11 November 2001

499. Issue Miring Thaliban Mengenai Perempuan dan Patung Budha

Demi keotentikan, sebagai pertanggung-jawaban kepada Allah SWT, dalam kolom ini setiap ayat Al Quran ditransliterasikan huruf demi huruf. Bila pembaca merasa "terusik" dengan transliterasi ini, tolong dilampaui, langsung ke cara membacanya saja.
Firman Allah SWT:
-- YAYHA ALDZYN AMNWA AN JA^KM FASQ BNBA FTBYNWA AN TSHYBWA QWMA BJHALT FTSHBHWA 'ALY MA F'ALTM NADMYN (S. ALHJRAT, 6), dibaca: ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- in ja-kum fa-siqum binabain fatabayyanu- an tushi-bu qawman bijaha-latin fatushbihu- 'ala- ma- fa'altum na-dimi-n (s. al hujura-t), artinya: Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasiq dengan berita, maka lakukanlah klarifikasi, jangan sampai kamu tanpa pengetahuan menimpakan musibah kepada suatu kaum, lalu kamu menyesal atas perbuatanmu (49:6).

The following is the edited version of the transcription of a lecture given by Sayyid Rahmatullah Hashemi, the roving Ambassador from Afghanistan who visited the US, at the University Of Southern California in Los Angeles, on March 10, 2001.

Adakah anda (di Amerika ini) ketahui apa yang terjadi sebelum kami memerintah? Sebelum Thaliban memerintah, kaum perempuan di kawasan luar kota diperlakukan sebagai binatang. Mereka dijual. Kami (Thaliban) menghapuskan tindakan yang sangat keji ini. Kaum perempuan tidak punya hak suara dalam memilih suami bagi mereka. Thaliban memberikan perempuan hak untuk memilih calon suami masing-masing. Suatu lagi yang jelek yang berlaku atas kaum perempuan di Afghanistan adalah mereka ditukar-tukar sebagai hadiah. Padahal tindakan ini bertentangan dengan agama. Ini sebenarnya merupakan budaya. Adalah menjadi tradisi bila dua kelompok yang bertempur ingin berdamai, maka mereka akan bertukar-tukaran perempuan. Dan tindakan keji ini sudah dihentikan oleh Thaliban.

Berlainan sekali dengan tuduhan-tuduhan yang dilemparkan, kaum perempuan di Afghanistan sebenarnya di izinkan bekerja. Kami akui, sebelum 1996, yaitu sebelum kami menaklukan ibu kota, Kabul, kami telah meminta kaum perempuan supaya tinggal di rumah. Tetapi kami tidak sekali-kali berniat untuk menyuruh mereka tinggal rumah buat selama-lamanya. Kami menerangkan kepada kaum perempuan bahwa mereka perlu tinggal rumah karena pada waktu itu keadaan huru-hara tanpa ada undang-undang dan oleh karena itu tidak aman bagi perempuan keluar rumah. Kini kami sudah melucuti senjata-senjata milik pribadi-pribadi, kami sudah membuat undang-undang, maka dengan keamanan tersebut perempuan sudah dibenarkan bekerja kembali. Kami akui Kaum perempuan kami tidak dibenarkan bekerja pada Kementerian Pertahanan seperti di Amerika ini. Kami tidak mau kaum perempuan kami jadi pilot jet tempur, atau dipergunakan sebagai objek-objek yang menghiasi iklan-iklan. Tetapi perempuan kami memang dibenarkan berkerja. Mereka bekerja di Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Pendidikan, Kesejahteraan Umum dan seterusnya.

Kami juga tidak menghalangi kaum perempuan untuk mendapatkan pendidikan. Kami diperintah (oleh Allah) untuk memberi pendidikan kepada kaum perempuan. Sebelum kami mengambil alih pemerintahan terdapat bermacam permasalahan pendidikan kurikulum yang mendidik taat setia kepada keluarga raja, pendidikan ala komunis, dan kurrikulum yang diperkenalkan oleh bermacam pihak, sehingga pelajar-pelajar menjadi bingung. Kamipun dapat menyatukan semua kurikulum yang campur baur itu. (Issue perempuan telah terklarifkasi).

Kini kami dikenakan embargo ekonomi yang menimbulkan banyak masalah. Kami telah menderita begitu lama -- 23 tahun berperang, infrastruktur kami habis musnah, masalah pengungsi, dan masalah ranjau yang sengaja ditanam oleh Rusia di ladang-ladang kami --- tetapi tiba-tiba PBB dengan hasutan Russia mengenakan embargo ekonomi atas Afghanistan. Dan embargo ekonomi itu dijatuhkan. Beratus anak-anak mati setiap bulan karena kekurangan makanan dalam keadaan iklim yang dingin. Dunia tidak peduli. Tetapi dunia sangat peduli dengan patung-patung yang dimusnahkan. Dunia memulihkan patung-patung, sementara anak-anak kami dibiarkan mati yang berarti masa depan kami juga akan mati, maka dunia tidak berhak terhadap warisan kami. UNESCO dan sebuah NGO dari Scandinavia datang dengan proyek untuk memulihkan muka-muka patung-patung tersebut yang sudah dikikis oleh hujan. Majlis Rakyat Afghanistan memohon agar uang untuk memulihkan patung-patung tersebut digunakan untuk menyelamatkan nyawa anak-anak Afghanistan. Tetapi UNESCO dan NGO tersebut menjawab, "Tidak bisa, uang ini hanya untuk patung-patung." Kalau anda berada dalam keadaan demikian apakah yang akan anda lakukan ? Anak-anak anda akan mati di depan mata anda, anda dibawah embargo ekonomi, dan orang-orang yang memaksakan embargo ekonomi atas anda itu datang untuk memugar patung-patung. Apa yang akan anda lakukan? Kofi Annan, Sekjen PBB pergi ke Pakistan dan berjanji untuk menemui wakil Afghanistan di sana. Tetapi orang bernama Kofi Annan ini tidak mau ambil peduli penderitaan anak-anak kami akibat embargo ekonomi PBB. Kofi Annan enggan sama sekali untuk memperbincangkan masalah kemiskinan di Afghanistan, ia hanya mau memperbincangkan masalah patung-patung Buddha yang ingin dipugar itu. Ini benar-benar tidak masuk akal. Maka kami memusnahkan patung-patung tersebut. (Inilah klarifikasi tentang pemusnahan patung Budha from the other side of America). WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 11 November 2001