Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
1 Wahai kawanku,
Segeralah tunaikan solat di awal waktu. Dikala mendengar azan. Usahakanlah semampu terdaya. Ini membuktikan kesungguhan anda. Di situ ada sumber kejayaan. Di situ ada sumber pertolongan. Di situ ada sumber taufiq. Perhatikanlah banyak perintah ayat al-Quran. ...dimulakan dengan menyebut shalat di awalnya Perhatikanlah Allah mensyari'atkan shalat... Juga di medan perang. Walaupun... Di saat genting dan cemas.
2 Wahai kawanku,
Bacalah al-Quran dan coba memerhati pesannya. Selalulah berzikir dan cari ilmu walaupun sedikit. Kurangilah dengan masa yang tidak bertujuan. Sesungguhnya al-Quran adalah sumber asli lautan ilmu. Sumber hidayah kepada anda dan saya. Bacalah al-Quran, kelak ia memberi syafa'at. Seanntiasalah membaca, menghafal dan... Coba hayati pesan arahannya. Selalu berzikir, berzikir dan terus berzikir!!! Di sini ada ketenteraman. Di sini ada kedamaian. Di sini ada kesalaman Jadilah hamba yang sejahtera.
3 Wahai kawanku,
Dorongkanlah diri untuk menguasai Bahasa al-Quran. Mulakan dulu walaupun sepatah perkataan Sebenarnya anda telah lama bermula Yaitu sejak anda shalat setiap hari. Sebut dulu walaupun tak faham. Antara mala petaka pertama menimpa umat kita... Ialah kecuaian menguasai bahasa agamanya. Juga mengutamakan bahasa pasar, Ayuh !!! Apa tunggu lagi?????? Bukalah ruang walaupun semenit !!!
4 Wahai kawanku,
Usahlah bertarung idea tanpa adabnya!!! Berdebatlah jika kiranya berbuahkan kebaikan Awasilah pertengkaran Karena di sana ada unsur lain membisikkan? Syaitannnn namanya !!!
5 Wahai kawanku,
Senyumlah selalu tapi bersederhanalah dalam ketawa !!! Rasulullah s.a.w adalah yang paling banyak senyum. Beliau ketawa kena pada tempatnya.Tapi berpada-pada sahaja, wahai kawan ! Berharap agar pementasan hiburan... Yang tidak bermutu terlalu banyak ketawa bodoh. Begitu juga supaya golongan belia ditegah daripada menyaksikan hiburan-hiburan yang membolehkan perbuatan ketawa berlebih-lebihan. supaya tidak menular. Keburukan dalam diri!!!
6 Wahai kawanku,
Seriuslah selalu dan berguraulah berpatutan Tanpa serius, hilanglah kesungguhan !!! Tanpa bergurau, tawarlah kehidupan. Kata seorang penyair : Berikan kerehatan pada jiwamu. Yang sibuk dengan berfikir. Obati dengan bergurau. Tapi, kalau mengobatinya dengan bergurau. Mestilah dalam batas, seperti kau masukkan garam ke dalam gulai.
7 Wahai kawanku,
Kawallah nada suaramu Sekadar yang diperlukan oleh pendengar di depanmu Janganlah jadi seperti orang bodoh. Bahkan menyakiti hati orang lain pula!!! Luqman El-Hakim juga mencela orang yang tidak pandai menjaga nada suara pada tempatnya. Itulah katanya suara keledai!!! Surah al-Isra' memberi tip kepada kita... Jangan keraskan suaramu dalam shalat.Tapi jangan pula merendahkannya Carilah jalan tengah di antara keduanya.
8 Wahai kawanku,
Tak usahlah umpat mengumpat. Tak usahlah merendah-rendahkan jemaah lain. Bercakaplah jika ada unsur kebajikan. Ayuh!!! Hindarkanlah...mengumpat! Tidak sekali mencibir jemaah-jemaah lain!!! Perkatakanlah kebaikan demi kebajikan bersama. Sukakah anda memakan daging pasti anda suka!! Tapi sukakah anda memakan daging kawan anda yang telah mati?? Sekali-kali tidak!!! Begitulah dosa orang yang mengumpat. Bertaubatlah jika anda mengumpat Tapi mesti minta maaf terhadap orang umpatanmu. Bersama!!! Boleh mengumpat...apabila ada tujuan syar'ie. Untuk menuntut keadilan apabila dizalimi. Untuk menghapuskan kemungkaran. Karena memberi amaran kepada Muslim tentang kejahatan. Karena mengisyaratkan kefasikan dan kejahatan.
9 Wahai kawanku,
Luaskanlah interaksimu dengan umat manusia. Sekalipun mereka tidak diminta berbuat demikian!!! Salam kasih sayang adalah untuk semua. Salam kemesraan adalah untuk sejagat. Hulurkanlah, hulurkanlah salam perkenalan...! Lihatlah pensyari'atan ibadah haji. Pelbagai bangsa datang berkunjung!!! Pelbagai lapisan datang berkunjung!!! Pelbagai derajat datang berkunjung!!! Sama-sama menjunjung obor suci. Tidak mengenali tapi tak sepi.
10 Wahai kawanku,
Maksimumkanlah faedah waktu anda dan tolonglah orang lain supaya manfaatkan masa. Hadkanlah masa penunaiannya. Biasakan hidup berjadwal ke depan. Bijaksanakanlah menggunakan waktu anda! Bersegeralah, karena... Sabda Nabi SAW bermaksud : "Bertindak segeralah melakukan amal..." (Diulang 7 kali..) Sayanglah masa saudaramu!!! Hormatilah waktu mereka!!! Usahlah berbicara meleret-leret... Tanpa haluan dan noktahnya. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 25 Agustus 2002
25 Agustus 2002
[+/-] |
538. Sepuluh Wasiat Hasan Al-Banna |
18 Agustus 2002
[+/-] |
537. 99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman |
Pesan-pesan ini ditimba melalui internet dari Azizah binti Ishak, yang menghimbau kepada siapa saja untuk menyebar-luaskannya:
- Bersyukur apabila mendapat nikmat;
- Sabar apabila mendapat kesulitan;
- Tawakkal apabila mempunyai rencana/program;
- Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
- Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
- Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
- Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
- Jangan usil dengan kekayaan orang;
- Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;
- Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;
- Jangan tamak kepada harta;
- Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan;
- Jangan hancur karena kezaliman;
- Jangan goyah karena fitnah;
- Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.
- Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
- Jangan sakiti ayah dan ibu;
- Jangan usir orang yang meminta-minta;
- Jangan sakiti anak yatim;
- Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
- Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
- Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
- Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
- Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;
- Biasakan shalat malam;
- Perbanyak dzikir dan do'a kepada Allah;
- Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
- Sayangi dan santuni fakir miskin;
- Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
- Jangan marah berlebih-lebihan;
- Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
- Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;
- Berlatihlah konsentrasi pikiran;
- Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
- Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan;
- Jangan percaya ramalan manusia;
- Jangan terlampau takut miskin;
- Hormatilah setiap orang;
- Jangan terlampau takut kepada manusia;
- Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
- Berlakulah adil dalam segala urusan;
- Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
- Bersihkan rumah dari patung-patung berhala;
- Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
- Perbanyak silaturrahim;
- Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
- Bicaralah secukupnya;
- Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
- Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
- Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
- Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
- Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
- Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;
- Hormatilah kepada guru dan ulama;
- Sering-sering bershalawat kepada nabi;
- Cintai keluarga Nabi saw;
- Jangan terlalu banyak hutang;
- Jangan terlampau mudah berjanji;
- Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahawa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
- Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;
- Bergaul lah dengan orang-orang soleh;
- Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;
- Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
- Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
- Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
- Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya;
- Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
- Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan
- Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan.
- Jangan melukai hati orang lain;
- Jangan membiasakan berkata dusta;
- Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
- Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
- Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
- Hormati orang lain yang lebih tua dari kita;
- Jangan membuka aib orang lain;
- Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
- Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;
- Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
- Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya;
- Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama,bangsa dan negara;
- Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
- Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
- Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
- Hargai prestasi dan pemberian orang;
- Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;
- Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan;
- Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
- Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental kita menjadi terganggu;
- Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;
- Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
- Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
- Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan kebenarannya;
- Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;
- Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
- Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri;
- Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tentangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
- Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan kerusakan;
- Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang;
*** Makassar, 18 Agustus 2002
11 Agustus 2002
[+/-] |
536. Pendekatan Parsial vs Pendekatan Nizam |
Saya mengikuti wawancara liputan 6 siang SCTV 06/8/2002, jam 14:06 dalam wujud dialog antara Ahmad Syafi`i Ma`arif (ASM) vs Muhammad Ismail Yuswanto (MIY). Dalam dialog itu jelas kelihatan dua pendekatan yang berbeda, yaitu pendekatan secara parsial dengan pendekatan secara nizam (sistem).
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ASM memakai pendekatan parsial, atau dengan ungkapan yang sudah diperkenalkan dalam seri yang lalu, yaitu kultural. Penyandang gelar doktor dari Universitas Chicago, Amerika Serikat itu, yang juga Pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia itu, tidaklah mempermasalahkan jika Syariat Islam dilontarkan sebatas wacana. Bahwa pelaksanaan Syariat Islam bukan hal yang sederhana karena terikat dengan ruang dan waktu. ASM menyarankan agar kelompok yang mendesak amandemen Pasal 29 lebih menyuarakan aspek keadilan masyarakat. Jika Syariat Islam dimasukkan dalam konstitusi akan terlihat politis. Menurut ASM akan lebih baik jika ormas Islam saat ini berupaya mencerdaskan umat daripada mendesak MPR memasukkan rumusan Syariat Islam ke dalam konstitusi.
Lepasan Universitas Chicago itu menunjuk pengalaman Nanggroe Aceh Darussalam yang telah resmi memberlakukan Syariat Islam, tapi tidak siap untuk membuat peraturan daerah tentang hal itu. ASM juga mencontohkan pemerintahan Pakistan, Iran, dan Arab Saudi hingga kini kebingungan untuk menerapkan Syariat Islam. Jawaban Ketua Mujahidin Indonesia Abubakar Ba`asyir yang mengatakan pemerintahan Thaliban di Afghanistan bisa menjadi teladan, tak memuaskannya, sehingga ASM tidak melanjutkan pembicaraan setelah mendengar jawaban yang demikian itu.
***
MIY, Juru Bicara Hizbuth Thahrir Indonesia itu memakai pendekatan secara nizam, atau dengan ungkapan yang sudah diperkenalkan dalam seri yang lalu, yaitu kultural + struktural. Menurut MIY penerapan Syariat Islam akan memberi rahmat bagi seluruh alam dan penduduk Tanah Air. Dalam pandangan MIY, krisis multi-dimensi disebabkan kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan Syari'at Islam. "Tak ada jalan lain jika ingin keluar dari krisis, harus kembali ke jalan yang benar melalui Syari'at Islam,"
Bagi MIY, sebaiknya masyarakat tidak apriori melihat kesulitan itu dan menolak mewujudkan Syariat Islam di tingkat negara. Dia juga bersikukuh Syariat Islam tak akan menakutkan bagi warga non-muslim karena aturan tersebut bukan hanya mengatur memotong tangan kalau mencuri, tapi juga peduli dengan pengelolaan sumber daya alam dan pendidikan. "Selama puluhan tahun pembicaraan Syariat Islam dibungkam, wajar kalau ada yang ketakutan," ujar MIY.
***
Saya sebagai seorang anggota Muhammadiyah, mantan Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan pada zamannya Allahu Yarham Fathul Muin Dg. Maggading, sangat menyayangkan, bahwa dari seorang tokoh sekelas ASM masih mempermasalahkan / membutuhkan contoh untuk menjalankan Syari'at Islam. Lebih patut disayangkan karena sebagai Pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia telah menjadi hakim sendiri dengan memvonnis bahwa Nanggroe Aceh Darussalam tidak siap membuat peraturan daerah, tanpa mempertimbangkan bahwa menjalankan pemerintahan saja belum pulih seluruhnya, berhubung masalah GAM yang terpaksa lahir akibat blunder poltik Orde Lama (Soekarno) dan Orde Baru (Soeharto). Menurut sahabat saya Prof. Abd. Muis, yang pengasuh kolom Fajar ini setiap hari Kamis, GAM sekarang sudah terlalu jauh, sudah berada pada point of no return. Sehingga tentu memerlukan kehati-hatian dan kesabaran Pemerintah Daerah dan Pusat untuk menarik kebijakan ibarat mencabut rambut dari tepung, rambut tidak putus, tepung tidak berserak, yaitu dengan musyawarah menurut Syari'at Islam, yakni ibarat mengambil madu dari sarang lebah, madu didapat, tangan tidak disengat lebah. [Musyawarah dari akar kata yang dibentuk oleh 3 huruf: Syin, Waw, Ra = mengambil madu dari sarang lebah]
***
Kita sudahi kolom ini dengan mengutip ulang paragraf terakhir dari seri yang baru lalu. Maka simaklah ayat yang berikut:
-- WLTKN MNKM AMT YD'AWN ALY ALKHYR WYAaMRWN BALM'RWF WYNHWN 'AN ALMNKR WAWLaK HM ALMFLHWN (S. AL 'AMRAN, 104), dibaca: waltakum mingkum ummatuy yad'u-na ilal khayri waya'muru-na bil ma'ru-fi wa yanhawna 'anil mungkari wa ula-ika humul muflihu-n (s. ali 'imra-n), artinya: Mestilah ada di antara kamu kelompok yang menghimabu kepada nilai-nilai kebajikan dan memerintahkan berbuat baik dan mencegah kemungkaran, serta mereka itulah orang-orang yang menang (3:104). Waltakun, di dalamnya ada lam al amar, lam yang menyatakan perintah, jadi Allah memerintahkan mesti ada tiga kelompok, yaitu organisasi yang menghimbau, organisasi yang memerintahkan dan organisasi yang mencegah. Alhasil, agar Syari'at Islam menjadi Rahmatan lil'a-lamin, haruslah tegak di atas tiga kaki: Pertama, masyarakat yang sadar akan Nilai Mutlak Al Furqan, kedua, peraturan perundang-undangan yang ditimba dari Syari'at Islam, serta ketiga, pranata hukum yang bersih dari KKN, yang dibersihkan oleh hukum hudud dari Syari'at Islam. Maka bertemulah di sini yang kultural (kaki yang pertama) dan struktural (kaki kedua dan ketiga). Itulah yang dimaksud dengan pendekatan secara nizm, bukan yang parsial. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 11 Agusutus 2002
4 Agustus 2002
[+/-] |
535. Kultural dan Struktural |
Dalam satu kali bumi berpusing pada sumbunya ummat Islam yang shalat paling kurang 17 kali mengucapkan:
-- AHDNA ALSHRATHA ALMSTQYM (S. ALFATht, 6), dibaca: ihdinash shira-thal mustaqi-m (s. alfa-tihah), artinya: tunjukilah kami jalan yang lururs (1:6). Maka Allah menjawab:
-- DZLK ALKTB LA RYB FYH HDY LLMTQYN (S. ALBQRt, 2), dibaca: dza-likal kita-bu la- rayba fi-hi hudal lilmuttaqi-n (2:2), artinya: itulah Al Kitab tak ada keraguan dalamnya menjadi petunjuk bagi orang-orang yang taqwa.
Jadi hanya orang yang taqwa yang tidak ragu terhadap Al Quran. Taqwa berasal dari akar kata yang dibentuk oleh 3 huruf: Waw, Qaf, Ya, artinya terpelihara. Maksudnya terpelihara dari ditimpa malapetaka. Ibarat orang menerobos semak-semak beronak duri, bahkan pakaiannyapun selamat dari tusukan onak duri, atau ibarat orang berlalu-lalang di jalan yang ramai kendaraan, selamat dari tabrakan ataupu senggolan kendaraan yang ramai. Supaya terhindar dari malapetaka yang siap selalu menghadang hendaklah orang itu mengerjakan seluruh perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, tegasnya melaksanakan Syari'at Islam(*).
Kalau semua orang telah melaksanakan Syari'at Islam, maka amanlah dunia. Untuk itu perlu da'wah "manajemen qalbu" supaya orang-orang dengan kesadaran sendiri melaksanakan Syari'at Islam. Da'wah dengan pendekatan manajemen qalbu inilah yang disebut dengan pendekatan da'wah kultural. Itu idealnya, karena dalam realitasnya tidaklah mudah untuk mengajak khalayak semua orang untuk dapat melaksanakan Syari'at Islam atas dasar kesadaran melulu. Oleh sebab itu di samping pendekatan da'wah kultural tidak dapat tidak harus bersinergi dengan pendekatan da'wah politik / struktural.
***
Dalam setiap bulan Ramadhan ayat ini menjadi populer dibaca:
-- SYHR RMDHAN ALDZY ANZL FIYH ALQURAN HDY LLNAS WBYNT MN ALHDY W ALFRQAN (S. ALOBQARt,, 185), dibaca: syahru ramadha-nal ladzi- unzila fi-hil qur.a-nu hudal linna-si wa bayyina-tim minal huda- wal furqa-n (s. albaqarah), artinya: bulan Ramadhan yaitu diturunkan dalamnya Al Quran, petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan dari petunjuk itu dan Nilai Mutlak Al Furqan (2:185).
Kalau dalam ayat (2:2) Al Quran itu petunjuk dalam konteks taqwa, yaitu orang-orang taqwa saja yang dengan penuh kesadaran menjalankan Syari'at Islam, maka ayat (2:185), Al Quran itu adalah petunjuk dalam konteks manusia sebagai spesi, yaitu sebagai makhluq pribadi dan makhluq sosial. Sebagai makhluq pribadi Nilai Mutlak itu ditanamkan dengan metode manajemen qalbu, pendekatan da'wah kultural menanamkan Syari'at Islam. Sedangkan manusia sebagai makhluq sosial keterangan-keterangan dari petunjuk itu menyangkut aturan-aturan berupa norma-norma yang ditimba dari Syari'at Islam yang harus ditaati oleh masyarakat, yaitu "law enforcement" dengan mekanisme pranata hukum(**). Itu yang disebut menegakkan Syari'at Islam secara da'wah politik / struktural, yang dikenal sebagai social engineering.
***
Syahdan, menanamkan Syari'at Islam secara da'wah kultural dari bawah ke atas, sedangkan menegakkan Syari'at Islam secara da'wah politik / struktural dari atas ke bawah. Oleh sebab itu mesti ada "pembagian kerja" antara lembaga yang bergerak di bidang da'wah kultural dengan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang da'wah politik / struktural. Maka simaklah ayat yang berikut:
-- WLTKN MNKM AMT YD'AWN ALY ALKHYR WYAaMRWN BALM'RWF WYNHWN 'AN ALMNKR WAWLaK HM ALMFLHWN (S. AL 'AMRAN, 104), dibaca: waltakum mingkum ummatuy yad'u-na ilal khayri waya'muru-na bil ma'ru-fi wa yanhawna 'anil mungkari wa ula-ika humul muflihu-n (s. ali 'imra-n), artinya: Mestilah ada di antara kamu kelompok yang menghimabu kepada nilai-nilai kebajikan dan memerintahkan berbuat baik dan mencegah kemungkaran, serta mereka itulah orang-orang yang menang (3:104).
Waltakun, di dalamnya ada lam al amar, lam yang menyatakan perintah, jadi Allah memerintahkan mesti ada tiga kelompok, yaitu
- pertama, organisasi yang menghimbau, seperti MUI, Muhammadiyah, NU, IMMIM dll.
- kedua, organisasi yang memerintahkan, yang beroperasi di bidang da'wah politik / struktural, yaitu birokrasi yang memerintah dengan peraturan perundang-undangan yang ditimba dari Nilai Mutlak Al Furqan.
- ketiga, organisasi yang mencegah, yaitu pranata hukum(**) yang mencegah kejahatan.
Alhasil, agar Syari'at Islam menjadi Rahmatan lil'a-lamin, haruslah tegak di atas tiga kaki, yaitu:
Kaki yang pertama, adalah nilai-nilai Islami yang mengakar di masyarakat, kemudian kaki yang kedua, nilai-nilai Islami yang berakar di masyarakat ditimba lalu diformalkan ke dalam hukum-hukum positif peraturan perundang-undangan, akhirnya kaki ketiga birokrasi dan pranata hukum yang melaksanakan ya'muruwna bil ma'ru-fi dan yanhawna 'anil mungkari (memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran), sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Maka bertemulah di sini da'wah kultural (kaki yang pertama) dan da'wah politik / struktural (kaki kedua dan ketiga). Alhasil, adalah seperti penutup ayat [3:104], ula-ika humul muflihu-n, Syari'at Islam membawa Rahmatan li l'a-lamiyn. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 4 Agustus 2002
-----------------------------
(*) Syari'at Islam diklasifikasikan atas: 'aqidah, hukum-hukum Syari'ah dan akhlaq. Klasifikasi menurut Al Hadits: iman, islam dan ihsan. Kalau kedua cara klasifikasi itu digabungkan, maka menjadilah: 'aqidah/iman, hukum-hukum Syari'ah/Islam dan akhlaq/ihsan. 'Aqidah/iman tercakup dalam S. Al Fatihah, ayat 1 s/d 4, hukum-hukum Syari'ah/Islam tercakup dalam S. Al Fatihah, ayat 5, dan akhlaq/ihsan tercakup dalam S. Al Fatihah, ayat 6 s/d 7
(**) Pranata hukum yang melaksanakan yanhawna 'anil mungkari, yaitu polisi, jaksa dan hakim