimbau tidak mempunyai otoritas pada yang dihimbau, sedangkan yang memerintah dan yang mencegah harus mempunyai otoritas atas yang diperintah dan yang dicegah dalam daerah otoritasnya. Di kantor si A dapat memerintah si B untuk tugas-tugas kedinasan sesuai dengan otoritas si A yang telah ditentukan dalam sistem birokrasi, jika si B adalah bawahan langsung si A. Akan tetapi dalam hal aktivitas di luar dinas, pergi memancing misalnya, si A hanyalah dapat menghimbau si B, karena si A sama sekali tidak mempunyai otoritas atas si B, berhubung si B bukanlah bawahan si A di luar dinas.
Oleh karena dalam hal menghimbau kepada kebaikan si penghimbau tidak mempunyai otoritas, maka Al Quran memberikan metode dalam menghimbau itu. Firman Allah: Ud'u Ilay Sabiyli Rabbika bilHikamti, walMaw'izhati lHasanati waJa-diluhum biLlatiy Hiya Ahsan (S. AnNahl, 125). Himbaulah kepada jalan Maha Pengaturmu dengan hikmah dan informasi yang komunikatif dan berdiskusilah dengan mereka secara sebaik-baiknya (16:125).
Dalam S.Ali 'Imra-n, 104 yang dikutip di atas itu dibuka dengan Waltakun, kata yang mengandung Lamu lAmr, huruf lam al.amr, lam yang menyatakan perintah, imperatif. Allah memerintahkan supaya ada yang mengelompokkan diri dalam kelompok menghimbau dan kelompok memerintah-mencegah.
Kelompok menghimbau harus mempergunakan metode seperti yang disebutkan dalam S. AnNahl, 125 yang juga telah dikutip tadi. Metode ini kurang lebih telah diaplikasikan oleh organisasi kemasyarakatan yang mengkhususkan diri dalam kegiatan da'wah, baik secara tatap-muka langsung dalam Khutbah, tabligh, ceramah dan diskusi dalam majelis ta'lim, maupun secara tidak langsung melalui media cetak dan elektronika.
Adapun untuk kelompok memerintah-mencegah seperti telah dikemukakan tadi harus mempunyai otoritas, mempunyai kekuasaan. Untuk mendapatkan kekuasaan baik kekuasaan eksekutif maupun legislatif harus berjuang di bidang politik. Dikatakan kekuasaan eksekutif maupun legislatif, oleh karena menurut UUD-1945 kedua kekuasaan itu bersama-sama membuat undang-undang.
***
Strategi pemberantasan Aids terletak dalam dua hal.
Pertama, pelarangan perzinaan harus ditegaskan dalam undang-undang. Sekarang ini yang dilarang dalam KUHP (psl.284) bukanlah perzinaan, melainkan hanya sebagian dari perzinaan, yaitu bermukah (overspel = keliwat main). Itupun hanya delik aduan. Artinya kalau suami dari isteri yang bermukah, atau isteri dari suami yang bermukah tidak keberatan, maka permukahan itu tidak dapat sampai ke pengadilan, berhubung polisi hanya dapat menangkap serta jaksa hanya dapat menuntut berdasarkan pasal-pasal dalam undang-undang.
Upaya maksimal yang dapat ditempuh oleh pejabat dan alat negara adalah memanggil atau merazia pelacur dan muncikari, termasuk pemilik kelub malam yang berkecimpung dalam bisnis "jasa" sex. Sesudah mereka diarahkan, muncikari diberi peringatan, kemudian dilepas kembali, bisnis "jasa" sex berlancar seperti semula. Apabila larangan perzinaan telah ditegaskan dalam undang-undang, maka yang melacur, yang dilacuri dan yang memberi kesempatan, yaitu muncikari, termasuk pemilik kelub malam yang berkecimpung dalam bisnis "jasa" sex, artinya semua yang terlibat dalam menularkan HIV, merupakan tindak pidana yang semuanya dapat diseret kemuka pengadilan untuk diberi sanksi berdasarkan undang-undang.
Kedua, diundangkan pula prinsip atau qaidah: menolak mudharat lebih diprioritaskan dari menarik manfaat. Maka berdasarkan prinsip itu dibuatlah peraturan pelaksanaan dalam menyaring secara ketat wisatawan. Wisatawan yang berasal dari negeri yang sudah "tertib" administrasinya cukup diseleksi dengan cara melengkapi dokumen mereka dengan surat kesehatan bebas Aids. Yang dimaksud dengan "tertib" ialah di negeri asal mereka surat kesehatan itu betul-betul surat kesehatan, bukannya diperoleh dengan jalan dibeli. Lain halnya dengan wisatawan yang berasal dari negeri yang diragukan "tertib" administrasinya. Mereka harus di sini diperiksa darahnya, dan ini akan membutuhkan biaya untuk fasilitas pemeriksaan darah, serta akan memperlambat proses wisatawan yang akan masuk. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya wisatawan yang berminat datang karena prosedur melalui semacam karantina itu tentu saja tidak enak rasanya, sehingga devisa yang akan diperoleh negara dari para wisatawan akan menurun. Akan tetapi berdasarkan prinsip menolak mudharat lebih diprioritaskan dari menarik manfaat, maka menolak bahaya Aids lebih diprioritaskan dari devisa yang akan diterima dari kocek mereka.
Walhasil itulah dua butir upaya strategis yang harus ditempuh dalam upaya menangkal penyebaran penyakit aids. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 10 Desember 1995
3 Desember 1995
[+/-] |
205. Apakah dalam Kejadian Sesungguhnya Nabi Sulaiman AS Dapat Bercakap-cakap dengan Burung dan Semut? |
Saya akan membahas pertanyaan dalam judul di atas untuk memenuhi janji saya dalam seri 203 dua pekan yang lalu. Pembahasan dimulai dengan mengemukakan empat ayat dalam S. AnNaml:
(1) Wa Qa-la Ya-ayyuha- nNa-su 'Ullimna- Manthiqa thThayri. Berkata (Sulaiman): hai manusia, telah diajarkan kepada kami logika burung (27:16).
(2) Wa Husyira liSulaimana Junuwduhu mina lJinni wa lInsi wa thThayri Fahum Yuwza'uwna. Dan telah berkumpul bersama Sulaiman pasukannya yang terdiri dari jin, manusia dan burung-burung dalam formasi tempur (27:17).
(3) Hattay idza- Ataw 'alay Wa-di nNamli Qa-lat Namlatun Ya-ayyuha- nNamlu Dkhuluw Masa-kinakum. Sehingga tatkala mereka sampai ke lembah "semut", berkata "seekor semut", hai "semut" masuklah ke dalam tempat tinggalmu (27:18).
(4) Fatabassama Dha-hikan min Qawliha-. Maka (Sulaiman) tersenyum oleh ucapan ("semut") itu (27:19).
(1) Wa Qa-la Ya-ayyuha- nNa-su 'Ullimna- Manthiqa thThayri. Berkata (Sulaiman): hai manusia, telah diajarkan kepada kami logika burung (27:16).
Nabi Sulaiman AS mengerti mantiq burung, yakni memahami makna kicau, gerak-gerik dan perangai serta kebiasaan burung. Sekarang ini ada sebuah disiplin ilmu yang disebut ethology (jangan dikacaukan dengan ecology), yaitu ilmu yang berhubungan dengan perangai binatang (animal behavior), terutama yang berhubungan dengan habitatnya. Dalam Abad yang lalu ada Sulaiman modern yang bergelar "The Bird Man of Al Catraz", yaitu seorang penghuni/narapidana di penjara Al Catraz yang faham dan ahli betul dalam hal ethology khusus untuk burung.
(2) Wa Husyira liSulaimana Junuwduhu mina lJinni wa lInsi wa thThayri Fahum Yuwza'uwna. Dan telah berkumpul bersama Sulaiman pasukannya yang terdiri dari jin, manusia dan burung-burung dalam formasi tempur (22:17)
Kata-kata yang dibentuk oleh huruf-huruf jim, nun, nun, mempunyai pengertian terlindung, terhalang, terisolasi dan terasing. Jinn adalah makhluk yang tidak kelihatan, terlindung dari pandangan mata manusia, dan dapat pula berarti suku terasing. Jannah, taman, adalah tempat yang terlindung dari matahari oleh bayangan pohon, mujannah, perisai, penghalang dari tebasan musuh, janin, bayi yang masih terlindung dalam rahim ibu, majnun, orang gila, orang yang pikirannya kabur seakan-akan terhalang oleh kabut, tidak dapat membedakan antara bayangan dengan kenyataan.
Adapun jin dari pasukan Nabi Sulaiman AS, bukanlah jin dalam pengertian yang pertama, oleh karena kalau begitu yang diperlukan tidak usah sepasukan, cukup sejin saja (tentu tidak benar kalau dikatakan seorang jin). Yang dimaksud dengan pasukan jin Nabi Sulaiman AS adalah orang-orang asing, yaitu mata-mata yang terdiri dari orang asing dari penduduk negeri yang dimata-matai, semacam pasukan kolone ke-5, yaitu tentara yang terlindung dari penglihatan musuh karena tidak berpakaian seragam untuk penyamaran. Orangnya kelihatan, tetapi identitasnya sebagai tentara tidak nampak karena menyamar sebagai penduduk biasa. Pasukan burung adalah pasukan gerak cepat, yaitu pasukan kavaleri dan regu-regu pengintai yang membawa burung-burung untuk komunikasi. Perintah dari induk pasukan ataupun laporan ke induk pasukan diikatkan pada kaki burung.
(3) Hattay idza- Ataw 'alay Wa-di nNamli Qa-lat Namlatun Ya-ayyuha- nNamlu Dkhuluw Masa-kinakum. Sehingga tatkala mereka sampai ke lembah "semut", berkata "seekor semut", hai "semut" masuklah ke dalam tempat tinggalmu (27:18).
(4) Fatabassama Dha-hikan min Qawliha-. Maka (Sulaiman) tersenyum oleh ucapan ("semut") itu (27:19).
"Semut" dalam ayat 18 dan 19 yang dikutip di atas itu, bukanlah semut yang sebenarnya, akan tetapi manusia biasa dari "puak semut". "Seekor semut" maksudnya Kepala Suku dari puak semut.
Kalau AL NML dianggap betul-betul semut, maka orang akan menghadapi kesulitan dalam menterjemahkannya ke bahasa lain yang mengenal pembedaan bentuk kata tunggal (mufrad, singular) dengan jamak (jama', plural), yaitu seperti berikut:
an ant said: O, ant, enter your dwellings. Maka perhatikan ant itu tunggal, (u)Dkhuluw dan Masa-kinakum adalah jamak. Sayang dalam bahasa Inggris orang tidak membedakan dalam bentuk imperative singular dengan plural, tetap enter, tetapi dalam bahasa Arab dibedakan udkhul (tunggal) dengan udkhuluw (jamak).
Qa-lat Namlatun Ya-ayyuha- nNamlu Dkhuluw Masa-kinakum.
Ya-ayyuha- => seruan kepada banyak orang (jama', plural)
Namlu dalam kalimat diperlakukan sebagai jama' (plural), walaupun bentuknya mufrad (singular)
(u)Dkhuluw, masuklah kalian => jama'
Masa-kinakum, rumah kalian => jama'
Untuk mengelakkan kesalahan gramatikal, apabila anNamlu dianggap betul-betul semut, maka Mohammed Marmaduke Pikthall menterjemahkannya dengan:
an ant exlaimed, O ants! Enter your dwellings. Jadi M.M.Pikthall "terpaksa" menjamakkan ants untuk menyesuaikannya dengan dwellings (Masa-kinakum). Maka akibat mengelakkan kesalahan gramatikal, ia salah dengan menjamakkan ants yang sesungguhnya tunggal (mufrad), yaitu anNamlu.
Akan tetapi jika anNamlu difahamkan sebagai nama diri (a proper name) dari sebuah puak atau suku, yaitu puak Semut, maka ayat itu terjemahannya, sebagaimana diterjemahkan seperti berikut:
M.H.Syakir dari World Organization For Islamic Services (WOFIS), Tehran, Iran, dalam tafsirnya menterjemahkan the valley of the Naml, a Namlite dan O Naml. Dari tafsir Maulana Muhammad Ali, Pakistan, Soedewo menterjemahkan de vallei van den Naml, een Namliet dan O Naml.
Kesimpulannya: Jika dianggap anNamlu itu betul-betul semut, maka orang akan tertumbuk pada kesulitan gramatikal dalam menterjemahkan ayat itu kedalam bahasa yang mengenal pembedaan bentuk kata yang singular dengan piural. Kalau difahamkan anNamlu adalah nama diri dari suatu puak bangsa manusia, yaitu puak Semut, maka itu maa fi lmas.alah, no problem, tidak ada kesulitan gramatikal, sebab walaupun anNamlu itu singular, sesungguhnya ia plural, sekelompok bangsa manusia yang mengelompokkan diri dalam sebuah qaum, yaitu mereka namakan dirinya puak Semut. Bandingkan dengan people, yaitu any group of human beings (men or women or children) collectively, walaupun bentuknya singular, tetapi kata itu plural: people go, bukan people goes. .
***
Dari penafsiran bahwa anNamlu itu betul-betul semut, dikembangkanlah menjadi karya sastra, yaitu imajinasi berupa cerita-cerita Israiliyat. Tujuannya semula untuk menyampaikan pesan nilai, mendidik anak-anak, yang kemudian melebar menjadi cerita-cerita penglipur lara, yang umumnya disenangi ibu-ibu dalam majlis ta'lim. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 3 Desember 1995
26 November 1995
[+/-] |
204. Guru dan Sahabat Saya Allahu Yarham H.M.Syuhudi Ismail |
Pada hari Senin, 22 November 1995 ada dua hal yang menimpa diri saya yang perlu digaris bawahi. Pertama pada waktu bangun untuk shalat subuh kaki kanan saya bengkak dan hampir-hampir tidak dapat menopang berat tubuh saya, karena ternyata penyakit kronis encok mulai menyerang lagi. Yang kedua setelah membaca koran di pagi hari, terpampang berita bahwa Prof.DR H.M.Syuhudi Ismail telah berpulang ke RahmatuLlah. Inna- liLlahi wa inna- ilayhi ra-ji'uwn. Sesungguhnya kita semua adalah milik Allah dan sesungguhnya kita semua berpulang kepada (Rahmat dan Keadilan)Nya.
Makin tinggi matahari serangan encok makin menjadi-jadi. Kaki makin sakit dan makin tidak kuat menopang tubuh, sehingga memerlukan bantuan tongkat. Keinginan untuk pergi menjenguk jenazah dan mengantarnya ke tempat peristirahatan terakhir, hanya tinggal keinginan belaka. Tulisan dalam kolom ini adalah sebagai substitusi, namun nilainya tentu jauh tidak sebanding dengan mengantar jenazah almarhum.
Itulah sebabnya maka apa yang saya janjikan pada hari Ahad sepekan yang lalu tentang pertanyaan benarkah dalam kejadian sesungguhnya Nabi Sulaiman AS dapat bercakap-cakap dengan burung dan semut, ditunda dahulu, dan insya-Allah akan dibahas dalam seri sepekan yang akan datang.
Allahu Yarham H.M.Syuhudi Ismail adalah sahabat saya dan salah seorang di antara guru-guru saya. Pengetahuan saya yang ala kadarnya tentang seluk-beluk Hadits saya peroleh selain dari membaca, juga utamanya atas jasa almarhum dan dari seorang lagi yang tak mungkin saya lupakan, yaitu Allahu Yarham DR S.Majidi.
Cara berguru saya kepada kedua Allahu Yarhamhuma guru saya itu dalam hal berkomunikasi berbeda. Dengan Allahu Yarham S.Majidi secara tradisional, yaitu mendatangi rumahnya bersama dengan dua orang atau bertiga, bertatap muka secara langsung, layaknya seperti orang mengaji menghadap gurunya. Sedangkan dengan Allahu Yarham H.M.Syuhudi Ismail saya berguru tidaklah bertatap muka secara langsung melainkan melalui telepon.
Walaupun keduanya berbeda dalam hal berkomunikasi, akan tetapi proses peralihan ilmu dari guru kepada murid tidaklah berbeda, yaitu secara mujadalah, bertukar pikiran. Pola pikir kedua guru saya itu tentang Hadits terdapat perbedaan.
Allahu Yarham S.Majidi masih menyeleksi Hadits Shahih, sehingga bagi orang luar yang belum betul mengenal pola pikir almarhum, timbul kesan pada mereka bahwa almarhum menolak Hadits. Allahu Yarham S.Majidi menyeleksi Hadis Shahih dengan memperhadapkannya pada Al Quran. Sedangkan Allahu Yarham M.Syuhudi Ismail seperti umumnya ulama lain menerima Hadits Shahih tanpa reserve. Terhadap Hadits Shahih itu almarhum membahasnya dengan memakai pendekatan tekstual dan kontekstual, dengan menggolongkannya dalam klasifikasi yang ruang lingkupnya bersifat universal, temporal dan lokal.
Sebagai contoh akan saya kemukakan sebuah Hadits Shahih yang sangat populer dikemukakan setiap bulan Ramadhan. Idza- Ja-a Ramadhana Futtihati Abwa-bu lJannati waGhulliqat Abwa-bu nNa-ri waShuffidati sySyaya-tiyn. Apabila telah tiba Ramadhan pintu-pintu surga terbuka, pintu-pintu neraka terkunci dan setan-setan dibelenggu. Saya bertanya kepada almarhum bagaimana menjelaskan Hadits itu karena saya mendapat berondongan pertanyaan utamanya dari para mahasiswa. Mereka mengemukakan kenyataan bahwa dalam bulan Ramadhan utamanya di kota-kota pemerintah menganjurkan agar kemaksiatan di kelab-kelab malam jangan dilakukan secara demontratif untuk menghormati orang berpuasa. Pencurian, perampokan, perkosaan dan pembunuhan tetap ada dalam bulan Ramadhan.
Menurut almarhum, hendaknya Hadits itu tidak dipahami secara tekstual, melainkan secara kontekstual. Dalam bulan Ramadhan orang-orang beriman menahan diri secara spiritual dan secara biologis, mengintensifkan ibadah sunnat, mengaji Al Quran. Maka pintu-pintu surga terbuka, pintu-pintu neraka terkunci dan setan-setan dibelenggu terhadap mereka itu. Akan tetapi bagi mereka yang tidak beriman, maka pintu-pintu surga tertutup, pintu-pintu neraka terbuka dan setan-setan berlepas ria mendorong mereka untuk berbuat maksiyat.
Maka pemahaman secara kontekstual almarhum mengenai Hadits tersebut ruang lingkupnya bersifat parsial, hanya berlaku bagi orang-orang yang beriman. Alhasil elok kiranya jika klasifikasi almarhum tentang ruang lingkup ditambah satu lagi sehingga menjadi universal, temporal, lokal dan parsial.
Itulah sekadar sekapur sirih untuk guru saya Allahu Yarham M.Syuhudi Ismail yang kini bersemayam di alam barzakh. Sekali lagi saya ucapkan Inna- liLlahi wa inna- ilayhi ra-ji'uwn. Sesungguhnya kita semua adalah milik Allah dan sesungguhnya kita semua berpulang kepada (Rahmat dan Keadilan)Nya. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 26 November 1995
19 November 1995
[+/-] |
203. Burung dan Semut |
Syahdan, tersebutlah konon Nabi Sulaiman AS ingin berangin-angin dalam tamannya. Tatkala beliau baru saja akan melangkahkan kakinya di ambang pintu, beliau tertegun sejenak. Di atas bubungan tangga istana terdengar olehnya dua ekor burung sedang bersilat kata. Dua ekor burung, burung besar (BB) dan burung kecil (BK). Inilah silat kata yang sempat terdengar oleh Nabi Sulaiman AS di ambang pintu.
BB: Kasihan badanmu sekecil itu.
BK: Kecil-kecil cabai rawit, biar kecil sangat pedasnya.
BB: Hei, burung bukan cabai.
BK: Perlihatkan kekuatanmu, rubuhkan istana Nabi Sulaiman ini dengan sekali tendang.
BB: Apa?
BK: Rubuhkan dengan sekali tendang.
BB: Mana mungkin burung dapat merubuhkan istana.
BK: Saya dapat.
BB: Apa?
Belum sempat BB menyuruh BK membuktikan kata-katanya, Nabi Sulaiman AS melangkah keluar memperlihatkan dirinya, kemudian beliau memanggil kedua burung itu. Ternyata burung besar pengecut, ia terbang menjauh. Burung kecil datang dan hinggap di bahu Nabi Sulaiman AS.
NS: Betulkah engkau dapat merubuhkan istana beta?
BK: Mana mungkin tuanku, patik cuma menggertak saja. BB itu tidak memandang sebelah mata kepada patik.
NS: Tidak terpikir olehmu BB memintamu membuktikan kata-katamu?
BK: Patik sangat maklum, tuanku ada di bawah dan akan menolong patik hingga BB tidak berkesempatan menyuruh patik membuktikan kata-kata patik.
Nabi Sulaiman AS tersenyum, mengelus-elus kepala BK, kemudian beliau menyuruhnya pergi terbang. BB memperhatikan dari jauh. Setelah BK hinggap di ranting pada pohon tempat BB bertengger, BB datang mendekat.
BB: Apa yang kau percakapkan dengan Nabi Sulaiman?
BK: Oh, beliau mengelus-elus kepalaku membujuk, meminta dengan sangat agar aku tidak merobohkan istananya sekali tendang.
Arkian, Nabi Sulaiman AS meneruskan langkah menuju pohon rindang, lalu duduk pada bangku. Tangannya menggenggam sekepal gandum untuk burung dara. Sebutir gandum jatuh dari tangannya. Beliau sempat memperhatikan sebutir gandum itu bergerak. Seekor semut (Sm) menyeret sebutir gandum itu menuju sarangnya.
NS: Hai semut, dengan gandum segenggam ini berapa lama engkau habiskan?
Sm: Daulat tuanku, dengan segenggam gandum dikepal tuanku, patik dapat hidup selama setahun, jika dipanjangkan Allah umur patik.
NS: Mari kita bersepakat. Engkau tidak perlu bersusah payah selama setahun mancari makan. Tetapi beta ingin meyakinkan betulkah segenggam gandum ini dapat menjadi bekalmu selama setahun. Masuklah ke sarangmu, beta tutup dari luar.
Sm: Daulat tuanku, patik sepakat.
Hatta, setelah selang setahun berlangsung kesepakatan itu, maka Nabi Sulaiman AS datang ke sarang semut itu lalu membukanya. Ternyata semut masih hidup, masih ada gandum yang tersisa.
NS: Hai semut, beta lihat masih ada gandum tersisa tidak kau habiskan.
Sm: Daulat tuanku, memang benar, masih ada patik sisakan separuhnya.
NS: Jadi apa yang kau katakan kepada beta setahun lalu tidak benar!
Sm: Daulat tuanku, walaupun tuanku seorang Nabi, tuanku bukanlah Allah. Hanya Allah Yang Maha Sempurna, tidak pernah lupa. Jika tuanku lupa datang membuka sarang patik selang setahun, sedangkan patik tidak berhemat menyimpan setengah gandum pemberian tuanku, maka matilah patik kelaparan.
NS: Andaikan beta lupa membuka sarangmu selang setahun lagi, apa dayamu?
Sm: Akan patik berhemat dengan hanya makan separuhnya dari yang sisa ini.
NS: Andaikan beta lupa setahun lagi?
Sm: Patik akan makan habis, dan sekiranya selang setahun tuanku masih lupa membuka sarang patik, maka itulah takdir patik mati kelaparan. Namun patik tidak berputus asa, patik berdoa kepada Allah mudah-mudahan tahun terakhir itu Allah mengingatkan tuanku untuk datang membuka sarang patik.
Itulah salah satu dari beberapa cerita-cerita yang yang dikisahkan nenek saya menjelang tidur semasa kecil yang masih sempat saya rekam dalam ingatan saya. Barulah kelak kemudian hari saya tahu bahwa itu adalah cerita-cerita Israiliyat. Walaupun itu hanya cerita-cerita Israiliyat, akhirnya saya menyadari bahwa cerita-cerita Israiliyat, dan dongeng-dongeng pada umumnya tampaknya komunikatif bagi pendidikan anak-anak. Mereka anak-anak kecil itu dapat menangkap muatan nilai dalam cerita-cerita itu.
Sehabis nenek bercerita seperti cerita di atas misalnya, maka saya membayangkan diri saya seperti Nabi Sulaiman AS yang menyayangi binatang, memperhatikan binatang sampai kepada binatang yang sekecil semutpun. Saya membayangkan diri seperti burung kecil itu, tidak merasa rendah diri kepada yang lebih besar, tidak merasa takut namun penuh hormat kepada orang besar. Membayangkan diri seperti semut itu, bagaimana cara berhemat, tegar tidak berputus asa. Bersikap hormat dalam bertutur-sapa, tetapi berani menggurui Nabi Sulaiman AS, bahawa walaupun beliau itu seorang Nabi, tetapi bukanlah dan tidak boleh disamakan dengan Allah, tidak boleh mempertuhankan seorang Nabi. Sehingga kelak kemudian hari terasa gampang menghayati dan mendalami penjelasan guru mengaji saya tentang makna: Walam Yakun Lahu Kufuwan Ahadun (S.Al Ikhla-sh, 4). Dan tidak ada suatupun yang seperti Dia (112:4). Cerita-cerita Israiliyat itu yang pada mulanya hanya untuk anak-anak, kemudian diperluas sebagai cerita-cerita penglipur lara, bahkan diperluas lebih lanjut untuk konsumsi bagi para ibu di majelis-majelis ta'lim.
'Ala kulli hal, pada sisi lain perlu dipertanyakan benarkah dalam kejadian sesungguhnya Nabi Sulaiman AS dapat bercakap-cakap dengan burung dan semut? Untuk menjawab pertanyaan itu pembahasan akan dilanjutkan nanti Insya-Allah hari Ahad yang akan datang. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 19 November 1995
12 November 1995
[+/-] |
202. Pahlawan Nasional Bertambah Tiga Orang Lagi |
Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November, Kepala Negara telah mengangkat tiga gelar Pahlawan Nasional kepada H. Muhammad Saleh Tuanku Tambusai dari Ranah Minang, Nuku Tuan Barakat dari Tidore dan Syaikh Yusuf Tuanta Salamaka dari Makassar.
Setelah Bonjol jatuh, Peto Syarif Tuanku Imam Bonjol mundur di sekitar Bonjol dikecoh oleh Belanda untuk berunding di bukit Palupuh. Ternyata dalam perundingan itu Tuanku Imam Bonjol ditangkap Belanda. Itu terjadi pada 25 November 1837, seperti yang dilakukan oleh Belanda terhadap Pangeran Diponegoro 7 tahun sebelumnya di Magelang. Meskipun Tuanku Imam sebagai pimpinan tertinggi Paderi telah ditangkap, namun Tuanku Tambusai masih tetap melawan dan bertahan di benteng Dalu-Dalu. Untuk menjatuhkan Dalu-Dalu Belanda membutuhkan waktu persiapan 14 bulan lamanya, setelah Bonjol jatuh. Belanda mengepung Dalu-Dalu selama 10 hari. Setelah pertempuran berlangsung dengan sengit, Tuanku Tambusai dengan pengikut-pengikutnya meloloskan diri melalui pintu rahasia benteng, langsung melompat ke dalam sungai. Tuanku Tambusai tidak ketahuan ke mana perginya. Ke manapun Belanda mencarinya tidak dijumpai. Bermacam cerita mengenai Tuanku Tambusai. Konon dalam sebuah sampan yang hanyut dijumpai cincin stempel, sebuah Al Quran dan beberapa kitab yang dibawa Tuanku Tambusai dari Makkah. Dan konon kabarnya Tuanku Tambusai meloloskan diri ke Malaya (sekarang Malaysia). Dan konon kabarnya pula kuburannya dewasa ini dijumpai di negeri jiran itu.
Tentang Tuanta Salamaka telah pernah kita jumpai dalam kolom ini. Yaitu dalam Seri 106 dengan judul: "Syaikh Yusuf Tuanta Salamaka vs Karaeng Pattingalloang tentang Lima Perkara", tertanggal 5 Desember 1993. Sedangkan mengenai Nuku Sultan Barakat telah pernah pula kita jumpai dalam Seri 120 dengan judul: "Nuku vs Wieling, Membuktikan Diri Bersih, vs Praduga Tak Bersalah", tertanggal 20 Maret 1994.
Kita kutip sedikit dari Seri 106: Syaikh Yusuf adalah tokoh berkaliber internasional, dengan predikat ulama dalam kwalitas sufi, ilmuwan penulis puluhan buku, pejuang yang gigih di mana saja ia berada: di Gowa, di Banten, di Ceylon (Srilangka sekarang) dan di Tanjung Pengharapan, negaranya orang Boer (petani emigran Belanda, sekarang Negara Afrika Selatan). Karaeng Pattingalloang adalah Perdana Menteri kerajaan kembar Gowa-Tallo', negarawan, politikus, ilmuwan, yang publikasi karya ilmiyahnya belumlah ditemukan hingga dewasa ini.
Syahdan, inilah dialog di antara keduanya dalam Hikayat Tuanta Salamaka menurut versi Gowa, sebagaimana dituturkan oleh Allahu Yarham Haji Ahmad Makkarausu' Amansyah Daeng Ngilau'. Materi dialog itu ada lima perkara: anynyombaya saukang, appakala'biri' sukkuka gaukang, a'madaka ri bate salapanga, angnginunga ballo' ri ta'bala' tubarania, dan pa'botoranga ri pasap-pasaraka.
Maka menjawablah Karaeng Pattingalloang:
"Pertama, susatongi nipamari anynyombaya saukang, susahlah menghentikan rakyat menyembah saukang, sebab melalui saukang itulah wibawa raja ditegakkan, yang kedua, sukarlah juga menghentikan penghormatan gaukang, karena di situlah letaknya kemuliaan sang raja, anjoreng minjo kala'biranna sombaya, yang ketiga, tidaklah gampang Bate Salapang menghentikan bermadat, karena jika demikian takkuleami nagappa nanawa-nawa kabajikanna pa'rasanganga, tidak akan timbul gagasan-gagasan baru mengenai konsep pembangunan, yang keempat, kalau pasukan kerajaan dihentikan minum tuak, lalu kedatangan musuh, inaimo lanisuro a'jjallo', siapalah yang akan dikerahkan membabat musuh, yang kelima, juga tidak mungkin menutup perjudian di pasar-pasar, karena tenamo nantama baratuwa, tidak ada lagi pajak judi yang masuk dalam perbendaharaan kerajaan, antekammamo lanibajiki pa'rasanganga, lalu bagaimana mungkin menggalakkan pembangunan?"
Setelah dialog selesai, Tuanta Salamaka mengeluarkan pernyataan: "Punna tenamo takammana lakupilari butta Gowa, kalau keputusan kerajaan sudah demikian itu, akan kutinggalkan Butta Gowa. Tamangeai nyawaku anciniki sallang sare-sarenna Butta Gowa. Tak sampai hati saya menyaksikan kelak keruntuhan Butta Gowa." Menurut berita insya Allah Syaikh Yusuf akan diperingati tahun 1994 di Negara Afrika Selatan, yang mendapat dukungan kuat dari Nelson Mandela. Kolom ini ditulis untuk ikut sekelumit menyambut tahun kegiatan memperingati Syaikh Yusuf di rantau jauh itu.
Dari seri 120 tentang Nuku:
Perselisihan antara Nuku dengan Wieling perihal asas tersangka harus membuktikan dirinya bersih bertentangan dengan asas praduga tak bersalah betul-betul pernah terjadi dalam sejarah yang merobek gencetan senjata menjadi perang yang tidak dimaklumkan pada tahun 1805. Nuku adalah Sultan Tidore yang membebaskan kerajaannya dari bagian-bagian wilayah tiga gubernuran Kompeni Belanda (de drie Oostersche Provintien van Gouvernementen): Ternate, Ambon dan Banda. Nama lengkapnya Nuku Sulthan Said alJihad Muhammad alMabus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan Gelar Tuan Barakat Sultan Tidore, Papua dan Seram. Ia membebaskan (1780-1797) dan mempertahankan (1797-1805) wilayah kerajaannya dengan jalan peperangan yang sengit diselingi dengan diplomasi yang handal dan dengan siasat mengadu domba ketiga gubernur itu selama 25 tahun. Beberapa tahun menjelang akhir hayatnya (14 November 1805), yaitu sejak Gubernur Ternate menjalankan mekanisme pemerintahan Inggeris (1799), terjadi gencetan senjata antara Kerajaaan Tidore dengan Gubernur Ternate, yang menjalankan mekanisme pemerintahan Inggeris itu. Setelah Pemerintah Inggeris menyerahkan kembali kekuasaan kepada Pemerintah Belanda (1 Maret 1803), Ternate dimasukkan ke dalam wilayah Gubernur Ambon. Di Ternate hanya ditempatkan Wakil Gubernur Ambon, yaitu Carel Lodewijk Wieling.
Syahdan, 2 orang penghuni istana Tidore, yaitu dayang-dayang puteri Boki Fathimah yang bernama Sulasi dan Barunarasa mencuri emas, intan-berlian puteri itu dan melarikan diri ke Ternate. Nuku bersurat kepada Wieling pada 28 Muharram 1220 (18 April 1885) supaya kedua tersangka itu diextradisikan ke Tidore. Wieling menolak permintaan extradisi itu oleh karena menurut penyelidikannya, kedua orang itu sebenarnya adalah penduduk Ternate, bukan penduduk Tidore, jadi tidak tergolong di bawah wewenang pengadilan kerajaan Tidore (en dus in geen opsigte tot de Jurisdictie van het Tidorsche Rijk behooren; ejaan Belanda lama, sekarang opzicht dan behoren). Nuku dapat memahami penolakan itu, tidak seperti Amerika dan Inggeris yang tidak mau memahami Muammar Qaddafi yang menolak extradisi 2 orang tersangka warga Libia. Bukan hanya sekadar tidak mau mengerti bahkan melalui PBB memboikot Libia. Yang Nuku tidak mau mengerti ialah bahwa hasil pengadilan Belanda di Ternate menyatakan kedua tersangka tidak bersalah karena penuntut tidak dapat membuktikan kesalahan mereka. Seseorang tidak dapat dikatakan bersalah apabila tidak dapat dibuktikan kesalahannya, yakni asas praduga tak bersalah. Kejaksaan bukan saja bertugas memberantas kejahatan, tetapi juga melindungi siapa yang tidak bersalah (om zoo wel de ontschuld te beschermen als het quaad te beteugelen; ejaan lama, sekarang zo dan kwaad). Sedangkan dalam Kerajaan Tidore sejak Kolano Kaicil Cire raja Tidore yang mula-pertama masuk Islam (1450), berlaku hukum acara sesuai yang diletakkan asasnya oleh Khalifah 'Umar ibn Khattab RA: Anna- Laka Hadza, dari mana milikmu ini, tersangka harus membuktikan kebersihan dirinya. WalLahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 12 November 1995
5 November 1995
[+/-] |
201. Api dan Tanah |
Api dan tanah ini diangkat dari lanjutan keengganan Iblis untuk sujud kepada Adam. Dalam seri 199 telah dikemukakan bagaimana Allah SWT memerintahkan sekelompok malaikat untuk sujud memberi hormat kepada Adam, oleh karena Adam telah menjadi guru, mengajar malaikat itu mengenal identitas benda-benda. Semua malaikat dalam kelompok itu sujud memberi hormat kepada Adam kecuali Iblis, ia enggan memberi hormat dengan alasan: Qaala ana khayrun minhu khalaqtaniy min naarin wa khaqtahu- min Thiyn (S. Shad, 76). Berkata (Iblis): Aku lebih baik daripadanya (Adam), Engkau ciptakan aku dari api, sedang Engkau ciptakan dia dari tanah (38:76).
Rupanya Iblis mempergunakan pendekatan teleologis, meninjau suatu fenomena berdasar atas asal kejadiannya. Semua gerak menuju ke arah asal yang bergerak itu. Api bergerak ke atas karena berasal dari atas, sedangkan tanah bergerak ke bawah karena berasal dari bawah. Itulah sebabnya menurut tinjauan Iblis api lebih tinggi kedudukannya dari tanah, karena api di atas sedangkan tanah hanya di bawah saja. Tidaklah logis menurut Iblis api disuruh sujud kepada tanah.
Tidaklah semua yang logis itu mesti benar. Logika Iblis tidak benar, karena memakai pendekatan yang tidak benar, yaitu pendekatan teleologis berdasar atas kejadian dirinya dan kejadian Adam. Menurut Al Quran pendekatan teleologis haruslah berdasar atas maksud penciptaan dan fungsi hasil ciptaan Allah SWT, bukan atas dasar asal kejadian. Wa maa khalaqtu jinna wa l.insa illa- liya'buduwn (S. AdzDzaariya-t, 56). Tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu (51:56). Rabbanaa maa khalaqta ha-dzaa baathilan subha-naka faqinaa 'adzaaba nnaar (S. Ali 'Imraan, 191). Wahai Maha Pengatur kami, tidaklah Engkau ciptakan semuanya ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari azab neraka (3:191).
Jadi tujuan penciptaan adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT (51:56). Semua makhluq ciptaanNya tunduk pada SunatuLlah, aturan-aturan Allah SWT. Makrokosmos tunduk kepada SunnatuLlah yang disebut medan gravitasi. Mikrokosmos tunduk kepada SunnatuLlah yang disebut medan elektromagnet, gaya kuat (kekuatan nuklir) dan gaya lemah (penyebab radioaktif). Semua makhluq ciptaan Allah SWT tidaklah sia-sia, semua ada gunanya, semua ada fungsinya (3:191).
Secara teleologis fungsi makhluq ciptaan Allah yang disebut ozon (O3) adalah untuk melindungi kita dari bahaya sinar gamma spektrum ultra lembayung. Karena Allah memfungsikan ozon sebagai lapisan pelindung itu, maka Allah menempatkan ozon jauh di atas permukaan bumi. Untuk itu Allah menjadikan kerapatan (density) O3 lebih kecil dari kerapatan O2, sehingga O3 lebih ringan dari O2, pada hal jika ditinjau dari segi berat molekul, O2 (32) lebih ringan dari O3 (48). Kalaulah Allah menjadikan kerapatan berbanding lurus dengan berat molekul dalam hal oksigen dan ozon tersebut, maka setelah terjadi kilat ozon yang terbentuk itu akan jatuh ke bawah sedangkan sebaliknya oksigen akan naik ke atas. Ozon adalah racun bagi paru-paru kita, sedangkan oksigen kita butuhkan untuk bernafas. Demikianlah secara teleologis Allah menjadikan kerapatan berbanding terbalik dengan berat molekul dalam hal oksigen dan ozon, sehingga manusia dapat hidup dipermukaan bumi karena dapat bernafas dan tidak kena racun ozon, serta aman dari bahaya sinar ultra lembayung. Jadi tidaklah ozon itu bergerak ke atas karena asalnya dari atas. Demikian pula dengan api. Adapun api adalah gas yang berpijar. Makin berpijar makin kecil kepadatannya, sehingga makin ringan. Maka api itu bergeraklah ke atas karena makin menjadi ringan, bukan karena asal api itu dari atas seperti hasil pendekatan teleologis Iblis.
Syahdan, peristiwa Allah menyuruh Iblis sujud kepada Adam, api sujud kepada tanah, mempunyai makna paedagogis dan teknologis. Adam mengajarkan nama-nama kepada malaikat dan iblis sehingga Adam adalah guru para malaikat dan iblis. Makna paedagogis dalam perkara ini adalah murid harus menghormat gurunya. Adapun makna teknologis ialah api yang tidak tunduk pada tanah berbahaya. Ini terjadi pada waktu terjadinya kebakaran. Api dengan leluasa melahap bangunan karena ia mengarah ke atas. Akan tetapi jika api ditundukkan pada tanah akan mendatangkan manfaat. Orang memasak di dapur memaksa api tunduk pada tanah, periuk diletakkan di atas api, maka tunduklah api itu pada tanah. Pada stasiun pembangkit listrik tenaga uap, api dipaksa tunduk pada tanah. Generator penghasil aliran listrik diputar oleh turbin yang tenaganya diserap dari tenaga potensial uap, maka disebut turbin uap. Uap dihasilkan oleh ghallayah (ketel, boiler). Di dalam ghallayah itulah api dipaksa tunduk pada tanah, yaitu di dalam ruang pembakaran pada ghallayah pipa air dan dalam ruang pembakaran dan dalam pipa pada ghallayah pipa api. Periuk, pipa dan bata tahan panas (fire bricks) dalam ruang bakar pada hakekatnya adalah tanah.
Perihal Allah menjadikan Iblis dari api mempunyai makna psikologis. Nafsun ammarah dalam diri manusia intensitasnya bertambah jika dibakar oleh api Iblis. Makin tinggi suhu api Iblis yang membakar nafsun ammarah ibarat besi dalam tanur. Makin tinggi suhu besi dibakar oleh gas berpijar dalam tanur, maka akhirnya besi itu berpijar pula. Alhasil terjadilah fenomena besi menyatu menjadi api dan api menyatu dengan besi. Jika nafsun ammarah itu sudah menyatu dengan api Iblis, nafsun ammarah meluap keluar, maka orang yang bersangkutan menularkan apinya kepada orang lain dalam kelompoknya, terjadilah tawuran, bahkan lebih hebat lagi orang bersangkutan akan membantai orang lain.
Iblis dijadikan dari api, naar (Nun, Alif, Ra) dan malaikat dari cahaya nur (Nun Waw. Ra). Masing-masing bercahaya, iblis cahayanya panas, malaikat cahayanya dingin. Kejadian iblis dari Nun, Alif, Ra. Huruf alif tegak, perlambang kesombongan, sedangkan kejadian malaikat dari Nun, Waw, Ra). Huruf waw menunduk, perlambang kepatuhan. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar 5 November 1995
29 Oktober 1995
[+/-] |
200. Gerhana Matahari Penuh |
Dalam tahun 1995 ini tanggal 24 Oktober, di beberapa tempat terjadi gerhana matahari penuh. Sekitar seribu tiga ratus enam puluhan tahun yang silam, seorang balita yang bernama Ibrahim meninggal dunia tatkala terjadi gerhana matahari penuh. Maka dalam sejenak itu terbentuklah opini masyarakat dalam kota itu, yang mengkultuskan ayah sang balita. Setelah ayah sang balita mendengar pengkultusan dirinya, ia keluar rumah meninggalkan sejenak jenazah anak yang disayanginya itu, kemudian membantah opini masyarakat itu, meskipun ia mendapatkan keuntungan politis oleh terbentuknya opini umum itu. Ia membantah bahwa tidak ada hubungan antara kematian Ibrahim dengan gerhana matahari. Bahwa gerhana itu adalah fenomena alam yang biasa, tanda kekuasaan Allah SWT.
Siapakah itu balita Ibrahim dan siapakah ayahnya? Ibrahim adalah putera kesayangan Nabi Muhammad SAW dari isteri beliau Sitti Maria Al Qibth.(*) Setelah RasuluLlah SAW membantah pengkultusan dirinya, selanjutanya beliau menyuruh orang melaksanakan shalat gerhana matahari. Ada empat hal yang dapat disimak dari peristiwa gerhana matahari penuh di atas itu.
Pertama, bahwa tidak ada hubungan antara perjalanan hidup seseorang dengan fenomena alam. Seorang Muslim tidak diperbolehkan mempercayai ramalan tentang kehidupannya berdasar atas posisi matahari terhadap zodiak di atas ekliptika pada bola langit pada waktu ia dilahirkan. Adapun yang dimaksudkan dengan ekliptika adalah jalur yang dilalui oleh matahari, bulan dan planet-planet yang dapat dilihat dengan mata telanjang (tanpa teropong bintang) pada bola langit, jika dari bumi ini kita melihat ke atas, jika bumi dijadikan titik pusat sistem koordinat. Apabila matahari yang dijadikan titik pusat sistem koordinat, maka bidang yang dibentuk oleh lintasan bumi mengorbit matahari yang berbentuk ellips dengan matahari pada salah satu titik pusat ellips tersebut, disebut bidang ekliptika. Kembali pada bumi yang dijadikan titik pusat sistem koordinat, maka tampaklah pada bola langit matahari, bulan dan planet-planet yang menempuh jalur ekliptika itu melintasi 12 Zodiak (= Rasi Bintang [Ind], Sterrenbeeld [Bld]). Sterrenbeeld artinya bayangan bintang. Istilah ini cocok sekali dengan identifikasi benda tersebut. Penggugusan bintang-bintang sekitar ekliptika hanyalah atas dasar menghubung-hubungkan bintang-bintang dengan garis-garis sehingga terbentuk lukisan yang dibayangkan atau diimajinasikan sebagai gambar manusia (Gemini = manusia kembar, dan Virgo = perawan), gambar dewa pencipta air dalam mithologi Yunani (Aquarius), gambar binatang (Aries = domba, Taurus = lembu, Cancer = kepiting, Leo = singa, Scorpio = kala dan Pisces = ikan), gambar benda (Libra = timbangan) dan gambar binatang khayalan dalam mithologi Yunani (Sagittarius = kuda berkepala manusia dan Capricorn = ular berkepala menjangan). Karena dikelompokkan berdasar atas gambar yang diimajinasikan itu, maka campur aduklah bintang-bintang itu dalam setiap zodiak mengenai jarak yang berbeda-beda (tahunan cahaya, ratusan tahun cahaya, ribuan tahun cahaya, jutaan tahun cahaya).
Walhasil, ini yang kedua, ramalan bintang sama sekali tidak berdasar. Iaitu ditolak baik secara naqliyah (keterangan Nabi Muhammad SAW), maupun secara aqliyah, manalah dapat diterima akal jalan hidup seseorang bertumpu pada zodiak yang yang penggugusannya atas dasar imajinasi gambar-gambar.
Ketiga, bahwa RasuluLlah SAW adalah manusia biasa, bedanya dengan kita ialah RasuluLlah SAW mendapatkan wahyu dari Allah SWT. Dari Firman Allah di bawah ini dapat kita baca bahwa RasuluLlah SAW dan para Rasul semuanya adalah manusia biasa yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT: Qa-lat Lahum Rusuluhum Inna Nahnu Illa- Basyarun Mitslukum (S. Ibrahim, 11). Berkata Rasul-rasul mereka kepada mereka itu: Kami tidak lain hanyalah basyar seperti kamu (14:11). Qul Subhana Rabbiy Hal Kuntu Illa- Basyaran Rasuwlan (S. Al Isra', 93). Katakanlah (hai Muhammad): Maha Suci Maha Pengaturku, bukankah aku ini hanya basyar yang menjadi Rasul (17:93). Basyar adalah makhluq nyata ciptaan Allah, makhluq yang berdarah daging makan dan minum yang mempunyai ruh, yaitu manusia biasa. Jadi tidak boleh para Rasul itu kita kultuskan (diangkat menjadi sesembahan), oleh karena beliau-beliau itu adalah manusia biasa juga. Bedanya dengan kita adalah beliau-beliau itu mendapatkan wahyu dari Allah SWT.
Keempat, bahwa apabila terjadi gerhana matahari disunatkan untuk melaksanakan shalat gerhana matahari. Shalat adalah dzikruLlah, mengingat Allah. Shalat gerhana matahari adalah mengingat Allah Yang difokuskan pada kekuasaan Allah Yang menetapkan gerhana matahari yang unik. Allah menetapkan kecepatan tangensial bulan pada orbitnya dan kecepatan tangensial bumi pada orbitnya. Kecepatan tangensial bulan menentukan jarak antara bulan dengan bumi dan kecepatan tangensial bumi menentukan jarak antara bumi dengan matahari. Dengan kedua jarak yang tertentu itu, terjadilah hal yang unik, yaitu jika terjadi gerhana matahari penuh, maka bulan tepat-tepat menutup matahari.
Keadaan bulan yang tepat-tepat dapat menutup matahari memungkinkan orang dapat menfoto bagian luar matahari. Dari hasil foto itu dapat dilihat bahwa matahari dibungkus oleh lapisan yang disebut corona. Pada lapisan terluar dari corona itu terdiri atas gas (fluida) interstellair yang disedot oleh matahari. Matahari berenang dalam fluida interstellair (disebut Dukha-nun dalam S. Fushshilat, 11).
Kullun fiy Falakin Yasbahuwna (S.Al Anbiya-, 33; S.Yasin 40). Setiap (benda langit) berenang dalam jalurnya (21:33, 36:40). Karena bulan dapat tepat-tepat menutup matahari, maka bintang-bintang yang berdekatan dengan matahari pada bola langit dapat difoto pada siang hari. Einstein dalam Teori Relavitas Umum mengatakan bahwa cahaya itu dapat dibelokkan oleh medan gravitasi. Itu ternyata betul setelah diujicoba tatkala terjadi gerhana penuh pada tanggal 29 Mei 1919 di Sobral (Brazilia) dan di pulau Principe (Afrika Barat).
Demikianlah Allah SWT memberikan kesempatan kepada manusia untuk dapat menyaksikan dukhan, menyaksikan matahari berenang dalam dukhan itu dan menyaksikan cahaya itu dapat dibelokkan oleh medan gravitasi, karena Allah menetapkan gerhana matahari itu menjadi unik: bulan tepat-tepat dapat menutup matahari. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 29 Oktober 1995
------------------
(*) Para penulis barat berspekulasi bahwa Sitti Maria Al Qibth yang datang bersama dengan utusan Muqawqis Pembesar Qibth untuk mengikat hubungan diplomatik persahabatan antara Madinah dengan Al Qahirah, disebutkan sebagai budak prempuan yang dihadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Status budak Sitti Maria Al Qibth itu dibantah oleh Shahih Bukhari seperti berikut:
"'An 'Umari bni lHaarits Akhiy Juwayriyata Ummi lMu^miniyna Qaala Maa Taraka Rasuwlu Lla-hi SH 'Inda Mawtihi DirHaaman wa Laa dynaaran wa Laa 'Abdan wa laa Amatun wa Laa Syay.an Illaa Baghlatahu lBaydha-a wa Silaahahu wa Ardhan Ja'alahaa Shadaqatan (Rawaahu lBukhaariy-1463-)," artinya: Dari 'Amr bin al-Harits, saudara Juwairiyah Ummul Mu^minin, ia berkata: RasuluLlah SAW tidak meninggalkan waktu wafatnya satu dirham dan tiada dinar dan tidak ada budak laki-laki, tidak ada budak perempuan dan tidak sesuatu, kecuali baghal beliau yang putih dan senjata beliau dan sekeping tanah yang telah beliau mensedekahkannya (Diriwayatkan oleh Bukhari-1463-)
22 Oktober 1995
[+/-] |
199. Malaikat dan Sikap Hormat kepada Guru |
Malaikat adalah makhluq Allah yang ghaib, artinya tidak dapat diindera oleh pancaindera manusia, juga tak dapat dideteksi oleh instrumen laboratorium bikinan manusia bagaimanapun canggihnya. Kita tahu tentang adanya malaikat karena Allah memberi-tahu kita melalui wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad RasuluLlah SAW, Nabi 'Isa AS dan Nabi Musa AS yang berwujud ayat Qawliyah. Jadi malaikat itu harus diimani, termasuk satu di antara Rukun Iman yang enam. Malak(un), nama spesi makhluq ghaib tersebut. Spesi makhluq lain seperti misalnya Basyar(un), adalah nama spesi makhluq nyata yang berdarah daging yang mempunyai ruh yaitu kita ini, manusia.
Dalam qaidah bahasa Arab muannats (gender perempuan) menyatakan sebagian dari mudzakkar (gender laki-laki). Syajar(un) menyatakan keseluruhan spesi yang disebut pohon, syajarah(tun), sekelompok atau sebagian jenis pohon. Malaikah (bentuk muannats) menyatakan sekelompok atau sebagian dari malak (mudzakkar). Namun dalam bahasa Indonesia, baik malak maupun malaikah, kedua-duanya biasanya diterjemahkan dengan malaikat.
Walaupun malaikat itu makhluq ghaib, namun sewaktu-waktu Allah menyuruh makhluq ini untuk berkomunikasi dengan spesi Basyar. Oleh karena itu malaikat itu diberi kemampuan oleh Allah beralih wujud menjadi Basyar pula. Malaikat Jibril AS menjelma menjadi Basyar ketika berkomunikasi dengan Maryam, untuk menginformasikan kepadanya bahwa Maryam kelak akan melahirkan seorang anak yang suci. Pada waktu malaikat Jibril AS menyampaikan wahyu yang pertama kepada Nabi Muhammad SAW (berupa lima ayat yang pertama dari S. Al Alaq), ia berubah wujud seperti Basyar. Tatkala Jibril AS mendatangi Maryam dan Nabi Muhammad SAW, Jibril AS tidak disaksikan oleh Basyar yang lain oleh karena Maryam dan Nabi Muhammad SAW tatkala itu sedang sendirian.
Malaikat Jibril AS yang sedang berwujud Basyar dapat pula disaksikan oleh para sahabat, tatkala Jibril AS berkunjung kepada Nabi Muhammad SAW yang sedang duduk satu majelis dengan para sahabat, bertanya kepada Nabi yang artinya: "Apa itu iman apa itu Islam, dan apa itu ihsan." Demikian pula tatkala para malaikat yang berwujud Basyar, yang diperintahkan Allah untuk menghubungi Nabi Ibrahim AS, turut pula disaksikan oleh Sarah. Tujuan para malaikat yang berubah wujud menjadi Basyar itu ialah untuk menginformasikan kepada Nabi Ibrahim AS, bahwa pertama, isterinya Sarah akan mempunyai putera kelak, walaupun Sarah pada waktu itu sudah dalam keadaan berhenti haid, dan kedua, bahwa Sodom dan Gomorrah (Qamran), pemukiman Nabi Luth AS akan dibinasakan oleh para malaikat itu, karena penduduknya homosexual dan lesbian. Karena para malaikat itu berwujud Basyar, maka penduduk Sodom dan Gomorrah yang berada sekitar rumah Nabi Luth AS dapat pula melihat malaikat itu, bahkan orang-orang homosexual itu ingin memesumi malaikat dalam wujud Basyar itu.
Berfirman Allah dalam Al Quran: Qa-la YaAdamu Anbi'hum biAsma-ihim (S. AlBaqarah, 32). Berfirman (Allah), hai Adam informasikan kepada mereka (malaikat) nama-nama (barang) (2:32). Selanjutnya Firman Allah, Waidz Qulna- lilMalaikati Sjuduw liAdama faSajaduw illa- Ibliysa Abay waStakbara (S. AlBaqarah, 33). Dan Kukatakan kepada malaikat sujudlah kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan sombong (2:33).
Ayat (2:32) menjelaskan latar belakang keluarnya perintah Allah kepada Al Malaikatu, sekelompok malaikat. Bunyi perintah itu, Usjuduw liAdama sujudlah kamu kepada Adam. Allah SWT memerintahkan sekelompok malaikat itu sujud kepada Adam bukan sebagai pernyataan dari malaikat itu untuk mengkultuskan Adam, melainkan sebagai pernyataan hormat kepada Adam, oleh karena Adam telah menjadi guru, mengajar malaikat itu mengenal identitas barang-barang disekitar majelis itu. Walaupun tidak secara tegas dijelaskan dalam ayat itu bagaimana wujud sekelompok malaikat pada waktu berkomunikasi dengan Adam, kita dapat mengansumsikan bahwa pada waktu terjadinya komunikasi itu, sekelompok malaikat tersebut berubah wujud menjadi Basyar.
Jelaslah ayat di atas itu mengandung muatan nilai: Para murid wajib menghormati gurunya. Murid yang tidak menghormati gurunya sifatnya seperti Iblis. Nilai hormat kepada guru ini masih dijunjung tinggi dahulu, walaupun masih dalam penjajahan. Pada waktu saya masih di sekolah dasar dahulu hingga zaman pendudukan Jepang (Futsu dan Jokyu Kogakko), murid-murid menghormati gurunya dengan memanggil karaeng (di daerah yang berbahasa Makassar, Konjo dan Selayar) dan puang (di daerah yang berbahasa Bugis). Di dalam cerita silat guru (suhu) sangat dihormati. Murid harus sujud (paykui) kepada gurunya. Bangsa Jepang adalah bangsa yang menaruh hormat kepada guru. Pada waktu pendudukan Jepang, balatentera (heitai) Jepang yang kejam-kejam dan bengis, tidak pernah berlaku kejam kepada guru bumi-putera. Kalau tentara Jepang bertanya kepada penduduk: Ano katawa sensei desuka? (Apakah orang itu guru?), dan mendapat jawaban: Hai (ya), maka sikap galaknya berubah menjadi sopan, mendatangi guru itu sambil menghormat dengan membungkuk.
Nilai hormat kepada guru, sebagai hormatnya malaikat kepada Adam, sang guru, sudah tercecer dari bangsa kita. Hanya tinggal sebagai cerita saja. Bangsa Indonesia sekarang ingin menghasilkan produksi unggulan yang dapat diekspor, strateginya ialah meningkatkan Sumberdaya Manusia (mestinya disingkat SM, bukan SDM), yang kuncinya antara lain terletak dalam sikap hormat kepada guru. Tawuran dalam kalangan siswa dan mahasiswa insya Allah dapat diredam, jika menempuh strategi: Gerakan nasional membina sikap hormat kepada guru. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 22 Oktober 1995
15 Oktober 1995
[+/-] |
198. Gunung Es |
Lilin beku tenggelam dalam lilin cair. Inilah sifat zat pada umumnya, zat yang beku tenggelam dalam zat serupa yang cair. Seperti telah dijelaskan dalam Seri 013 tidak demikian halnya dengan air. Air beku (baca es) timbul pada air cair (baca air). Demikianlah air diciptakan Allah dengan sifat yang tidak normal. Dalam ilmu fisika disebut sifat anomali dari air. Dengan sifat anomali itu Allah memelihara binatang-binatang air di tempat-tempat yang bermusim dingin. Jika lilin cair membeku maka pembekuan itu dari bawah ke atas oleh karena lilin beku tenggelam dalam lilin cair. Pada air proses pembekuan itu mulai dari atas ke bawah karena air beku timbul pada air cair. Sampai pada ketebalan tertentu suhu dingin tidak dapat lagi menembus lapisan es yang tebal, sehingga air tidak membeku di bawah lapisan es yang tebal. Maka terpeliharalah binatang-binatang air di musim dingin.
Gunung es mempunyai makna dalam sosiologi. Berat jenis es 0.9, yang berarti gunung es yang mengapung sembilan bagian yang tenggelam dan satu bagian yang timbul. Dalam sosiologi utamanya mengenai bahaya yang mengancam masyarakat, bagian gunung es yang di bawah air itu dipakailah ungkapan latent, tersembunyi. Seperti misalnya: Organisasi tanpa bentuk (OTB) dalam wujud komunisme gaya baru (KGB) merupakan bahaya latent ibarat gunung es. Kalau gunung es yang tersembunyi dalam air tetap besarnya, maka dalam hal sosiologi tidaklah dapat diketahui berapa banyak bagian yang terpendam dan yang tersembul. Lagi pula senantiasa dalam keadaan dinamis antara kuantitas fraksi yang tersembunyi dengan yang nyata. Dalam tawuran yang dapat diindera misalnya tidaklah diketahui berapa banyak yang terpendam penyebab tawuran itu. Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi tinggi rendahnya perbandingan kuantitas yang nampak dengan yang tersembunyi dalam masyarakat, seperti keadaan hiruk-pikuk (crowding), kerumunan, lapangan kerja yang sulit, keadaan yang tidak menentu dan persaingan sengit.
Yang akan saya bahas selanjutnya adalah kondisi yang dapat menurunkan intensitas tawuran pelajar dan mahasiswa. Atau dengan perkataan lain memperkecil kuantitas fraksi yang tersembunyi dari penyebab tawuran. Sangatlah dikenal ungkapan proses belajar mengajar. Dalam ungkapan itu tidak ada sama sekali kata kunci yang sangat penting: pendidikan. Ungkapan menunjukkan pola pikir. Ungkapan proses belajar mengajar menunjukkan pola pikir yang kurang menekankan pada pendidikan. Memang secara teori dikatakan bahwa suatu kurikulum yang bulat dan utuh haruslah mengandung: pengetahuan, keterampilan dan sikap. Mentransfer pengetahuan dan keterampilan itulah yang pengajaran, sedangkan mentransfer yang akan membuahkan sikap, yaitu meneruskan pesan nilai-nilai, itulah yang pendidikan. Akan tetapi dengan ungkapan proses belajar mengajar maka pola pikir itu bobotnya hanya diarahkan pada pada pengajaran: kognisi dan psikomotorik, yang diukur dengan Index Prestasi. Pola pikir yang demikian kuranglah mengacuhkan pendidikan.
Dalam penjabaran kurikulum seharusnyalah kognisi dan psikomotorik itu bermuatan pesan-pesan nilai. Kurikulum yang dijabarkan dalam silabus, TIU ke TIK, tidak boleh mengabaikan nilai yang akan membentuk sikap dan watak anak didik. Tidak terkecuali tentang sikap yang dimulai mencintai alma mater, meningkat kepada mencintai sesama manusia dan seterusnya mencintai Allah dan RasulNya. Mahasiswa yang mencintai alma maternya akan menghormati dan menjaga serta memelihara baik-baik nama dan kehormatan alma maternya itu.
Walhasil, ungkapan proses belajar mengajar harus diperbaiki, dengan memasukkan ke dalamnya kata kunci pendidikan. Lalu menjadilah ia dengan ungkapan mendidik dalam proses belajar mengajar. Suatu pekerjaan rumah bagi para pendidik, yang tentu saja bukan hanya dalam ruang lingkup pendidikan tinggi, melainkan dalam ruang lingkup yang lebih luas, mulai dari pendidikan taman kanak-kanak, sampai dengan pendidikan tinggi.
Hal yang serupa terlihat dalam hal Da'wah Islamiyah, yang bobotnya hanya difokuskan pada yang kognisi, mentransfer pengetahuan tentang keIslaman. Contohnya mengenai shalat. Pengetahuan mengenai shalat yang betul menurut fiqh itu perlu untuk tertibnya shalat. Tetapi jangan hanya berhenti sampai di situ, karena shalat bukanlah tujuan, melainkan sarana untuk mencapai tujuan. Apa tujuan shalat?
Inna shShalawta Tanhay 'Ani lFahsya-i wa lMunkari (Al 'Ankabuwt 45), Sesungguhnya shalat mencegah perbuatan keji dan munkar (29:45). Alhasil, da'wah itu bukan hanya sekadar untuk yang kognisi (filosofi), keterampilan (menurut fiqh), melainkan haruslah pula menyentuh hati nurani (tasawuf) yang akan menghasilkan pola pikir yang Islami, yang selanjutnya sikap yang Islami dan selanjutnya lagi tingkah laku yang Islami. WaLlahu a'lamu bi shshawab.
*** Makassar, 15 Oktober 1995
8 Oktober 1995
[+/-] |
197. Atlantis the Lost Continent |
Pada 30 September 1995 hari Sabtu yang lalu melalui tayangan SCTV saya sempat menyaksikan menjelang bahagian akhir film yang berjudul Atlantis the Lost Continent. Yaitu adegan tenggelamnya benua itu oleh semacam senjata laser. Pada 16 Agustus 1953 sebuah berita kecil diberitakan oleh koran di Belgia: Een Duitser zou in de buurt van Helgoland op de bodem van de Noordzee het verzonken, legendarische eiland "ATLANTIS" hebben teruggevonden. (Seorang Jerman rupa-rupanya telah menemukan kembali "ATLANTIS" pulau legendaris yang tenggelam itu di sekitar Helgoland pada dasar Laut Utara -HMNA-). Dan pada permulaan tahun 1954 terbitlah sebuah buku di Jerman, karya Jurgen Spanuth yang berjudul: Das entratselte Atlantis. (Terkuaknya Teka-teki Atlantis -HMNA-).
Sebelumnya sekitar 900 buku yang telah diterbitkan mengenai Atlantis itu. Disepakati bahwa pulau itu terletak pada dasar laut Atlantik. Tak terhitung banyaknya pula cerita imajinasi tentang Atlantis, yang salah satu di antaranya ditayangkan oleh media elektronika SCTV itu. Pakar-pakar di bidang oceanograf, geologi, sejarah seperti Egyptolog Breasted, penjelajah peneliti Afrika Leo Frobenius, bahkan penulis roman Pierre Benoit menulis tentang benua legendaris ini. Barulah Jurgen Spanuth yang mencoba membuktikan teorinya dengan upaya expedisi ilimyah.
Spanuth berkesimpulan dalam teorinya pada 1948 bahwa Atlantis terletak di dasar Laut Utara berdasarkan cerita-cerita dan saga dari penduduk yang bermukim sekitar Laut Utara tentang sebuah negeri yang tenggelam disapu air laut. Untuk mendapatkan dana ekspedisi ia menulis dan berceramah di Muenchen dalam tahun 1950 dan berhasil mengumpulkan dana guna keperluan ekspedisi. Dalam bulan-bulan musim panas dua tahun berturut-turut (1952 dan 1953) ia meneliti dasar laut di sekitar Helgoland. Kegiatan dalam bulan Juli dan Agusutus 1953 inilah yang sempat diliput oleh koran Belgia dan diberitakan 16 Agusutus 1953 seperti dikemukakan di atas itu.
Tidaklah berarti bahwa upaya dan jerih payah expedisi Spanuth itu diterima pembuktiannya oleh para pakar. Seperti juga halnya dengan Thor Heyerdahl yang berteori dan berexpedisi. Heyerdahl berupaya membuktikan teorinya bahwa penduduk Polynesia berasal dari Amerika Selatan dan orang Mesir Kuno mempunyai hubungan kebudayaan (pyramida dan mummi) dengan orang Aztec, Maya dan Inca di Amerika. Dari segi pyramida dan mummi ini pulalah para pakar penteori Atlantis itu (kecuali Spanuth) mengatakan bahwa bangsa Atlantis merupakan bangsa-perantara di antara kebudayaan Mesir Kuno dengan kebudayaan Aztec, Maya dan Inca. Thor Heyerdahl berexpedisi menyeberangi Lautan Teduh dari Amerika Selatan ke Polynesia dengan rakit dari kayu balsa. Rakit itu ia beri nama Kon Tiki, nama dewa penduduk asli Amerika Selatan dan Polynesia. Juga berexpedisi menyeberangi Samudera Atlantik dengan rakit dari batang-batang papyrus. Rakit itu diberi bernama Ra, salah satu dewa dalam agama Mesir Kuno dari tiga serangkai Amun-Ra-Osiris. Ia berhasil dalam kedua expedisi itu, namun teorinya tidak diterima oleh kebanyakan pakar.
Cerita tentang benua Atlantis itu bersumber dari orang seorang yaitu Plato (428 - 347) Seb. Miladiyah. Ia menulis tentang sebuah negeri yang terletak pada sebuah pulau yang ia namakan Atlantis. Menurut Plato, Solon (638 - 559) seb. M. telah pergi ke Mesir dan mendapat informasi dari pendeta Mesir bahwa pernah suatu waktu dahulu kala pada lautan luas sebelah barat Laut Tengah terdapat sebuah pulau yang didiami oleh sebuah bangsa yang telah tinggi kebudayaannya. Ibu kotanya kaya dikelilingi benteng yang kokoh. Namun kemudian pemerintahannya mengalami dekadensi (busuk ke dalam -HMNA-), lalu mengalami kemunduran budaya dan bahkan akhirnya bangsa itu punah karena pulaunya tenggelam disapu air laut.
Dalam Seri 145 telah dikemukakan bahwa Abu alHasan 'Ali alAsy'ari (873 - 935), peletak dasar Ilmu Kalam golongan Ahlussunnah, membangun metode pendekatan beralatkan mata pisau analisis yang mengerat substansi dan fenomena ke dalam tiga klasifikasi: wajib, mungkin, mustahil. Substansi dan fenomena yang sesuai TaqdiruLlah (seperti misalnya contoh sekarang: gravitasi) masuk kategori wajib, yang tidak bertentangan dengan TaqdiruLlah (contoh sekarang: teori dawai kosmik) termasuk kategori mungkin, boleh jadi benar, barangkali salah dan yang bertentangan dengan TaqdiruLlah (contoh sekarang: melanglang-buana menembus waktu) termasuk kategori mustahil.
Pekabaran dari Plato itu masuk dalam kategori mungkin. Karena mungkin, kita dapat berasumsi, yaitu ada suatu bangsa yang telah tinggi kebudayaannya, berbenteng kokoh yaitu bangsa Atlantis. Kemudian mengalami kemunduran budaya dan akhirnya punah karena pulaunya tenggelam disapu air laut. Expedisi ilmiyah menggali tanah menyelam laut mencari reruntuhan kota bagi para Muslim yang pakar bukan hanya sekadar untuk kemajuan dan kepentingan ilmu itu semata, melainkan menarik pelajaran dari sejarah keruntuhan bangsa-bangsa terdahulu. Awalam Yasiyruw Fiy lArdhi Fayanzhuruw Kayfa Ka-na 'Aqibatu Lladziyna Ka-nuw Min Qablihim Ka-nuw Hum Asyadda Minhum Quwwatan Wa Atsa-ra Fiy lArdhi Falakhadza Humu Llahu Bidzunuwbihim (S. Al Mu'min, 21). Tidakkah mereka menjelajah di bumi, lalu mereka memperhatikan bagaimana akibat orang-orang yang ada sebelum mereka, yang kekuatannya lebih hebat dari mereka, yang mendirikan benteng-benteng di atas bumi, kemudian Allah membinasakan orang-orang itu karena dosa-dosanya (40:21). WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 8 Oktober 1995
1 Oktober 1995
[+/-] |
196. Bahan Bakar yang Dapat Diperbaharui, Suatu Tinjauan Masa Depan Sumber Energi |
Orang mengklasifikasikan sumber energi dalam tiga jenis:
Pertama, yang dapat diperbaharui (renewable), seperti pasang-surut yang berulang secara berirama setiap sekitar 24 jam, akibat tarikan gravitasi bulan terhadap selubung cair (laut) dari bumi.
Kedua, yang tak dapat diperbaharui seperti bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu-bara).
Ketiga, yang tak terhabiskan (non-exhausted), seperti sinar dalam wujud photon dari matahari termasuk anak-cucunya. Adapun anak photon adalah energi angin, energi arus laut dan energi potensial air. Bagian atmosfer dan air laut yang kena pukulan photon suhunya akan naik. Maka mengalirlah udara dan air laut dari tempat yang lebih dingin ke tempat yang panas itu, lalu terjadilah hembusan angin dan aliran arus laut. Karena pukulan photon pada permukaan laut dan danau, air laut dan danau menguap membubung ke atas bergumpal menjadi awan, kemudian turun menghujani bumi. Air hujan yang jatuh di bumi pada tempat yang ketinggian mempunyai energi potensial. Adapun cucu photon adalah anak energi angin, yaitu energi ombak. Terjadinya ombak karena tekanan angin pada muka laut atau danau.
Kebutuhan energi secara global makin meningkat. Sumber energi berupa bahan bakar fosil ditambah dengan sumber-sumber energi dari photon yang dipancarkan matahari beserta anak-cucunya, berikut dengan energi pasang-surut sudah mulai tidak memadai lagi untuk melayani pertumbuhan industri. Bahkan persediaan minyak bumi sudah semakin menipis, sehingga digalakkan sekarang pemakaian batu-bara.
Maka orang menoleh kepada bahan bakar nuklir, yakni sumber energi yang terkandung dalam mikro-kosmos, ke dalam inti atom, yang secara populer dikenal dengan ungkapan tenaga nuklir, yaitu tenaga yang mengikat ibarat perekat yang mencegah inti atom berantakan akibat proton-proton yang saling tolak-menolak, karena mempunyai muatan listrik yang sama yaitu muatan positif.
Ada dua cara untuk mengais keluar tenaga nuklir itu. Pertama, dengan proses pembelahan (fisi) inti atom. Atom yang lebih berat ditembaki sehingga pecah menjadi atom yang lebih ringan. Kedua, dengan proses penyusunan (fusi) inti atom, atom yang lebih ringan ditembaki sehingga terbentuk atom yang lebih berat. Baik pada proses fisi maupun fusi setelah reaksi inti akan terjadi pembebasan tenaga. Tenaga yang terbebas pada proses fisi dapat dikontrol, sehingga walaupun dapat dipakai untuk menghancurkan dalam wujud bom atom, dapat pula dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam industri dengan mendirikan Stasiun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Lain halnya pada proses fusi. Tenaga yang terbebas itu belum dapat dikontrol, sehingga hanya dapat dipakai untuk menghancurkan seperti bom hidrogen.
Memenuhi kebutuhan energi oleh dunia industri dengan mempergunakan bahan bakar nuklir baru diterima orang dengan sikap enggan, tidak sepenuh hati. Trauma kebocoran di PLTN Chernobyl beberapa tahun lalu di Uni Sovyet sehingga terjadi pencemaran radiasi pada daerah yang luas sekelilingnya, masih dirasakan orang ibarat monyet di punggung. Dalam waktu-waktu yang akan datang jika PLTN ini makin mengglobal, maka lautan makin terbebani oleh sampah nuklir. Tidak adakah alternatif lain selain bahan bakar nuklir untuk kebutuhan global industri itu?
Allah berfirman dalam Al Quran: Alladziy Ja'ala Lakum mina sySyajari lAkhdhari Na-ran Faidza- Antum minhu Tuwqiduwna (S.Yasin, 80). Yaitu (Allah) Yang menjadikan api bagi kamu dari dalam (zat) hijau pohon dan dengan itu kamu membakar (36:80).
Ayat di atas itu telah dikemukakan dalam seri 003. Bobot bahasan adalah pada ekologi. Yaitu bagaimana zat hijau pohon dengan proses photosynthesis berjasa dalam menghasilkan O2 kembali, setelah manusia dan binatang serta mesin-mesin konversi tenaga mencemarkan udara dengan CO2. Dalam hubungannya dengan pembahasan dalam seri ini, maka bobot pembahasan ayat (36:80) ditekankan pada pohon yang dijadikan bahan bakar. Allah mengisyaratkan pada kita bahwa untuk memecahkan krisis bahan bakar, ialah dengan mempergunakan bahan bakar yang renewable, yaitu menanam bahan bakar.
Nasir El Bassam menuliskan kemungkinan itu dalam Majalah Natural Resources and Development, Volume 41 dengan judul Possibilities and Limitation of Energy Supply from Biomass. Adapun yang dimaksud dengan biomass adalah akar, umbi, batang, cabang, dahan, ranting, daun, buah, biji, artinya pohon (asySyajaru) secara keseluruhan. Dia mengklasifikasikan biomass itu dalam dua jenis: Pertama bagian tumbuhan yang berminyak, bergula dan bertepung (C6 H10 O5)n. Yang kedua lignocellulose, bagian tumbuhan yang banyak mengandung serat dan cellulose. Yang berminyak diproses dengan cara pres dan ekstraksi yang hasilnya berupa minyak bakar dan pelumas. Yang bergula dan bertepung diproses dengan cara fermentasi yang hasilnya ethanol. Kemudian sisa-sisa organik dari tumbuhan itu diproses pula dengan cara fermentasi yang hasilnya methane (biogas). Lignocellulose diproses dengan memadatkan, mencairkan, menggaskan, menghaluskan dan hydrolysis yang menghasilkan berturut-turut: bahan bakar padat, biodiesel serta methanol, hidrogen sintesis, bahan bakar serbuk dan ethanol.
Alhasil pemecahan krisis energi haruslah ditempuh dari dua sisi, pertama dari segi teknologik, yaitu untuk masa depan yang terbebas dari pencemaran radiasi, hendaklah menanam sumber energi, seperti diisyaratkan Allah SWT dalam firmanNya, yaitu ayat (36:80). Dan kedua dari sisi spiritual yaitu meredam laju pertumbuhan industri yang dipacu secara global dengan mengendalikan dorongan naluri yang tidak bertepi, yang ingin hidup enak secara berlebihan. Wa la- Tusrifuw Innahu La- Yuhibbu lMusrifiyna (S. Al A'ra-f, 31), dan janganlah kamu berlebih-lebihan sesungguhNya Dia tidak mencintai orang-orang yang melampaui batas (7:31). WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 1 Oktober 1995
24 September 1995
[+/-] |
195. Disekitar Kelahiran PCPP dan Gayung Bersambut Untuk Sarwono Kusumaatmaja |
"Cuma yang saya pertanyakan apakah relevan kalau menggunakan istilah cendekiawan pada organisasi itu," demikian antara lain omongan Sarwono Kusumaatmaja," setelah ia menghadiri rapat kerja dengan Komisi X DPR RI baru-baru ini. Omongan itu diomongkannya dalam menanggapi penggunaan istilah cendekiawan pada Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan pada sebuah organisasi cendekiawan yang bakal lahir, yaitu Persatuan Cendekiawan Pembangunan Pancasila (PCPP). Selanjutnya Meneg Lingkungan Hidup itu beromong pula: "Kalau kita menggunakan istilah cendekiawan, seolah-olah yang berkumpul di organisasi itu merasa paling cendekiawan. Yang benar aja."
Tanpa melihat pada data statistik yang akurat kita berani mengatakan bahwa ummat Islam di Indonesia ini kebanyakan menempati posisi pinggiran (marginal). Untuk mengangkat harakat mereka itu baik dari segi kesejahteraan maupun dari segi kecerdasan perlu penanganan khusus. Organisasi-organisasi ummat Islam antara lain seperti Muhammadiyah, NU, ICMI didirikan oleh kaum Muslimin Indonesia untuk beramal shalih menjawab tantangan itu, sebagai mitra pemerintah dalam upaya memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dua di antara empat Tujuan Nasional seperti tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Ada pula yang mensinyaler bahwa terdapat erosi nasionalisme khususnya di kalangan remaja kita. Boleh jadi kelahiran PCPP dimotivasi oleh adanya erosi kebangsaan ini, dan ingin pula menjadi mitra pemerintah untuk menanggulanginya.
***
Gayung bersambut untuk Sarwono saya mulai dengan mengubah sedikit omongannya: "Cuma yang saya pertanyakan apakah relevan kalau menggunakan istilah ulama pada organisasi itu. Kalau kita menggunakan istilah ulama, seolah-olah yang berkumpul di organisasi itu merasa paling ulama. Yang benar aja." Saya pikir para ulama kita yang merupakan Waratsatu lAnbiyai yang tergabung dalam Nahdhatu l'Ulama, ataupun dalam Majelis Ulama Indonesia sangat terjauh dari merasa paling ulama.
Memang ada perbedaan antara cendekiawan dengan ulama. Yang pertama hanya dalam bidang pengkajian ayat Kawniyah, sedangkan yang kedua dalam bidang pengkajian ayat Qawliyah dan ayat Kawniyah dengan pembobotan pada bidang pengkajian ayat Qawliyah. Namun dalam hal sifat dan sikap ada persamaan. Tidak semua lulusan perguruan tinggi adalah cendekiawan, demikian pula tidak semua luaran pesantren ataupun IAIN berpredikat ulama. Baik cendekiawan maupun ulama sifatnya berupa pengakuan masyarakat. Dalam hal sikap, baik cendekiawan maupun ulama bersikap menerima pengakuan itu dengan rendah hati (low profile) terjauh dari sikap pongah (arogan).
Apakah sesungguhnya kriteria seorang cendekiawan? Itu dapat kita baca dalam Al Quran:
Yatafakkaruwna fiy Khalqi sSamawati wa lArdhi (S. Ali 'Imra-n 191), memikirkan seluk beluk terciptanya sejumlah langit dan bumi (3:191).
Cendekiawan yang berpikir berarti melaksanakan perintah: Iqra. Menjadi cendekiawan saja belumlah cukup, karena belum melaksanakan perintah Allah secara utuh: Iqra Bismi Rabbika. Bagian ayat yang telah dikutip di atas itu didahului oleh:
Alladziyna Yadzkuruwna Llaha Qiya-man wa Quuwdan wa 'alay Junuwbihim, yaitu yang berzikir kepada Allah (dzikruLlah) dalam keadaan tegak, duduk dan berbaring.
Maka dalam skala prioritas harus muslim dahulu untuk berzikir barulah cendekiawan yang berpikir. Sesuai hukum DM dalam bahasa Indonesia, seyogianya dalam rangkaian kedua kata itu muslim dahulu baru cendekiawan: Muslim Cendekiawan. Inilah yang disebut dengan predikat Ulu lAlbab, yang melaksanakan perintah Iqra Bismi Rabbika, yaitu dalam mengkaji ayat Kawniyah tidak melepaskan diri dari ayat Qawliyah, memakai pendekatan Satu Kutub dalam meng-ilmu. Maka hasilnya adalah kesadaran seperti yang dinyatakan dalam penutup ayat (3:191):
Rabbana- Ma- Khalaqta Hadza Ba-thilan Subhanaka faQina- 'Adz-ba nNa-ri, wahai Maha Pengatur kami, tidaklah Engkau ciptakan semuanya ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari siksaan neraka.
Adapun berzikir kepada Allah ada tiga jenis, pertama berzikir secara lisan, seperti mengucapkan: tasbih, tahmid, takbir, tahlil, tamjid dll. Berzikir dengan lisan ini yang paling rendah nilainya. Kedua berzikir dengan hati. Zikir jenis yang kedua ini mempunyai tiga bentuk yaitu mengingat dalil-dalil Dzat dan Sifat Allah, selanjutnya mengingat dalil-dalil taklif berupa perintah, larangan, janji dan ancaman, berusaha keras untuk memahami hikmah dan rahasianya sehingga menjadi mudah melakukan perbuatan taat dan meninggalkan perbuatan maksiyat, kemudian akhirnya mengingat rahasia seluruh makhluk Allah SWT sehingga setiap bagian yang terkecil akan mampu olehnya dijadikan cermin untuk menampak alam ghaib dengan mata hati. Inilah derajat zikir yang tidak berujung dan tidak bertepi. Jenis zikir yang ketiga adalah berzikir dengan jasmani yaitu memanfaatkan seluruh anggota tubuh untuk beramal shalih. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 24 September 1995
17 September 1995
[+/-] |
194. Oposisi atau Pressure Group? |
Menurut Dictionary of Social Science, opposition berarti: a category of social processes including both competition and conflict, in which groups of people are essentially antagonistic to each other, and seek to destroy, subordinate, or thwart each other.
Pressure berarti: any means of trying to influence of others by informal or extra-institutional methods.
Yang manakah di antara keduanya: oposisi atau pressure group menurut pengertian di atas itu yang sinkron dengan sistem mekanisme pembangunan dalam Negara Republik Indonesia? Untuk itu maka berikut ini disajikan sistem mekanisme pembangunan:
UUD-1945 sebagai sumber hukum yang tertinggi adalah masukan rujukan (reference input) ke dalam proses yang berwujud Sidang Umum MPR. Luaran SU MPR antara lain adalah GBHN. Pola Pembangunan Lima Tahun dalam GBHN dijabarkan berwujud Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Karena Repelita ini adalah rencana, maka tidak berwujud UU, melainkan dalam wujud Kepres, sehingga mudah diubah kalau perlu. Namun demikian setiap tahun dari Repelita itu berwujud undang-undang, yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang menjadi rujukan pembangunan.
Selanjutanya hasil-hasil pembangunan ini diumpan balik ke rujukan GBHN yang berwujud Pertanggung-jawaban Presiden, sekali dalam lima tahun. Apabila dalam selang waktu lima tahun itu DPR melihat bahwa Presiden dalam proses pembangunan sungguh-sungguh menyimpang dari rujukan GBHN, maka DPR dapat mengundang anggota MPR lainnya untuk Sidang Istimewa. Dalam Sidang Istimewa itu MPR dapat mencabut mandat yang telah diberikannya kepada Presiden dalam Sidang Umum sebelumnya.
Adapun umpan balik yang kedua, ialah hasil-hasil pembangunan diumpankan langsung ke UUD-1945, yang pada hakekatnya adalah penilaian atas MPR oleh rakyat yang memilihnya melalui Pemilihan Umum. Jika rakyat menilai bahwa hasil pembangunan menyimpang dari rujukan UUD-1945, maka rakyat yang sadar tidak akan memilih lagi wakilnya yang pernah dipilihnya dahulu.
Demikianlah, maka ada tiga gelanggang percaturan pendapat: SU MPR, Pemerintah dengan DPR dalam dalam proses membuat undang-undang dan dalam proses pembangunan. Dalam percaturan pendapat itu diusahakan secara maximal musyawarah mufakat (aklamasi), yaitu untuk menghindarkan tirani mayoritas. Akan tetapi jika waktunya sudah tidak memungkinkan lagi, karena SU MPR dibingkai oleh jadwal, sedangkan musyawarah mufakat belum tercapai, maka diadakanlah voting (sesuai dengan psl.37 UUD-1945). Ini untuk menghindarkan tirani minoritas.
Jelaslah bahwa oposisi seperti pengertian yang di atas itu tidak sinkron dengan sistem mekanisme pembangunan. Adapun pressure group dalam prakteknya dapat sinkron sehingga dapat menjadi sub-sistem dalam mekanisme pembangunan. Aktivitas bersuara pressure group berbanding terbalik dengan aktivitas bersuara DPR. Apabila mekanisme recall dihilangkan, maka DPR insya Allah akan dapat mengimbangi aktivitas pressure group.
Berikut ini dikemukakan beberapa aktivitas pressure group. Karena adanya tekanan pressure group dari masyarakat, maka pelaksanaan UU-Lalu Lintas ditunda satu tahun. Penundaannya dalam bentuk Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
Dalam proses pembangunan tentu masih segar dalam ingatan kita tentang pressure group yang terdiri dari para alim ulama. Pertama, demonstrasi sejuk dari para alim ulama dalam wujud berdoa di luar gedung DPR. Hasilnya, eksekutif tidak memperpanjang lagi izin SDSB. Menurut KH Hasan Basri, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), demonstrasi atau unjuk rasa dibolehkan, asal selama menyatakan sikap dibarengi dengan sikap santun dan tahu tata-krama. Kedua, tanggapan para alim ulama terhadap gebrakan Silalahi yang pertama, yaitu dampaknya penambahan jam belajar akibat pengurangan hari belajar menjadi 5 hari terhadap anak didik. Suara alim ulama ini didengar, Presiden memerintahkan agar ujicoba dihentikan. Ketiga, tanggapan alim ulama terhadap gebrakan Silalahi yang kedua: rencana penarikan guru PNS di Sekolah Swasta. 68 orang ulama Jawa Timur mengeluhkan hal itu kepada Presiden. Alim ulama itu menyatakan keprihatinannya akan banyaknya lembaga pendidikan swasta yang akan gulung tikar. Maka Presiden memerintahkan untuk meninjau kembali rencana Silalahi itu.
Alim ulama itu mempunyai dimensi ataupun cakrawala yang lebih luas ketimbang pemikiran satu dimensi, yang hanya memikirkan soal uang saja. Alim ulama kita itu pemikirannya menjangkau ke arah terjadinya hambatan oleh rencana Silalahi itu terhadap salah satu tujuan nasional dalam alinea keempat UUD-1945: mencerdaskan kehidupan bangsa. Jangkauan cakrawala pemikiran para ulama yang lebih luas itu adalah wajar, oleh karena Al 'Ulama-u Waratsatu lAnbiya-i, ulama adalah pewaris para Nabi. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 17 September 1995
10 September 1995
[+/-] |
193. Belajar dari Walk Out Ny.Mire |
Pada halaman satu Harian Fajar edisi Kamis, 7 September 1995 dapat kita baca berita yang berjudul: Seorang Anggota DPR Walk Out. Ny.Mire Laksmiari Priyonggo dari Fraksi PDI keluar ruangan sidang rapat Komisi X DPR RI. Dalam rapat dengar pendapat itu Ny.Mire walk out tatkala Direktur Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) Bidang Pemetaan dan Aplikasi, Azar Djaloeis melontarkan kata-kata yang diterima sebagai peremehan oleh Ny.Mire. "Seharusnya anggota DPR memperlajari dulu apa itu nuklir, apa itu atom, sehingga pertanyaan yang diajukan tidak ngawur". Itulah bunyi ucapan Djaloeis yang menurut Ny.Mire, "terlalu meremehkan anggota DPR RI. Saya tersinggung. Itu tidak etis". Ucapan Djaloeis dilontarkan keluar untuk menangkis pertanyaan Ny.Mire mengenai hal diambil dari mana oleh BATAN sumber dana untuk tim pengontrol Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Jepara itu. Melihat akibat ucapannya yang menyuruh anggota DPR mempelajari nuklir itu, Djaloeis minta maaf dan langsung menyatakan menarik semua omongannya. Akan tetapi Ny.Mire tidak mau menerima. "Pertanyaan anggota DPR hanya bersifat politis. Jadi kita tidak perlu bertanya secara detail. Tapi DPR berhak mempertanyakan kebijaksanaan BATAN dalam membangun PLTN," kata Ny.Mire dalam nada tinggi, kemudian Ny.Mire langsung angkat kaki meninggalkan ruangan. Di luar ruangan Ny.Mire berkata lagi bahwa lebih baik memberi pelajaran etika kepada Djaloeis, tatkala di luar ruangan Ny.Mire berusaha dibujuk oleh beberapa staf BATAN. "Sangat wajar kalau saya mempertanyakan dana untuk biaya tim pengontrol PLTN. Karena di Perancis dianggar 150 juta franc setahun. Itu kan sangat besar. Terus biayanya dari mana, jangan-jangan nanti dibebankan pada APBN," lanjut Ny.Mire kepada pimpinan fraksinya, sesudah ia berusaha dibujuk oleh beberapa staf BATAN tersebut.
Ada dua hal yang menarik yang dapat dijadikan pelajaran dalam insiden walk out itu.
Pertama, alangkah mudahnya minta maaf. Mengeluarkan ucapan, kemudian setelah itu minta maaf. Ucapan itu ingin ditelan kembali dengan minta maaf. Teringatlah kita akan salah satu gambaran dalam peristiwa Isra Nabi Muhammad RasuluLlah SAW. Tatkala Allah SWT memproyeksikan kepada RasuluLlah SAW yang melihat seekor lembu yang besar keluar dari lubang yang sempit. Kemudian lembu itu hendak masuk kembali ke dalam lubang kecil tadi, tetapi lembu itu sudah tidak mampu lagi kembali masuk ke dalamnya. RasuluLlah SAW bertanya kepada Jibril AS yang menuntun buraq kendaraan RasuluLlah: "Apakah ini, wahai Jibril?" Maka Jibril AS menjawab: "Ini adalah perumpamaan bagi orang yang mengeluarkan suatu perkataan, kemudian ia berusaha untuk menarik perkataan yang telah terucapkan tadi, namun apa daya, ucapan yang sudah terulur itu tak dapat lagi ditarik masuk ke dalam mulutnya kembali."
Omongan Djaloeis itu ibarat lembu besar yang keluar dari lubang yang sempit itu. Lembu itu hendak masuk kembali ke dalam lubang kecil tadi, tetapi sudah tidak mampu lagi kembali masuk ke dalamnya. Djaloeis mengeluarkan kata-kata, kemudian ia berusaha untuk menarik perkataan yang telah terucapkan tadi. Ia minta maaf dan langsung menyatakan menarik semua omongannya, tetapi Ny.Mire tidak memaafkannya, ia keluar ruangan sidang rapat Komisi X DPR RI. Ny.Mire walk out.
Kedua, masih adanya sikap arogansi dalam kalangan yang menganggap dirinya pakar, yang diakibatkan oleh kepicikan dengan menganggap bidang ilmu yang dikuasainya itulah yang paling penting. Semua bidang ilmu di luar yang dikuasainya diremehkannya, dianggapnya tidak penting. Pada hal Allah SWT berfirman dalam Al Quran:
Wa Ma- Uwtiytum mina l'Ilmi Illa- Qaliylan (S. Al Isra, 85). Kamu tiada diberikan ilmu kecuali sedikit (17:85).
Maka dengan adanya peristiwa Ny.Mire yang walk out itu menjadi pelajaran bagi yang menganggap dirinya pakar yang berpandangan picik, yang menganggap ilmu yang sedikit dikuasainya itu yang paling top, ilmu yang lain tidak ada artinya. Bahwa sikap arogansi, sikap chauvinisme dalam berilmu, tidak disenangi oleh Allah SWT, seperti dalam FirmanNyya:
Wa La- Tamsyi fiy lArdhi Marhan Innaka Lan Takhriqa lArdha (S. Al Isra, 37). Dan janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan sombong, sesungguhnya engkau tiada dapat menembus bumi (17:37). WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 10 September 1995
3 September 1995
[+/-] |
192. Yang Lucu-Lucu |
Pada malam Sabtu yang lalu Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia Cabang Tallo' menyelenggarakan peringatan maulud Nabi Muhammad SAW bertempat di masjid Syura. Pembawa acara sekali-sekali menyisipkan ilustrasi yang lucu dalam ceramahnya. Seperti misalnya ketika ia mengemukakan pentingnya shalat berjama'ah, dikatakannya apabila tidak sempat shalat berjama'ah di masjid, maka shalatlah mengimami keluarga yang sedang ada di rumah. Shalat berjama'ah dengan isteri dan anak-anak sungguh sangat bagus efeknya dalam membina keluarga sakinah. Akan tetapi ibu-ibu harus hati-hati mengamini doa para suami setelah shalat. Hendaknya meminta kepada suaminya agar menyuarakan doanya hingga jelas kedengaran. Jangan sampai mengamini doa suami yang berbunyi: "Ya Allah tambahlah rezekiku hingga aku dapat beristeri lagi."
Karena saya duduk bersandar pada dinding barat masjid mengarah ke timur berhadapan dengan para hadirin, saya sempat memperhatikan bahwa ada yang menganggapnya lucu, namun ada pula yang tidak bereaksi apa-apa. Demikianlah sesuatu itu lucu atau tidak tergantung dari selera masing-masing.
***
Pada malam sebelumnya, yaitu malam Jum'at, saya bersama isteri naik taksi untuk berta'ziyah. Sudah beberapa bulan ini saya sudah tidak berminat lagi menyupir sendiri di malam hari, karena persepsi saya mengenai ruang sudah tidak akurat lagi di waktu lampu-lampu jalanan dan kendaraan bermotor mulai menyala terang-benderang. Tepat di samping Bamboden lampu merah menyala, taxi berhenti bersebelahan truk pengangkut sampah Pemda. Karena saya tidak suka AC taxi dinyalakan, maka sejak berangkat dari rumah kaca jendela taxi diturunkan, sehingga masuklah menyengat bau sampah menusuk hidung yang berasal dari sampah yang sedang dikais dari tempat sampah Bamboden masuk ke dalam truk pengangkut sampah Pemda. Walaupun kaca taxi dinaikkan, namun proses gerak menutup kaca mengambil waktu, maka terjadilah balapan antara gerak menutup kaca dengan serbuan masuk bau busuk sampah. Maka terperangkaplah bau busuk di dalam taxi. Siapapun akan jengkel jika ruang yang ditempatinya menjadi perangkap bau busuk. Rasa jengkel itu tidak saya tujukan kepada karyawan Pemda yang mengais sampah itu, karena mereka itu hanya melaksanakan tugas untuk kebersihan, salah satu di antara Sapta Tertib yang dicanangkan Walikota. Rasa jengkel itu saya tujukan kepada Bamboden yang menjadi sumber polusi itu.
Dalam situasi kejengkelan itu tiba-tiba supir taxi berucap:
- Lucu Pak.
- Apanya yang lucu, saya cepat menyela.
- Itu pak, mestinya Pemda yang memberi contoh tentang Tertib Lalu Lintas, ini malahan truknya memacetkan jalur kiri.
- Kau tahu apa itu Sapta Tertib?
- Tahu Pak, tetapi tidak hapal semua. Yang saya hafal betul dua di antaranya yaitu tertib tentang kebersihan dan lalu lintas.
***
Pada zaman jahiliyah orang-orang Arab menyembah sejumlah patung-patung berhala. Ada berhala yang bertaraf inter-qabilah, disembah oleh seluruh qabilah penyembah berhala. Ada pula berhala yang hanya bertaraf nasional, yang disembah oleh qabilah Quraisy. Ada pula berhala harian, semuanya mendapat giliran disembah dalam satu tahun, karena setiap berhala harian itu disembah bergilir setiap hari sepanjang tahun. Ada pula berhala khusus untuk keluarga dalam sebuah rumah. Berhala keluarga ini ada yang terbuat dari tepung dan kurma, jadi dapat dimakan. Dan betul-betul berhala ini dimakan jika dalam keadaan paceklik.
Pernah suatu waktu Khalifah 'Umar ibn Khattab RA dipergoki tertawa sendirian oleh seorang sahabat. Maka bertanyalah sahabat itu:
- Hai 'Umar, mengapa tertawa sendrian, ada apa gerangan?
'Umar menjawab:
- Saya teringat zaman jahiliyah. Saya tertawa sendirian itu, karena sedang membayangkan bagaimana mempreteli patung berhala untuk dimakan. Saya mulai dengan mencungkil matanya yang dari kurma itu. Kemudian saya mengiris telinganya. Bukankah itu lucu? Alangkah jahilnya kita waktu itu.
***
Ada seorang yang bernama Azar. Dia itu pemahat patung berhala. Ia mempunyai seorang anak namanya Ibrahim, yang kelak diangkat Allah SWT menjadi salah seorang Nabi dan Rasul. Semasa remajanya, sebelum menjadi nabi, Ibrahim sudah giat memperingatkan Azar dan kaumnya supaya berhenti menyembah berhala.
Wa Idzqa-la Ibrahiymu Liabiyhi Azara Atattakhidzu Ashna-man Alihatan Inny Ara-ka wa Qawmaka fiy Dhala-lin Mubiynin (S.Al An'a-m 74), dan ingatlah tatkala Ibrahim berkata kepada bapaknya, Azar: Mengapa engkau mengambil berhala menjadi Tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata (6:74).
Suatu hari ketika rumah berhala ditinggalkan kosong karena semuanya pergi ke tempat pesta, Ibrahim masuk kedalamnya dan merusakkan patung-patung berhala. Hanya patung berhala yang paling besar yang dibiarkannya utuh. Setelah orang banyak menyaksikan kerusakan patung-patung itu, mereka terus berkesimpulan bahwa itu adalah ulah Ibrahim.
Qa-luw Sami'na- Fatan Yadzkuruhum Yuqa-lu Lahu Ibra-hiymu (S.Al Anbiya-u, 60), mereka berkata kami dengar seorang pemuda yang mencela tuhan kita namanya Ibrahim (21:60).
Setelah Ibrahim dipanggil diperhadapkan kepada orang banyak, terjadilah dialog yang lucu.
Qa-luw Aanta Fa'alta Hadza- Bialihatina- Ya- Ibra-hiymu. Qa-la Bal Fa'alahu Kabiyrahum Hadza- Fasaluwhum in Ka-nuw Yanthiquwna (S.Al Anbya-u 62-63). (Mereka) berkata: Engkaukah yang berbuat ini terhadap tuhan kami, hai Ibrahim? Jawab (Ibrahim): Justru yang berbuat ialah patung yang besar ini, tanyakanlah kepada berhala-berhala itu jika mereka dapat berbicara (21:62-63). WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 3 September 1995