Saya teringat sebuah buku bacaan bahasa daerah (Makassar) karya Ince Nanggong, yang umumnya berasal dari cerita rakyat (folklore), yang salah satunya berjudul I Jingkiriq. Folklore tersebut kalau disimak mengandung kritik sosial yang melawan arus pola pikir masyarakat waktu itu, yang sungguhpun sudah beragama Islam masih tenggelam dalam budaya tahyul, percaya pada ramalan peramal [Dicuplik dari Seri 136, Sang Peramal: I Jingkiriq, bertanggal 17 Juli 1994].
Saya mempunyai warisan yang tak ternilai harganya, yaitu sebuah "Handbook", berisi ilmu bertuliskan aksara Lontaraq dan huruf Arab, dituliskan oleh Kakek saya, Opu Tuan Imam Barat Batangmata, Selayar. Menurut hemat saya beliau mempunyai otoritas tentang ilmu yang direkam dalam "Handbook" itu, karena beliau sekitar 12 tahun menimba ilmu di AlMakkah AlMukarramah. "Handbook" itu diberikan kepada ayah saya, diteruskan kepada saya, .... Berikut ini saya kutip dari "Handbook" tersebut, dalam fasal Al'Abidu wa lMa'budu Wahidun. Kutipan dalam bahasa daerah (Makassar, dialek Selayar) bertuliskan aksara Lontaraq dan yang selainnya dalam huruf Arab.
"Iyaminni passala Al'Abidu wa lMa'budu Wahidun, tunyomba na turisomba assilennarang. Nubajiki pahanna. Inni paruntu' kananni gelepi gannaq. Riyeq tambana iyamintu: Tunyomba maqnassa atatonji, turisomba maqnassa karaengtonji, La- ila-ha illa Lla-h. Inilah fasal Al'Abidu wa lMa'budu Wahidun, penyembah dan Yang Disembah melebur. Camkan baik-baik. Kata-kata mutiara ini tidak lengkap, harus ditambah dengan: penyembah tetaplah hamba, Yang Disembah tetaplah Raja, La- ila-ha illa Lla-h [Dicuplik dari Seri 151, Manunggal Ing Kawula Gusti, bertanggal 2 November 1994].
Di antara buku-buku dalam Perpustakaan Pribadi saya ada Kitab Tapsere AKorang Maqbasa Ogiq (Tafsir Al Quran Berbahasa Bugis) diterbitkan oleh MUI Sulawesi Selatan. Ini saya cuplik (yang bertuliskan huruf kapital adalah huruf Al Quran, selebihnya dalam aksara Lontaraq): Waramparang Riaqbereangnge ANFAQ, Harta Benda yang Diberikan: Infaq.
-- LN TNALWA ALBR hTY TNFQWA MMA ThBWN WMA TNFQWA MN SYYa FAN ALLH BH 'ALYM. Bettuanna: Deq mullei maneng lolongengngi decengnge gangka mupalaonapa iyayana waramparang mupojie. Naagi naagi pada mupalao (mu ANFAQ) koromae seqdie seuwwa seuwwa, majeppu Puang AllataAla naissengngi koritu.
***
Firman Allah:
-- WLTNZHR NFS MA QDMT LGHD (S. ALHSYR, 18), dibaca: walTanzhur nafsun ma- qaddamat lighadin, artinya: Dan mestilah setiap diri menilik apa yang lalu untuk masa depan.
Dari tiga buah ilustrasi yang dicuplik di atas itu merupakan ma- qaddamat (apa yang lalu) yang sudah hampir terputus sama sekali bagi generasi muda Bugis Makassar. Bahkan beberapa anak muda/remaja yang sedang berkelompok komgkow di pinggir jalan saya tanyakan kepada mereka apa yang tertulis di kaca belakang peteq-peteq (kendaraan umum = oplet) yang hanya terdiri atas tiga huruf Lontaraq "tomaruq" (=orang Maros) tidak sanggup mereka baca.
Dalam kampanye Pemilu menyangkut isu pendidikan saya hampir tidak pernah mendengar atau membaca isu mengenai warisan budaya kita orang Bugis Makassar, budaya yang tak ternilai betapa pentingnya, yaitu aksara Lontaraq, warisan Daeng Pamatte Sabannaraq (Syahbandar) Kerajaan Gowa. Untuk itu perlu generasi muda (dan juga yang tua) yang terancam putus hubungan dengan masa lalunya,karena tidak sanggup membaca Lontaraq, dalam memberikan suaranya nanti perlu sekali memperhatikan siapa-siapa yang mempunyai kepedulian terhadap kurikulum pendidikan. Supaya di dalam kurikulum di daerah ini dimasukkan "muatan lokal" kebudayaan daerah etnik Bugis-Makassar yang bertujuan melanggengkan generasi muda dengan budayanya, dengan jalan, yaitu mempunyai kemampuan membaca naskah lama. Dan karena dalam naskah-naskah lama itu banyak berisikan substansi keIslaman, maka adalah suatu keniscayaan yang mempunyai kepedulian untuk memperjuangkan "muatan lokal" dalam kurikulum, adalah mereka calon-calon DPD dan Caleg Daerah yang kommit dengan Syari'at Islam. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 28 Maret 2004
28 Maret 2004
[+/-] |
618. Generasi Baru Etnik Bugis Makassar Terputus dari Masa Lalunya |
14 Maret 2004
[+/-] |
617. Akhirnya Orang Yahudi Itu Masuk Islam |
Tatkala RasuluLlah SAW memperoleh informasi bahwa qabilah-qabilah di perbatasan Syria menyusun kekuatan untuk menyerang Madinah, maka beliau mengirim utusan yang terdiri atas 15 orang untuk merundingkan perdamaian. Namun tatkala utusan itu sampai ke perbatasan, qabilah-qabilah itu sama sekali tidak bermaksud untuk berdamai. Ke 15 orang itu syahid semuanya dibantai oleh mereka itu. RasuluLlah SAW sangat berdukacita mendengarkan hal pembantaian itu. Beliau memutuskan untuk mengirim pasukan untuk menghukum qabilah-qabilah perbatasan itu. Rupanya persiapan di Madinah untuk menyerang meraka beritanya sampai ke perbatasan, maka qabilah-qabilah yang telah menyusun kekuatan itu membubarkan pasukan konfederasi mereka. Akhirnya RasuluLlah SAW tidak jadi menyerang mereka. RasuluLlah SAW hanya mengirim pasukan kecil yang dikepalai oleh seorang sahabat bernama Al Harits dengan membawa surat kepada kepala qabilah Suku Ghassan yang memerintah Basrah. Isi surat itu memprotes insiden perbatasan itu. Namun dalam perjalanan pasukan kecil itu dihadang oleh kepala lokal qabilah Ghassan dan Al Harits syahid dalam pertempuran yang tidak seimbang itu.
Akhirnya RasuluLlah SAW mempersiapkan pasukan berkekuatan sejumlah 3000 orang untuk menyerang qabilah-qabilah perbatasan itu. Beliau menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai panglima pasukan itu dan memberikan instruksi apabila Zaid syahid, maka Ja'far Bin abi Thalib yang menjadi panglima, dan jika Ja'far syahid pula, maka 'Abdullah bin Rawha yang menjadi panglima. Dan apabila 'Abdullah syahid juga, maka pasukan itu memilih sendiri panglima mereka. Instruksi itu sempat di dengar oleh seorang Yahudi, lalu ia berkata kepada Zaid: "Jika Muhammad itu sungguh-sumngguh Nabi, maka kalian bertiga tidak akan pulang ke Madinah lagi." Mendengar itu Zaid menjawab: "Kami bertiga pulang atau tidak, Muhammad adalah Nabi, RasuluLlah SAW."
Rupanya pembubaran pasukan konfederasi qabilah-qabilah perbatasan itu hanya taktik mereka belaka. Di belakangnya, sementara itu Kaisar Romawi mempersiapkan pasukan dengan kekuatan sekitar 100 000 ribu orang. Dan pasukan besar inilah yang dihadapi oleh pasukan Muslimin dengan kekuatan hanya 3000 orang itu. Apa yang disabdakan RasuluLlah SAW menjadi kenyataan. Satu demi satu panglima pasukan Madinah: Zaid, Ja'far dan 'AbduLlah syahid. Khalid bin Walid langsung mengambil panji pasukan di tangannya dan menyusun kembali formasi pasukan. Ada sayap kanan, tengah dan sayap kiri. Setiap sayap ada barisan depan dan belakang. Khalid mempergunakan taktik mobil, menggerakkan pasukan sambil bertempur. Dalam beberapa saat bertempur, barisan yang di depan mundur diganti oleh barisan belakang, dan dalam beberapa saat sayap dipertukarkan. Pasukan musuh terkecoh dengan taktik Khalid ini. Dikiranya pasukan Islam mendapat bantuan yang masih segar dari Madinah. Akhirnya pasukan musuh tidak berani melanjutkan pertempuran, mereka mundur teratur dan pertempuranpun berakhir. RasuluLlah SAW memberikan gelar SaifuLlah (pedang Allah) kepada Khalid.
Adapun orang Yahudi yang berdialog dengan Zaid itu setelah mendengar bahwa ketiga panglima pasukan itu tidak kembali ke Madinah, segera mengucapkan dua kalimah syahadatain. Akhirnya Orang Yahudi itu masuk Islam.
***
Firman Allah:
-- FMN SYAa FALYWaMN WMN SYAa FLYKFR (S. ALKHF, 18:29), dibaca: faman sya-a falyu^miw wa man sya-a falyakfur (s. alkahfi), artinya: Siapa yang mau maka berimanlah, dan siapa yang mau maka kafirlah. Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih. Kalau manusia menetapkan pilihannya untuk beriman, maka Allah akan memberikan hidayahNya. FirmanNya:
-- WALLH YHDY MN YSYAa (S. ALBQRt, 2:213), dibaca: waLla-hu yahdi- may yasya-u (s. albaqarah). Allah adalah mubtada' (subyek) sekaligus fa'il (Pelaku). Yahdi- (=menunjuki), adalah khabar (predikat). Man yasyaau adalah maf'ul (obyek) dalam wujud anak kalimat (anak kalimat yang menjadi obyek). Kalau anak kalimat itu diuraikan pula, maka man (=siapa) adalah mubtada' sekaligus pula fa'il dan yasya-u (= mau) adalah khabar. Maka ayat itu berarti: Allah menunjuki siapa mau (untuk mendapatkan petunjuk atau hidayah).
Orang Yahudi itu berproses untuk memilih beriman, dan setelah memperoleh data ketiga panglima itu syahid iapun menetapkan pilihannya, maka Allah memberikan hidayahNya, maka akhirnya orang Yahudi itu masuk Islam. WaLla-hu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 14 Maret 2004
7 Maret 2004
[+/-] |
616. Apologi Tentang Lalat |
Apologi adalah suatu sikap dan gairah membela apa yang kita yakini dalam bentuk lisan maupun tulisan. Seperti misalnya pada waktu Neil Armstrong menginjakkan kakinya di bulan, para apolog berlomba-lomba mangutip dan membacakan Firman Allah:
-- YM'ASYR ALJN W ALANS AN ASTTH'ATM AN TNFDZWA MN AQTHAR ALSMWT W ALARDH FANFDZWA LA TNFDZWN ALA BSLTHN S. ALRhMN, 55:33}, dibaca: ya- ma'syaral jinni wal insi inistata'um an tanfudzu- min aqtha-ris sama-wa-ti wal ardhi fan fudzu- la- tanfuzu-na illa- bi sultha-n (s.arrahma-n), artinya: Hai para jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus penjuru-penjuru langit dan bumi, maka tembuslah, namun kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan.
Sikap apologi itu wajar-wajar saja. Yang tidak wajar ialah apabila Nash (Al Quran dan Hadits Shahih) diletakkan di bawah perisiwa kemajuan ilmu pengetahuan. Mengemukakan S. Ar Rahman 33 tentang peristiwa Neil Armstrong mendarat di bulan dengan maksud untuk membela diri dari keterbelakangannya dalam bidang Iptek, bukankah itu berarti menempatkan Nash dibawah isu kemajuan Iptek? Belakangan ini di internet dan dalam tayangan TV dikatakan bahwa Neil Armstrong mendarat di bulan sebenarnya hanya "tipuan" alias rekayasa optik, alias tidaklah sesungguhnya terjadi. Yang ini bukan apologi, karena bukan ummat Islam yang bilang.
Yang bagaimanakah yang disebut sikap apologi yang wajar itu? Pertama adalah membela salah pengertian terhadap pemahaman Nash, baik yang datang dari kalangan ummat Islam sendiri, maupun utamanya yang berasal dari luar kalangan ummat Islam. Yang kedua, dalam pembelaan itu Nash tidak diletakkan di bawah isu apapun juga. Sebagai contoh suatu sikap apologi yang wajar, yaitu meletakkan Al Quran di atas isu kemajuan Iptek, kitapun dapat juga mengemukakan S. Ar Rahman 33 yang telah dikutip di atas itu. Yaitu persyaratan yang dikemukakan dalam akhir ayat illa bi sulthan, persyaratan tentang kekuatan, persyaratan tentang energi, tegasnya persyaratan bahan bakar. Bahwa tema sentral permasalahan dalam mengarungi angkasa luar, maupun menembus ke dalam bumi adalah krisis energi yang melanda peradaban ummat manusia sekarang ini. Maka tentu lebih baik jika persediaan bahan bakar yang sudah menipis itu dipakai saja untuk aktivitas di muka bumi ini. Dalam hal ini ilmu pengetahuan (baca: bahan bakar) dijadikan ilmu bantu dalam memahamkan Nash (baca: sultha-an = kekuatan).
***
Jikalau lalat terjatuh pada salah satu tempat minumanmu, hendaklah ditenggelamkan seluruh badan lalat itu ke dalam tempat minum tersebut, kemudian buanglah (lalat itu) ke luar (HR Bukhari). Adapun Inventarisasi Hadits tentang lalat spb:
- Hadits Riwayat Bukhari dalam kitab Bad'ul Khalq, diterima dari Khalid bin Makhlad dari Sulaiman bin Bilal dari 'Utbah bin Muslim dari 'Ubaid bin Hunain dari Abu Hurairah.
- Hadits Riwayat Bukhari dalam Kitab Ath Thibb, diterima dari Qutaibah dari smail bin Ja'far, dari 'Utbah bin Muslim, dari 'Ubaid bin Muslim maulana Bani Zuraiq, dari Abi Hurairah.
- Hadith Riwayat Abu Dawud dalam Kitab Al Ath'imah dari Ahmad bin Hanbal dari Basyar bin Al Mufadhdhlol, dari Ibnu Ajlan, dari Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah.
- Hadits Riwayat An Nasa'i dalam Kitab Al Farra' wal 'Atirah dari Amr bin 'Ali dari Yahya dari Ibnu Abi Dzi'bin, dari Sa'id bin Khalid dari Abi Salamah dari Abi Sa'id Al Khudri.
- Hadits Riwayat Ibnu Majah dalam Kitab Ath Thibb, dari Abu Bakar bin Abu Syaibah dari Yazid bin Harun dari Ibnu Abi Dzi'bin dari Sa'id bin Khalid dari Abu Salamah dari Abu Sa'id.
- Sanad lain dari Ibnu Majah dalam Kitab Ath Thibb untuk Suwaid bin Sa'id dari Muslim bin Khalid dari Utbah bin Muslim dari Abu Hurairah.
- Hadits Riwayat Ad Darimy dalam Kitab Al Ath'imah dari Abdullah bin Maslamah dari Sulaiman bin Bilal dari Utbah bin Muslim dari 'Ubaid bin Hunain dari Abu Hurairah.
- Sanad lain Riwayat Ad Darimy diterima dari Sulaiman bin Harb dari Hammad bin Salamah dari Tsumamah bin Abdullah bin Anas dari Abu Hurairah.
- Hadits Riwayat Imam Ahmad.
***
Agak terlambat bagi ummat Islam untuk mau bersungguh-sungguh menyelidiki dan menggali kebenaran ajaran Islam yang bersinggungan dengan bidang kesehatan dalam konteks lalat ini. Perihal lalat dipelajari oleh Prof. Brefild tahun 1871. Ilmuwan Jerman dari Universitas Hall ini menemukan bahwa dalam badan lalat terdapat mikrab-mikrab sejenis Fitriat yang diberi nama Ambaza Mouski dari golongan Antomofterali. Mikrab-mikrab ini hidup di bawah tingkat zat minyak dalam perut lalat. Bentuknya bundar yang kemudian memanjang dan keluar dari lingkungan perut melalui lubang pernapasan.
Ambaza Mouski ini berkumpul dalam cel-cel sehingga membentuk kekuatan yang amat besar. Akibatnya cel-cel itu pecah dan keluarlah cythoplasma yang bisa membunuh kuman-kuman penyakit. Cel-cel tersebut terdapat di sekitar bagian ke tiga dari tubuh lalat, yaitu pada bagian perut dan punggungnya. Kedua bagian badan ini tidak pernah mengenai dasar tempat lalat mendarat atau benda apapun saat terbang karena selalu dijaganya.
Tahun 1947, Ernestein dari Inggris juga menyelidiki fitriat pada lalat ini. Hasil penyelidikannya menyimpulkan bahwa fitriat tersebut dapat memusnahkan bermacam bakteri diantaranya bakteri penyebab darah menjadi seperti "grume", kuman disentri dan typhoid. Pada tahun yang sama, Dr. Muftisch juga meneliti soalan ini dan menyimpulkan bahwa satu cel mikrab ini dapat memelihara lebih dari 1000 liter susu dari bakteri Thyphoid, disentri dan lainnya.
Tahun 1950, Roleos dari Switzerland menemukan pula mikrab-mikrab ini dan memberi nama Javasin. Para peneliti lain yaitu Prof. Kock, Famer (Inggris), Rose, Etlengger (German) dan Blatner (Switzerland) melakukan penyelidikan dan berkesimpulan sama tentang mikrab pada lalat sekaligus membuktikan bahwa berbagai macam penyakit dan bakteri pada lalat hanya terdapat pada ujung kaki lalat saja dan bukan pada seluruh badannya.
Kembali tentang mikrab yang bisa membunuh kuman itu ternyata tidak bisa keluar dari tubuh lalat kecuali setelah disentuh oleh benda cair. Cairan ini bisa menambah tekanan pada cel-cel yang mengandung mikrab penolak kuman sehingga menjadi pecah dan memercikkan mikrab-mikrab istimewa ini. Maka adalah logis bila ingin mengeluarkan mikrab-mikrab penolak kuman dari badan lalat, haruslah membasahi badannya yang berarti menyelupkan lalat yang jatuh tersebut sebelum membuangnya dan dapat meminum air bekas 'lalat berenang' itu tanpa perlu ragu lagi. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 7 Maret 2004