Ada beberapa "protes" yang saya sempat pungut dari dunia maya tentang penentuan awal Ramadhan, yang pukul rata maksudnya demikian: Di zaman modern seperti ini, sudah ada komputer dan teropong bintang yang ditunjang oleh satelit segala. Tetapi mengapa dalam menentukan awal Ramadhan mesti berbeda, sehingga orang-orang awwam jadinya serba tidak mengerti.
***
Demi keotentikan, sebagai pertanggung-jawaban kepada Allah SWT, dalam kolom ini setiap ayat Al Quran ditransliterasikan huruf demi huruf. Bila pembaca merasa "terusik" dengan transliterasi ini, tolong dilampaui, langsung ke cara membacanya saja.
'An Abiy Hurayrata yaquwlu qaala nNabiyyu Sh M shuwmuw liru'yatihi wa afthuruw liru'yatihi fain ghubbiya 'alaykum fakmiluw 'iddata sya'baana tsalaatsiyn (RB), artinya: Dari Abu Hurayrah (ia) berkata: Nabi SAW (telah) bersabda puasalah kamu apabila melihatnya (al hilal) dan berbukalah apabila kamu melihatnya dan jika bulan tertutup atasmu maka sempurnakanlah bilangan Sya'ban tiga puluh (diriwayatkan oleh Bukhari).
Terhadap Hadits tersebut dalam ungkapan kontemporer Ahlu rRu'yah (dari Ra, Alif,Ya, melihat) memakai pendekatan tekstual, artinya Hadits itu dipahamkan sesuai dengan teksnya. Sedangkan Ahlu lHisab (dari ha,Sin,Ba, menghitung) mempergunakan metode kontekstual, yakni Hadits itu harus dipahamkan dalam konteks munculnya al hilal baru. Ahlu rRu'yah memakai prinsip ainulyaqin, atau legitimasi formal, sedangkan Ahlu lHisab memakai prinsip ilmulyaqin, atau legitimasi faktual.
Ahlu rRu'yah memahamkan bulan sabit (al hilal) baru spb: Timbulnya al hilal baru apabila setelah matahari terbenam, al hilal dapat diintizhar (diobservasi) baik secara langsung (dengan mata kasar), maupun secara tidak langsung (melalui instrumen). Prinsip 'ainulyaqin ini memfokuskan pada silaunya mata ataupun instrumen oleh sinar matahari yang telah terbenam, sehingga al hilal tidak dapat diintizhar, tanpa pertimbangan bahwa al hilal sudah di atas ufuk.
Ahlu lHisab memahamkan al hilal baru spb: Timbulnya al hilal baru apabila setelah matahari terbenam, al hilal sudah ada di atas ufuk, walaupun al hilal tidak dapat diintizhar karena mata ataupun instrumen silau oleh sinar matahari yang telah terbenam. Jadi Ahlu rRu'yah memfokuskan pada teks "melihat", sedangkan Ahlu lHisab memfokuskan pada konteks "al hilal di atas ufuk". Pendekatan kontekstual ini ditopang oleh ayat: FMN SYHD MNKM ALSYHR FLYSHMH (S. ALBAQRT, 185), dibaca: fa man syahida mingkumush shayra falyashumhu, artinya maka barang siapa menyaksikan "asysyahr", maka mestilah mempuasakannya (2:185). Syahr(un) tidak diterjemahkan, sebab tidak ada bahasa Indonesianya. bahasa Inggrisnya ialah month. Menurut ayat (2:185) syahr (month) itu disaksikan (syahida). Jadi sabda Nabi Muhammad SAW: shuwmuw liru'yatihi, berpuasalah karena melihatnya, hendaklah dipahamkan dalam konteks ayat syahida mingkum sysyahra, menyaksikan asysyahr (month). Syahr (month) tidak dapat dilihat dengan mata kasar, karena itu bukan benda kasar, melainkan "hitungan bulan", maksudnya Ramadhan, yang hanya dapat disaksikan dengan hisab.
Yang menjadi masalah sejak dahulu sampai dewasa ini kedua pendekatan tekstual atau prinsip 'ainulyaqin dan kontekstual atau prinsip 'ilmulyaqin itu belum dapat dipertemukan, masih dalam status quo. Lalu sebagai realitas status quo itu, bagaimana seharusnya kita bersikap supaya tidak kebingungan?
Pada tempat-tempat di permukaan bumi di mana matahari dan bulan terbenam pada detik yang sama, maka tempat-tempat tersebut merupakan daerah perbatasan antara akhir bulan Sya'ban dengan permulaan bulan Ramadhan. Tempat-tempat perbatasan tersebut berupa kurva (garis lengkung). Itu secara teori, tetapi sacara faktual sebenarnya berupa bidang oleh karena adanya perbedaan antara Ahlu rRu'yah dengan Ahlu lHisab, dalam daerah tinggi alhilal antara 0 - sekitar 4 derajat busur di atas ufuq pada waktu matahari terbenam.
Karena dilihat dari bumi pada bola langit, gerak matahari lebih cepat dari bulan, maka sebelah barat daerah bidang batas itu matahari sudah mendahului bulan di bawah ufuk, sehingga belahan bumi sebelah barat daerah batas itu sudah masuk 1 Ramadhan, sedangkan sebelah timur batas masih akhir Sya'ban, karena matahari masih di atas ufuk setelah bulan terbenam. Itulah penjelasannya mengapa ada kalanya di Makkah berpuasa atau shalat 'Iyd satu hari lebih dahulu ketimbang Indonesia.
Bidang batas antara akhir bulan dengan awal bulan berikutnya itu bergerak, karena garis batas itu dibina oleh posisi dan gerak matahari, bumi dan bulan. Setiap mathla' di globa ini akan mendapat giliran secara adil dilalui oleh bidang batas itu. Pada orang-orang yang berjejak di bumi di daerah di luar bidang batas itu akan terjadi kecocokan antara ru'yah dengan hisab, yaitu tinggi alhilal sekitar 4 derajat ke atas. Pada belahan bumi yang di sebelah baratnya menurut hisab bulan sudah di atas ufuk pada waktu matahari terbenam dan dapat diru'yah. Pada belahan bumi yang di sebelah timurnya bulan belum dapat diru'yah dan menurut hisab bulan masih di bawah ufuk. Jadi bagi suatu negara yang cukup panjang dan memanjang dari barat ke timur, seperti Indonesia misalnya, jika dipotong oleh bidang batas itu, tidaklah mesti berpuasa dan berlebaran dalam satu hari yang sama. Di sebelah barat bidang batas itu mereka berpuasa. Sedangkan di sebelah timur bidang batas itu mereka belum berpuasa. Dengan demikian tidaklah semestinya seluruh ummat Islam dalam suatu negara berpuasa dan berlebaran dalam hari yang sama, walaupun misalnya telah terjadi kesepakatan visi antara yang tekstual dengan kontekstual.
Lalu bagaimana yang di dalam bidang batas, di mana terdapat perbedaan antara ru'yah dengan hisab? Tidaklah perlu bingung. Resepnya, pahamkanlah secara rasional latar belakang perbedaan itu. Kemudian PULANGKAN KE QALBU (HATI NURANI) KITA MASING-MASING, pilihan mana yang kita rasakan paling menenteramkan (liyuthmainna Qalby), seperti ungkapan Nabi Ibrahim AS. Saya memilih mulai berpuasa pada hari Jum'at 16 November 2001, yaitu memakai prinsip 'ilmulyaqin, karena hal itu lebih menentramkan qalbu saya. Wallahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 25 November 2001
25 November 2001
[+/-] |
501. Mengapa Penentuan Awal Ramadhan Tidak Sama? |
18 November 2001
[+/-] |
500. Peristiwa Penyebab Turunnya S alAn'am, Ayat 52 |
Demi keotentikan, sebagai pertanggung-jawaban kepada Allah SWT, dalam kolom ini setiap ayat Al Quran ditransliterasikan huruf demi huruf. Bila pembaca merasa "terusik" dengan transliterasi ini, tolong dilampaui, langsung ke cara membacanya saja.
Dalam bulan suci Ramadhan ini elok kiranya para elit yang masih menganggap dirinya pemimpin bangsa merenung akan peristiwa penyebab turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu S. alAn'am, ayat 52.
Dalam sebuah majelis (seat) Nabi Muhammad SAW berkumpul bersama para sahabat yang berpakaian lusuh, berjubah bulu yang kasar, pertanda mereka orang-orang miskin. Para sahabat dalam majelis itu hampir semuanya bekas budak-belian, namun mereka semuanya adalah Mujahidin sahabat senior Nabi Muhammad SAW, seperti Salman al-Farisi, Ammar bin Yasir, Bilal, Suhayb Khabab bin Al-Arat.
Syahdan, masuklah serombongan bangsawan Quraisy yang baru masuk islam datang ke majelis Nabi. Ketika melihat orang-orang di sekitar Nabi Muhammad SAW, mereka mencibir dan menunjukkan kebenciannya. Mereka berkata kepada Nabi, "Kami mengusulkan kepadamu agar menyediakan majelis khusus bagi kami. Orang-orang Arab akan mengenal kemuliaan kita. Para utusan dari berbagai kabilah Arab akan datang menemuimu. Kami malu kalau mereka melihat kami duduk dengan budak-budak ini. Apabila kami datang menemuimu, jauhkanlah mereka dari kami. Apabila urusan kami sudah selesai, bolehlah anda duduk bersama mereka sesukamu."
Uyainah bin Hishn menegaskan lagi, "Bau Salman alFarisi menggangguku", Uyainah menyindir bau jubah bulu yang dipakai para sahabat Nabi yang miskin itu. "Buatlah majelis khusus bagi kami sehingga kami tidak berkumpul bersama mereka. Buat juga majelis bagi mereka sehingga mereka tidak berkumpul bersama kami." Tiba-tiba turunlah malaikat Jibril AS menyampaikan Firman Allah:
-- WLA TTHRD ALDZYN YD'AWN RBHM BALGHDWT WAL'ASYY YRYDWN WJHH MA 'ALYK MN HSABHM MN SYYa WMA MN HSABK 'ALYHM MN SYYa FTTHRD HM FTKWN MN ALZHALMYN (S. ALAN'AAM, 52), dibaca: wala- tathrudil ladzi-na yad'u-na rabbahum bil ghada-ti wal 'asyiyyi yuri-du-na wajhahu- ma- 'alayka min hisa-bi him min syay.iw wama- min hisa-bika 'alayhim min syay.in fatathruda hum fataku-na minazh zha-limi-n, artinya: Dan janganlah kamu mengusir (hai para bangsawan Quraisy) orang-orang yang menyeru Maha Pemeliharanya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka (para sahabat miskin itu). Begitu pula mereka tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (merasa berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim (6:52).
Nabi Muhammad saw setelah menerima wahyu itu dari malaikat Jibril AS, segera menyuruh para sahabat berbaju lusuh yang veteran senior itu duduk lebih dekat lagi sehingga lutut-lutut mereka merapat dengan lutut Rasulullah saw seraya menatap berkeliling kepada para sahabat miskin itu, kemudian bersabda: "Assalam'Alaikum." Salam Nabi Muhammad SAW yang ditujukan kepada para sahabat yang berjubah bulu kasar itu, merupakan jawaban tegas atas usul para pembesar Quraisy itu. Sejak itu, apabila kaum fukara ini berkumpul bersama Nabi, beliau tidak meninggalkan tempat sebelum orang-orang miskin itu pergi. Apabila beliau masuk ke majelis, beliau memilih duduk dalam kelompok mereka.
***
Pengungsi Afghanistan yang ada di Wisma Palar Bogor, tidak disenangi oleh rakyat Indonesia sekitarnya. Menurut para pengurus Wisma Palar, pengungsi dari Afghanistan itu rewel, sebab untuk mandi, mereka sering beralasan, airnya joroklah, tidak bisa tidur karena banyak nyamuklah, seprei yang dipasang tidak rapilah, yah ciri - ciri kelas tinggi, para elit yang kaya-kaya. Coba, mereka mampu membayar biaya pelarian dari Afghanistan dengan mengeluarkan biaya sekitar 5000 sampai 25000 US Dollar.
Dengarlah apa kata Tetsu Nakamura, seorang dokter yang bertugas melayani kesehatan para pengungsi Afghanistan di Pakistan sebelum hancurnya WTC dan Pentagon: "The people most vocal in criticizing the Taliban are upper-class Afghans who have been deprived of their privileges. Afghan women speaking critically of the Taliban are dressed in shiny silk-like costumes, with large rings on their fingers."
Alhasil, para pengungsi Afghanistan yang di Bogor tersebut adalah "bangsawan Quraisynya" Afghanistan. Mereka membenci Thaliban miskin-miskin yang berpakaian lusuh itu seperti Uyainah bin Hishn mencibir dan menunjukkan kebenciannya kepada Mujahidin miskin yang berjubah bulu kasar, sahabat senior Nabi Muhammad SAW.
***
Arkian, hai para elit yang merasa pemimpin bangsa. Bukalah cermin di hati kalian itu.. Tariklah nafas sejenak untuk berkaca ke dalam cermin itu. Apakah kamu sekalian hai yang merasa pemimpin bangsa, tidak sampai melihat dirimu dalam cermin itu seperti pembesar Quraisy yang terganggu dengan bau tubuh orang miskin?. Atau tidak sampai seperti "upper-class" Afghan refugees yang membenci Thaliban yang miskin-miskin berpakaian lusuh itu? Apakah dalam cermin itu masih sampai terlihat refleksi kota-kota yang selama ini mesti dibersihkan dari mereka, kaum fukara, kaum pinggiran? Atau masih sampai terlihat dalam cermin itu visi bahwa kota baru gemerlap bila mereka kaum marginal disingkirkan? Atau pemandangan baru indah bila rumah-rumah kumuh digusur? Renung, renungkanlah itu semuanya dalam bulan suci Ramadhan ini! WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 18 November 2001
11 November 2001
[+/-] |
499. Issue Miring Thaliban Mengenai Perempuan dan Patung Budha |
Demi keotentikan, sebagai pertanggung-jawaban kepada Allah SWT, dalam kolom ini setiap ayat Al Quran ditransliterasikan huruf demi huruf. Bila pembaca merasa "terusik" dengan transliterasi ini, tolong dilampaui, langsung ke cara membacanya saja.
Firman Allah SWT:
-- YAYHA ALDZYN AMNWA AN JA^KM FASQ BNBA FTBYNWA AN TSHYBWA QWMA BJHALT FTSHBHWA 'ALY MA F'ALTM NADMYN (S. ALHJRAT, 6), dibaca: ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- in ja-kum fa-siqum binabain fatabayyanu- an tushi-bu qawman bijaha-latin fatushbihu- 'ala- ma- fa'altum na-dimi-n (s. al hujura-t), artinya: Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasiq dengan berita, maka lakukanlah klarifikasi, jangan sampai kamu tanpa pengetahuan menimpakan musibah kepada suatu kaum, lalu kamu menyesal atas perbuatanmu (49:6).
The following is the edited version of the transcription of a lecture given by Sayyid Rahmatullah Hashemi, the roving Ambassador from Afghanistan who visited the US, at the University Of Southern California in Los Angeles, on March 10, 2001.
Adakah anda (di Amerika ini) ketahui apa yang terjadi sebelum kami memerintah? Sebelum Thaliban memerintah, kaum perempuan di kawasan luar kota diperlakukan sebagai binatang. Mereka dijual. Kami (Thaliban) menghapuskan tindakan yang sangat keji ini. Kaum perempuan tidak punya hak suara dalam memilih suami bagi mereka. Thaliban memberikan perempuan hak untuk memilih calon suami masing-masing. Suatu lagi yang jelek yang berlaku atas kaum perempuan di Afghanistan adalah mereka ditukar-tukar sebagai hadiah. Padahal tindakan ini bertentangan dengan agama. Ini sebenarnya merupakan budaya. Adalah menjadi tradisi bila dua kelompok yang bertempur ingin berdamai, maka mereka akan bertukar-tukaran perempuan. Dan tindakan keji ini sudah dihentikan oleh Thaliban.
Berlainan sekali dengan tuduhan-tuduhan yang dilemparkan, kaum perempuan di Afghanistan sebenarnya di izinkan bekerja. Kami akui, sebelum 1996, yaitu sebelum kami menaklukan ibu kota, Kabul, kami telah meminta kaum perempuan supaya tinggal di rumah. Tetapi kami tidak sekali-kali berniat untuk menyuruh mereka tinggal rumah buat selama-lamanya. Kami menerangkan kepada kaum perempuan bahwa mereka perlu tinggal rumah karena pada waktu itu keadaan huru-hara tanpa ada undang-undang dan oleh karena itu tidak aman bagi perempuan keluar rumah. Kini kami sudah melucuti senjata-senjata milik pribadi-pribadi, kami sudah membuat undang-undang, maka dengan keamanan tersebut perempuan sudah dibenarkan bekerja kembali. Kami akui Kaum perempuan kami tidak dibenarkan bekerja pada Kementerian Pertahanan seperti di Amerika ini. Kami tidak mau kaum perempuan kami jadi pilot jet tempur, atau dipergunakan sebagai objek-objek yang menghiasi iklan-iklan. Tetapi perempuan kami memang dibenarkan berkerja. Mereka bekerja di Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Pendidikan, Kesejahteraan Umum dan seterusnya.
Kami juga tidak menghalangi kaum perempuan untuk mendapatkan pendidikan. Kami diperintah (oleh Allah) untuk memberi pendidikan kepada kaum perempuan. Sebelum kami mengambil alih pemerintahan terdapat bermacam permasalahan pendidikan kurikulum yang mendidik taat setia kepada keluarga raja, pendidikan ala komunis, dan kurrikulum yang diperkenalkan oleh bermacam pihak, sehingga pelajar-pelajar menjadi bingung. Kamipun dapat menyatukan semua kurikulum yang campur baur itu. (Issue perempuan telah terklarifkasi).
Kini kami dikenakan embargo ekonomi yang menimbulkan banyak masalah. Kami telah menderita begitu lama -- 23 tahun berperang, infrastruktur kami habis musnah, masalah pengungsi, dan masalah ranjau yang sengaja ditanam oleh Rusia di ladang-ladang kami --- tetapi tiba-tiba PBB dengan hasutan Russia mengenakan embargo ekonomi atas Afghanistan. Dan embargo ekonomi itu dijatuhkan. Beratus anak-anak mati setiap bulan karena kekurangan makanan dalam keadaan iklim yang dingin. Dunia tidak peduli. Tetapi dunia sangat peduli dengan patung-patung yang dimusnahkan. Dunia memulihkan patung-patung, sementara anak-anak kami dibiarkan mati yang berarti masa depan kami juga akan mati, maka dunia tidak berhak terhadap warisan kami. UNESCO dan sebuah NGO dari Scandinavia datang dengan proyek untuk memulihkan muka-muka patung-patung tersebut yang sudah dikikis oleh hujan. Majlis Rakyat Afghanistan memohon agar uang untuk memulihkan patung-patung tersebut digunakan untuk menyelamatkan nyawa anak-anak Afghanistan. Tetapi UNESCO dan NGO tersebut menjawab, "Tidak bisa, uang ini hanya untuk patung-patung." Kalau anda berada dalam keadaan demikian apakah yang akan anda lakukan ? Anak-anak anda akan mati di depan mata anda, anda dibawah embargo ekonomi, dan orang-orang yang memaksakan embargo ekonomi atas anda itu datang untuk memugar patung-patung. Apa yang akan anda lakukan? Kofi Annan, Sekjen PBB pergi ke Pakistan dan berjanji untuk menemui wakil Afghanistan di sana. Tetapi orang bernama Kofi Annan ini tidak mau ambil peduli penderitaan anak-anak kami akibat embargo ekonomi PBB. Kofi Annan enggan sama sekali untuk memperbincangkan masalah kemiskinan di Afghanistan, ia hanya mau memperbincangkan masalah patung-patung Buddha yang ingin dipugar itu. Ini benar-benar tidak masuk akal. Maka kami memusnahkan patung-patung tersebut. (Inilah klarifikasi tentang pemusnahan patung Budha from the other side of America). WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 11 November 2001
4 November 2001
[+/-] |
498. Empat Issue Miring tentang Thaliban |
Demi keotentikan, sebagai pertanggung-jawaban kepada Allah SWT, dalam kolom ini setiap ayat Al Quran ditransliterasikan huruf demi huruf. Bila pembaca merasa "terusik" dengan transliterasi ini, tolong dilampaui, langsung ke cara membacanya saja.
Firman Allah SWT:
-- YAYHA ALDZYN AMNWA AN JA^KM FASQ BNBA FTBYNWA AN TSHYBWA QWMA BJHALT FTSHBHWA 'ALY MA F'ALTM NADMYN (S. ALHJRAT, 6), dibaca: ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- in ja-kum fa-siqum binabain fatabayyanu- an tushi-bu qawman bijaha-latin fatushbihu- 'ala- ma- fa'altum na-dimi-n (s. al hujura-t), artinya: Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasiq dengan berita, maka lakukanlah klarifikasi, jangan sampai kamu tanpa pengetahuan menimpakan musibah kepada suatu kaum, lalu kamu menyesal atas perbuatanmu (49:6).
The following is the edited version of the transcription of a lecture given by Sayyid Rahmatullah Hashemi, the roving Ambassador from Afghanistan who visited the US, at the University Of Southern California in Los Angeles, on March 10, 2001.
I was just coming from a meeting with a group of scholars, and the first thing we started talking about there was the statues. And the first thing we started talking about here was also the statues. It is very unfortunate how little they see and how little they know. Nobody has seen the problems of Afghanistan; nobody saw their problems before. And the only thing that represents Afghanistan today is the statues.
Saya baru saja berbincang dengan sekelompok ilmuwan, dan kami memulai pembicaraan di sana dengan perkara patung-patung (Buddha yang dimusnahkan). Dan di sini (di Universitas Southern California) juga kita memulai pembicaraan lagi-lagi dengan patung-patung. Sangat disesalkan karena begitu sedikit yang mereka lihat dan mereka ketahui (mengenai Afghanistan). Tidak seorang (dari ilmuwan tersebut) yang melihat dan mengetahui akan bermacam masalah yang dihadapi oleh Afghanistan sebelumnya. Dan hanya tentang patung-patung tersebut saja yang mereka ketahui mengenai Afghanistan.
Untuk selanjutnya hanya terjemahannya saja dari ceramah itu, itupun, karena panjang, hanya yang relevan dengan keempat issue itu yang akan dikemukakan dalam terjemahan tersebut.
Russia dengan tentara sebanyak 140,000 anggota telah menyerang Afghanistan pada bulan Desember 1979, membunuh 1.5 juta rakyat Afghanistan, melumpuhkan sejuta orang, dan 6 juta dari 18 juta rakyat Afganistan telah melarikan diri dari kekejaman Russia dan menjadi pengungsi dinegara-negara lain. Setelah Rusia dikalahkan, kelompok-kelompok Mujahidin ini tidak bersatu dibawah satu pemerintahan tetapi telah bersengketa sesama mereka sendiri di Afghanistan. Akibat dari pertempuran sesama sendiri ini lebih buruk lagi perang semasa penjajahan Russia. Sebanyak 63,000 orang telah terbunuh di Kabul. Sebanyak sejuta rakyat lagi menjadi pengungsi, melarikan diri dari situasi huruhara tersebut ke negara-negara lain. (Alhasil issue tentang pengungsi Afghanistan telah terklarifikasi, yaitu melarikan diri dari kekejaman Rusia dan akibat dari huru-hara yang ditimbulkan oleh pertempuran kelompok-kelompok Mujahidin yang lebih buruk dari perang melawan Rusia).
Thaliban mulai ada sebagai sebuah gerakan ketika seorang "warlord" (ketuakelompok bersenjata - bandit) telah menculik dan memperkosa dua anak perempuan. Ibu bapak kedua anak perempuan tersebut telah pergi ke sebuah`pondok pesantren' dan meminta guru di sekolah tersebut menolong mereka. Guru tersebut bersama-sama 53 orang murid beliau, dengan bersenjatakan hanya 16 pucuk, pergi menyerang pangkalan bandit tersebut. Setelah membebaskan kedua kanak-kanak perempuan yang diculik itu, mereka menggantung mati sang pimpinan, juga beserta beberapa orang anak buahnya. "Kekejaman" Thaliban menggantung warlord dan para penjahat juga telah terklarifikasi.
Kisah ini tersebar luas. BBC juga telah melaporkannya. Mendengar kisah ini, maka banyak pelajar ikut bergabung dengan gerakan (Thaliban) tersebut, dan mereka mulai bertindak dengan merampas senjata-senjata dari semua bandit tsb. Gerakan pelajar ini kini menguasai 95% Afghanistan termasuk ibu kota Kabul. Hanya segelintir dari para bandit itu yang terus merajalela di bagian utara Afghanistan (mereka ini adalah Aliansi Utara).
Kami memusnahkan sebanyak 75% tanaman opium dunia. Sebelum kami menghapuskannya, 75% pasok opium dunia dihasilkan di Afghanistan. Pada tahun lalu kami mengeluarkan perintah mengharamkan penanaman opium, dan pada tahun ini 2001, ketua Program Pengawasan Opium PBB di bawah naungan UNDCP, Mr. Barnard F. mengatakankan Afghanistan bebas sepenuhnya dari tanaman opium -- 0% of opium cultivation. Zero, zilch, kosong -- langsung tak ada lagi. Sayangnya sebanyak 700 pakar UNDCP yang memantau tanaman opium telah kehilangan pekeerjaan. Pakar-pakar PBB itu tidak menyukai bila kami mengeluarkan perintah mengharamkan tanaman opium tsb. (Issue tentang opium telah terklarifikasi). Kami minta kesabaran anda para pembaca dalam seri berikutnya tentang klarifikasi mengenai issue kaum perempuan dan penghancuran patung-patung Budha. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 4 November 2001