Respons dan sikap ummat Islam sehubungan dengan masalah Ambon dan Maluku Utara haruslah dipilah secara "regional", yaitu: Pertama, sikap ummat Islam di daerah yang terlibat langsung dalam "perang". (Untuk selanjutnya akan dipakai bahasa Al Quran, yaitu qital, yang akar katanya dibentuk oleh qaf, ta dan lam, QTL qatala artinya membunuh. Jika dibubuhkan alif diantara qaf dan ta, menjadilah QATL qa-tala yang berarti saling bunuh = perang). Kedua, sikap ummat Islam di daerah yang tidak terlibat dalam qital. Daerah pertama ialah Ambon dan Maluku Utara sedangkan daerah kedua adalah daerah diluarnya.
Untuk daerah Ambon dan Maluku Utara pembahasan harus dimulai dari permulaan yang menyulut qital (pembantaian), yaitu pada waktu ummat Islam sedang shalat Iyd pada 19 Januari 1999 sekonyong-konyong diserbu dan dibantai oleh gerombolan pengacau liar non-Muslim, kemudian ummat Islam diusir meninggalkan tempatnya bermukim. Apapun alasannya, apakah itu kesenjangan sosial, lebih-lebih jika itu berbau SARA ataupun apakah itu ulah penghasut (provokator) elit politik yang bertujuan mengacaukan Sulawesi Selatan (para exodus Muslim etnis Bugis-Makassar dari Ambon dan Kupang) untuk mendiskreditkan Habibie yang mempunyai hubungan emosional dengan orang Bugis-Makassar, maka bagi ummat Islam yang sedang shalat Iyd yang dizalimi di Ambon itu setahun yang lalu, akan merasakan dan meresapkan betul dalam hati sanubari akan makna Firman Allah:
-- ADZN LLDZYN YQATLWN BANHM ZHLMWA WAN ALLH 'ALY NSHRHM LQDYR. ALDZYN AKHRJWA MN DYARHM BGHYR HQ ALA AN YQWLWA RBNA ALLH (S. ALHJ, 39-40), dibaca: Udzina lilladzi-na yuqa-talu-na biannahum zhulimu- wainnaLla-ha 'ala- nashrihim laqadi-r. Alladzi-na ukhriju- min diya-rihim bighayri haqqin illa- ayyaqu-lu- rabbunaLla-hu (s. alhjj), artinya: Diizinkan berperang karena mereka dizalimi. Yaitu orang-orang yang diusir dari tempatnya bermukim dengan tidak benar hanya karena mereka berkata Maha Pemelihara kami adalah Allah (22 : 39-40).
-- KTB 'ALYKM ALQTAL WHW KRH LKM W'ASY AN TKRHWA SYY^N WHW KHYR LKM W'ASY AN THBWA SYY^AN WHW SYR LKM WALLH Y'ALM WANTM LA T'ALMWN (S. ALBQRT, 216), dibaca: Kutiba 'alaykumul qita-lu wahuwa karhul lakum wa'asa- an takrahu- syay.aw wahuwa khayrul lakum wa'asa- an tuhibbu- syay.aw wahuwa syarrul lakum waLla-hu ya'lamu waantum la- ta'lamu-n (s. albaqarah), artinya: Diwajibkan atas kamu berperang padahal itu kamu benci, dan boleh jadi kamu benci akan sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu senang akan sesuatu tetapi itu buruk bagimu, dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak ketahui (2 : 216).
Al Quran adalah ibarat lemari yang di dalamnya terdapat rak-rak yang tersusun berisi pakaian yang dapat diambil untuk dipakai oleh ummat yang membutuhkannya sesuai dengan "suasana kebatinan" ummat itu. Bagi ummat Islam yang dizalimi waktu shalat Iyd setahun yang lalu itu yang cocok dengan suasana kebatinannya adalah kedua ayat di atas itu.
Untuk daerah yang diluar Ambon dan Maluku Utara perlu disimak Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Nu'man ibn Basyir seperti berikut:
-- ALMW^MNYN FY TRAHMHM WTWADHM WT'AATHFHM KMTSL ALJSD ADZA ASYTKY 'ADHWA TDA'AY LH SA^R JSDH BALSHR WALHMY, dibaca: Almu'mini-na fi- tara-humihim watawa-dihim wata'a- thifihim kamatsalil jasadi idzasy taka- 'udhwan tada-'a- lahu sa-iru jasadihi bissahri walhumma, artinya: Para mu'min dalam kasih mengasihi, cinta mencintai, tolong menolong, ibarat tubuh, jika ada salah satu anggota yang terkena luka, seluruh tubuh ikut menderita tidak dapat tidur dan ditimpa demam. (The Messenger of Allah (SAWS) said: "The example of the believers in their mutual love, compassion and mercy is like a single body.If there is a pain in any part of the body, the whole body feels it." [Bukhari, Muslim])
Demam itu membara di Mataram dan meriang kecil di Makassar dalam wujud penggeledahan KTP dengan ekses penganiayaan serta "perpeloncoan" disusuh merayap, yang dilihat dari segi hukum positif termasuk tindakan kriminal. Hendaknya tanpa embel-embel murni, sebab dengan itu mengandung nuansa anak-anak kita mahasiswa yang demam itu disamakan dengan preman. Untuk meredam demam ini jalan satu-satunya ialah menyelesaikan akar permasalahannya di Ambon dan Maluku Utara. Untuk itu sebaiknya ditempuh upaya yang bersifat taktis dan strategis.
Upaya yang bersifat taktis supaya ditempuh oleh pemerintah cq polisi. Buat sekat, artinya pisahkan kelompok Muslim dengan non-Muslim. Kemudian batas-batas berupa sekat itu dijaga oleh polisi dibantu oleh TNI yang profesional dalam arti tidak memihak, tidak menjadi partisan. Status quo ini dipertahankan hingga tercapai suasana cooling-down. Termasuk dalam upaya taktis ini adalah segera menangkap sumber penghasut, dalang yang menghasut massa non-Muslim untuk membantai ummat Islam yang shalat Iyd setahun yang lalu. Supaya tidak salah tangkap harus difokuskan kepada yang non-Muslim, elit politik dari partai yang tidak berasaskan Islam dan yang tidak berbasis massa Muslim, dengan pertimbangan sejahil-jahilnya orang Islam, ia tidak akan mungkin menyuruh membantai ummat Islam yang sedang shalat Iyd setahun yang lalu.
Upaya yang bersifat strategis ialah supaya ditempuh rekonsiliasi "regional". Ini yang paling berat. Pendapat Presiden Abdurrahman Wahid bahwa masalah Maluku harus diselesaikan oleh orang Maluku sendiri sesungguhnya ada benarnya jikalau dalam konteks upaya strategis rekonsiliasi "regional". Yang memegang peran dalam upaya rekonsiliasi ini haruslah dalam kalangan ulama, pendeta, tokoh-tokoh adat dan masyarakat orang Maluku yang ada di Maluku, bukan mereka orang Maluku yang ada di Jakarta atau di Makassar, atau di tempat-tempat lain di luar Maluku. Rekonsiliasi yang bersifat protokoler, formal, bahkan yang berbau hura-hura seperti menyanyi-menyanyi, menari-menari di luar Maluku apapula di Maluku sendiri supaya dihentikan, sebab tidak ada gunanya, berhubung tidak menyentuh grass-root.
Firman Allah:
-- LQD JA^KM RSWL MN ANFSKM 'AZYZ 'ALYHI MA 'ANTM HRYSH 'ALYKM BALMW^MNYN R^WF RHYM (S. ALTWBT, 128), dibaca: Laqad ja-akum rasu-lum min anfusikum 'azi-zun alayhi ma- 'anittum hari-shun 'alaykum bilmu'mini-na rau-fur rahi-m (s. attawbah), artinya: Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kalanganmu, yang amat berat "dirasakan" olehnya akan derita kamu serta harap akan keimananmu, lagi sangat kasihan dan penyayang kepada orang-orang yang beriman (9 : 128).
Jiwa ayat di atas itu ialah masyarakat hanya akan mendengarkan seruan pimpinannya, hanya jika pimpinannya itu dari kalangan mereka yang ikut menderita, ikut menjadi korban qital dari konflik horisontal. Sebab berat mata memandang, lebih berat bahu memikul. WaLla-hu a'lamu bi shshawa-b.
*** Makassar, 30 Januari 2000
30 Januari 2000
[+/-] |
408. Masalah Ambon dan Maluku Utara |
23 Januari 2000
[+/-] |
407. Pendekatan Satu Kutub dalam Ilmu Pengetahuan Alam |
Sesuai dengan yang dijanjikan dalam Seri 405, maka seri ini akan membicarakan seperti pada judul di atas. Dalam ilmu fisika yang bertumpu pada paradigma positivisme yang atheistis dan agnostis itu, ditempuhlah pendekatan ilmiyah sekuler seperti berikut:
Sumber informasi: physical world, eksisensi wahyu ditolak
Sikap: skeptis (ragu)
Langkah-langkah:
1. observasi;
2. interpretasi, yang outputnya: teori;
3. ujicoba teori, yang outputnya: hukum-hukum fisika.
Contoh: Tahun 1887 observasi Michelson bersama Morley (MM) dengan mempergunakan interferometer menujukkan bumi diam terhadap aehter, suatu zat hypothesis yang diam mutlak. Ini mengakibatkan ilmu fisika menjelang akhir abad ke-19 mengalami jalan buntu (impasse), bahkan ada yang memutar jarum jam surut kembali berabad-abad yang silam dengan mengatakan bumi ini diam. Pada tahun 1905 Albert Einstein (diucapkan ainsytain) menginterpretasi observasi MM dalam tiga postulat: pertama, semua benda bergerak relatif antara satu dengan yang lain, artinya tidak ada yang diam secara mutlak, kedua, kecepatan cahaya (c) invarian, ketiga, interval waktu dan interval ruang relatif tergantung dari keadaan gerak pengamat dan benda yang diamati.
Einstein memperkembang postulat di atas dengan mengatakan bahwa massapun relatif tergantung dari keadaan gerak pengamat dan benda yang diamati. Tenaga kinetis tidak lagi dinyatakan seperti dalam mekanika klasik,melainkan melalui tanformasi Lorentz diubah bentuknya menjadi:
E = (mc2) / (v(1 - v2/c2)), atau dalam bentuk deret:
E = mc2 + (1/2)(mv2) + (3/8)(mv4/c2) + ....
Jika v << c, maka suku yang ketiga dan seterusnya dapat diabaikan, dan yang tinggal adalah suku pertama dan kedua. Suku kedua tidak lain dari tenaga kinetis dalam mekanika klasik (1/2)mv2, sedangkan suku yang pertama baru kita kenal. Pernyataan suku pertama itu tidak tergantung dari kecepatan benda, sebab itu disebut energi diam (rest energy) terhadap pengamat. Benda yang diam yaitu kecepatannya v = 0 terhadap pengamat masih mempunyai rest energy. Kesimpulannya ialah terdapat kesetaraan antara energi dengan massa: E = mc2. Inilah hasil akhir dari teori Einstein yang terkenal itu, yakni The Special Theory of Relativity.
Rumus tersebut diujicoba dalam laboratorium Institut Kaisar Wilhelm di Berlin, oleh Otto Hahn dan Lise Meitner dalam tahun 1939 yang berhasil memecahkan inti atom. Dalam proses reaksi inti itu keduanya secara ujicoba telah membuktikan rumus Einstein itu dalam kadar ketelitian yang tinggi. Lalu teori kesetaraan itu disebutlah hukum kesetaraan energi dengan massa.
***
Akan ditunjukkan bahwa Metode Pendekatan Ilmiyah Satu Kutub (MPISK) sama sekali tidak menghapus substansi hasil jerih payah orang-orang yang bersusah payah dalam kancah ilmu sekuler, melainkan menyempurnakannya menjadi tidak sekuler. (Silakan baca MPISK dalam Seri 405 yang lalu). Observasi atau iqra MM disempurnakan dalam hal niat atas nama yang Maha Mengatur, sehingga jerih payah mengobservasi itu mendapatkan nilai ukhrawi. Interpretasi atas hasil iqra itu tetap kecepatan cahaya invarian dan semuanya bergerak dengan memperhatikan ayat qawliyah KL FY FLK YSBHWN (S. YS, 40), dibaca: kullun fi- falakin yasbahu-n (s. ya-sin), artinya: semuanya berenang dalam jalurnya (36:40). Tafsir dengan memperhatikan ayat qawliyah ini mempunyai nilai ukhrawi. Pernyataan sekuler: Hukum kesetaraan energi dengan massa disempurnakan redaksionalnya menjadi: SunnatuLlah dalam wujud kesetaraan energi dengan massa, dengan demikian mempunyai pula nilai ukhrawi.
Kenyatannya secara teknis ada teori tertentu yang tidak mungkin dapat diujicoba dalam ilmu sekuler, tetapi masih dapat diujicoba dengan pendekatan satu kutub. Sebagai contoh dalam ilmu falak. Hasil observasi dengan pertolongan teropong bintang menunjukkan bahwa rumpun-rumpun bintang yang disebut galaxies bergerak dari kita dengan kecepatan menjauh (radial) yang berbanding lurus dengan jarak galaxies itu masing-masing dari bumi kita. Misalnya dua galaxy A dan B, jarak galaxy A tiga kali lebih jauh dari galaxy B, maka kecepatan menjauh galaxy A akan tiga kali lebih cepat dari B. Sebagai analogi jika kita memberikan titik-titik pada sebuah balon yang kita tiup sehingga bertambah besar, maka titik-titik itu akan saling menjauhi yang kecepatannya antara satu dengan yang lain berbanding lurus dengan jaraknya masing-masing. Itu artinya jagat raya ini sedang memuai (berekspansi).
Ada dua jenis interpretasi atas hasil observasi ini. Teori yang pertama mengatakan pada mulanya (yaitu t = 0, tidak ada sesuatu sebelumnya) terjadi ledakan besar pada "atom primordial", sehingga bibit-bibit galaxies terlempar saling menjauh. Teori ini disebut teori Big-Bang (BB). Teori yang kedua mengatakan setiap saat materi terjadi begitu saja, lalu mendesak materi yang sudah terjadi sebelumnya, sehingga jagad raya ini membesar. Teori ini disebut dengan teori kejadian terus menerus (KTM). Secara teknis adalah hal yang mustahil untuk dapat mengujicoba kedua teori ini, apabila hanya mengandalkan sebuah sumber informasi seperti halnya dalam ilmu sekuler yang bertumpu pada paradigma filsafat positivisme yang atheistis dan agnostis.
Namun dengan ilmu yang tidak sekuler yang bertumpu pada iqra' bismi rabbika, orang dapat mengadakan ujicoba, mana kedua teori ini yang benar. Ada dua ayat qawliyah yang dapat dipakai untuk mengujicoba, yaitu:
ADZA ARAD SYYA AN YQWL LH KN FYKWN (S. YS, 82), dibaca: iza- ara-da syayan ay yaqu-la lahu- kun fayaku-n (s. ya-sin), artinya: Apabila Ia menghendaki sesuatu Ia berkata kepadaNya, jadilah maka menjadilah ia.
ALDZY KHLQ FSWY (S. ALA'ALY, 2), dibaca: allazi- khalaqa fasawwa- (s. al a'la-), artinya: Yaitu (Allah) Yang mencipta lalu menyempurnakan (87:2).
Kata KHLQ berbentuk fi'il madhi, masa lampau, ini menyokong teori Big-Bang, sedangkan kata YKWN berbentuk fi'il mudhari', sedang menjadi dan akan menjadi, ini menyokong teori kejadian terus menerus. Alhasil setelah Allah mencipta "atom primordial" yang meledak dahsyat, lalu Allah terus menerus menjadikan zat interstallair, yang dalam bahasa Al Quran disebut dukhan. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.
*** Makassar, 23 Januari 2000
16 Januari 2000
[+/-] |
406. Milenium |
Menurut EYD tidak boleh ada konsonan ganda sehingga millennium harus dituliskan milenium, yang kumbangnya (bug) sempat menimbulkan kekhawatiran global. Yaitu kekhawatiran akan kacau-balaunya sistem yang diotaki oleh komputer yang kapasitas ingatannya hanya mampu menerima tahun penanggalan dua digit. Sehingga jika distel dari tahun 1999 ke tahun 2000 komputer itu akan kebingungan, karena ia tidak dapat membedakan antara tahun 1900 dengan 2000. Secara metaphoris kebingungan ini dipersonifikasikan sebagai kumbang. Tatkala komputer itu distel waktu memasuki permulaan milenium ketiga yang baru lalu, ternyata sengatan kumbang itu tidak sampai signifikan. Setelah waktu singkat sengatan kumbang yang dikhawatirkan itu telah terlampaui dan demam milenium telah mulai reda, saya mendapat telepon dari DR Ahmad Sewang yang menanyakan bahwa apa betul kita sudah berada dalam milenium ke-3, berhubung si Fulan (ia menyebutkan sebuah nama yang saya kurang ingat lagi, sehingga saya tuliskan saja si Fulan) mengatakan bahwa nanti pada tahun 2001 baru masuk milenium ke-3. Lalu saya jawab bahwa memang sekarang sudah milenium ketiga.
Sebermula sebenarnya saya tidak bermaksud untuk membahas substansi itu dalam kolom ini. Namun setelah saya baca publikasi substansi itu dua kali dalam harian FAJAR, maka saya putuskan untuk mempublikasikannya pula melalui kolom ini. Kedua publikasi itu ialah: Pertama, dalam edisi Selasa 4 Januari 2000 pada halaman Surat dari Pembaca, kiriman M. Yahya Tanawali BA. dengan judul: Apa Benar pada 2000 Abad Milenium?, antara lain dituliskan: "milenium ke-2 berlangsung dari 1001 - 2000". Kedua, dalam edisi Kamis 6 Januari 2000, pada halaman satu ada tulisan Prof DR Azyumardi Azra yang berjudul Milenarianisme, yang antara lain dituliskan: "Secara matematis tahun 2000 baru menggenapkan milenium kedua, dan dengan demikian milenium ketiga sebenarnya baru akan mulai pada tahun depan tahun 2001."
Kata milenium termasuk kata jenis homonim, artinya mempunyai makna lebih dari satu. Pertama, bermakna jangka waktu 1000 tahun. Kedua, bermakna waktu depan yang penuh dengan kemakmuran bagi setiap orang. Bagi ummat Islam ada yang lebih tinggi nilainya ketimbang arti milenium yang kedua tersebut, yaitu: BLDT THYBT WRB GHFWR (S. SBA, 15), dibaca: Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafu-r (S. saba-), artinya: negeri yang makmur, dan (mendapat) ampunan dari Yang Maha Pemelihara (34:15). Millenarian artinya orang yang berkeyakinan bahwa milenium dalam arti yang kedua niscaya akan datang. Pandangan hidup yang demikian itu disebut dengan milenarianisme.
***
Telah menjadi kesepakatan dalam tradisi ilmu pengetahuan bahwa semua pengukuran dimulai dari titik nol, termasuk waktu tentunya. Demikianlah perhitungan tahun dalam sistem penanggalan dimulai dari tahun 0 dan jam 00.
1 Januari tahun 0 jam 00 s/d 31 Desember tahun 0 jam 24, lamanya 1 tahun, inilah rentang-waktu tahun pertama. Jadi perhatikan baik-baik: 1 Januari tahun 0 jam 00 adalah permulaan rentang waktu tahun pertama.
1 Januari tahun 0 jam 00 s/d 1 Januari tahun 99 jam 00, lamanya 99 tahun. 1 Januari tahun 99 jam 00 s/d 31 Desember tahun 99 jam 24, lamanya 1 tahun. Sehingga 1 Januari tahun 0 jam 00 s/d 31 Desember tahun 99 jam 24, lamanya 99 + 1 = 100 tahun atau satu abad, inilah rentang-waktu abad pertama. Juga perhatikan baik-baik: 1 Januari tahun 0 jam 00 adalah permulaan rentang-waktu abad pertama.
1 Januari tahun 0 jam 00 s/d 1 Januari tahun 999 jam 00, lamanya 999 tahun. 1 Januari tahun 999 jam 00 s/d 31 Desember tahun 999 jam 24, lamanya 1 tahun. Sehingga 1 Januari tahun 0 jam 00 s/d 31 Desember tahun 999 jam 24, lamanya 999 + 1 = 1000 tahun atau satu milenium, inilah rentang-waktu milenium pertama. Juga perhatikan baik-baik: 1 Januari tahun 0 jam 00 adalah permulaan rentang-waktu milenium pertama.
1 Januari tahun 1000 jam 00 s/d 1 Januari tahun 1999 jam 00, lamanya 999 tahun. 1 Januari tahun 1999 jam 00 s/d 31 Desember tahun 1999 jam 24, lamanya 1 tahun. Sehingga 1 Januari tahun 1000 jam 00 s/d 31 Desember tahun 1999 jam 24, lamanya 999 + 1 = 1000 tahun atau satu milenium, inilah rentang-waktu milenium kedua. Juga perhatikan baik-baik: 1 Januari tahun 1000 jam 00 adalah permulaan rentang-waktu milenium ke-2 dan sekaligus permulaan rentang-waktu abad ke-11.
1 Januari tahun 2000 jam 00 s/d 1 Januari tahun 2999 jam 00, lamanya 999 tahun. 1 Januari tahun 2999 jam 00 s/d 31 Desember tahun 2999 jam 24, lamanya 1 tahun. Sehingga 1 Januari tahun 2000 jam 00 s/d 31 Desember tahun 2999 jam 24, lamanya 999 + 1 = 1000 tahun atau satu milenium, inilah rentang-waktu milenium ketiga.
Juga perhatikan baik-baik: 1 Januari tahun 2000 jam 00 adalah permulaan rentang-waktu milenium ke-3 dan sekaligus permulaan rentang-waktu abad ke-21.
Penyebab penyimpangan pendapat Yahya Tanawali dan Azyumardi Azra yang mengatakan bahwa milenium ke-2 berlangsung dari 1001 - 2000 dan milenium ketiga sebenarnya baru akan mulai pada tahun depan tahun 2001, terletak dalam hal ulasan keduanya tidak bertolak dari permulaan, dan tidak memperhitungkan jam, sehingga menjadi rancu, mana yang waktu (titik), mana yang rentang-waktu (garis). Lagi pula keduanya mematok: waktu mula = satu menyimpang dari kesepakatan dalam tradisi ilmu pengetahuan. Menyimpang dari tradisi ilmu pengetahuan tidak ada yang melarang, itukan cuma buatan manusia. Namun perlu diingat: Pertama, secara teknis menyulitkan, karena jika stopwatch dimulai dari angka satu, maka jarumnya menunjukkan angka 5 untuk hasil pengukaran 4 detik, kedua, tidaklah logis dalam sistem penanggalan yang berpatokan pada hari lahir seseorang dimulai dari satu, sebab itu berarti orang baru saja lahir ia sudah tiba-tiba berumur satu tahun, dan ketiga, kebenaran mutlak berdasarkan wahyu, sedangkan kebenaran relatif dalam berbudaya berdasar atas kesepakatan yang tidak bertentangan dengan wahyu. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.
*** Makassar, 16 Januari 2000
9 Januari 2000
[+/-] |
405. Pendekatan Ilmiyah yang Tidak sekuler |
Sebermula sesungguhnya seri ini bernomor 400, oleh karena ia merupakan lanjutan Seri 399, yang berjudul: Wasilah dan Paradigma Ilmu. Penundaan ini dilakukan atas pertimbangan bahwa contoh yang akan dikemukakan adalah NuzululQuran. Dalam seri tersebut dikemukakan tentang filsafat positivisme sebagai paradigma tempat bertumpu ilmu sekuler. Filsafat positivisme adalah suatu sistem filsafat yang menolak (atheistis) atau meragukan (agnostis): alam gaib, Yang Gaib dan wahyu, yang dalam bahasa Al Quran disebut kafir. Maka pembahasan dalam ilmu sekuler jika mengambil sumber informasi dari wahyu dicaplah tidak ilmiyah.
***
Dalam rangka peringatan Milad UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA yang ke 41 (1954 - 1995), dalam Orasi Ilmiyah yang saya sajikan pada 25 Muharram 1416, setuju dengan 24 Juni 1995, saya gagaskan pendekatan ilmiyah yang tidak sekuler. Saya namakan gagasan itu dengan Pendekatan Satu Kutub. Orasi Ilmiyah tersebut lengkapnya berjudul: Metode Pendekatan Satu Kutub dalam Mengkaji Ayat Qawliyah dan Ayat Kawniyah. Adapun kerangka gagasan itu seperti berikut:
Sumber informasi: ayat qawliyah (Al Quran) dan ayat kawniyah (alam syahadah)
Sikap: skeptis terhadap hasil pemikiran manusia
Langkah-langkah:
- AQRA BASM RBK (S. AL'ALQ, 1), dibaca: iqra' bismi rabbika (s. al alaq), artinya: bacalah atas nama Maha Pengaturmu (96:1); yang diobseravasi adalah sumber informasi: ayat qawliyah dan ayat kawniyah;
- penafsiran dengan memperhatikan ayat qawliyah dan ayat kawniyah, yang outputnya tafsir hasil buah pikiran manusia;
- ujicoba tafsir yang diperhadapkan pada ayat qawliyah serta hadits shahih dan ayat kawniyah atau salah satu di antara keduanya, yang outputnya pengungkapan sunnatuLlah yang spesifik.
Langkah yang kedua yaitu penafsiran. Ditafsirkan bahwa yang diturunkan pada hari Al Furqan itu adalah Al Quran. Ditafsirkan pula bahwa dua pasukan yang bertemu itu adalah perang Badr, yang menurut catatan sejarah terjadi pada 17 Ramadhan. Maka disimpulkanlah bahwa NuzululQuran itu terjadi pada 17 Ramadhan. Ditambahkan pula tafsir yang mengatakan bahwa Al Quran diturunkan pada 17 Ramadhan dari langit dunia. Sebelumnya, Al Quran diturunkan sekaligus dari Lawhun Mahfuzh (LM) ke langit dunia (LD) dan dari sana diturunkan paket ayat berdikit-dikit sesuai dengan latar belakang diperlukannya ayat-ayat tersebut.
Langkah ketiga, ujicoba hasil penafsiran. Tidak ada sumber informasi ayat qawliyah maupun hadits shahih menyangkut Al Quran diparker dahulu di LD. Jadi ini bukan tafsir melainkan spekulasi tentang peristiwa ghaib yang di luar batas kewenangan manusia. Al Quran diturunkan dalam bulan Ramadhan dibenarkan oleh ayat qawliyah: SYHR RMDHAN ALDZY ANZL FYH ALQRAN (S. ALBAQRT, 185), dibaca: Syahru ramadha-nal lazi- unzila fi-hil qur.a-nu (S. albaqarah), artinya: Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan Al Quran (2:185). Mengenai tanggal turunnya Al Quran tidak ada keterangan tegas dari ayat qawliyah, hanya berupa isyarat, yaitu: ANA ANZLNH FY LYLT ALQDR (S. ALQDR, 1), dibaca: inna- anzalna-hu fi- laylatil qadri (s. alqadr), artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam qadr (97:1). Yang dimaksud dengan hu (nya) dalam ayat (97:1) tersebut adalah Al Quran. Selanjutnya tanggal 17 diteruskan diujicoba dengan hadits shahih. Diriwayatkan oleh Bukhari dari St 'Aisyah bahwa RasuluLlah SAW bersabda: THRWA LYLT ALQDR FY AL'ASYR ALAWAKHR MN RMDHAN, dibaca: taharraw laylatl qadri fil 'asyril awa-khir mir ramadha-ni, artinya: Cari laylatulqadr pada 10 malam terakhir dari Ramadhan. Bilangan 17 tidak terletak dalam rentang 21 - 30 atau 20 - 29 untuk bulan Ramadhan yang jumlah harinya 30, atau 29 hari.
Tafsir tanggal 17 Ramadhan ditolak oleh ujicoba. NuzululQuran bukanlah pada 17 Ramdhan. Hasil ujicoba ini menunjukkan pula bahwa tidak semua pertanyaan akan dapat dijawab oleh manusia. Ulasan hasil ujicoba. Pencatatan sejarah perang Badar tanggal 17 tidak benar, atau penafsiran ayat (8:41), mengenai yang diturunkan Allah bukanlah Al Quran melainkan malaikat. Ini jika dikaitkan pada:
Pertama, ayat 9 dalam Surah yang sama: ADZTSTGHYTSWN RBKM FASTJAB LKM ANY MMD KM BALF MN ML"KT MRDFYN (S. ALANFAL, 9), dibaca: iztastaghi-ts-na rabbakum fastaja-ba lakum inni- mumiddakum bialfim minal mala-ikati murdifi-n, artinya: Ingatlah tatkala engkau minta pertolongan kepada Maha Pemeliharamu, lalu diperkenankanNya permintaanmu: sesungguhnya Aku menolong kamu dengan 1000 malaikat yang beriring-iringan (8:9). Ayat ini mengiformasikan bahwa dalam perang Badr pasukan Madinah dibantu oleh malaikat hasil permohonan Nabi Muhammad SAW kepada Allah SWT.
Kedua, dilihat dari segi urutan yang diimani. Dalam penggalan ayat (8:41): yang Kami turunkan kepada hamba Kami adalah urutan kedua yang diimani sesudah beriman kepada Allah dalam ayat (8:41) tersebut. Mari kita kaitkan ini dengan ayat: AMN BALLH WML"KTH WKTBH WRSLH (S. ALBQRT, 285), dibaca: a-mana biLla-hi wamala-ikatihi- wakutubihi-warusulihi- (s. albaqarah), artinya: Beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, Kitab-KitabNya, Rasul-RasulNya (2:285). Menurut ayat ini malaikat terletak pada urutan kedua dari yang diimani. Demikian pula dari hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah: ALAYMAN AN T"MN BALLH WML"KTH, dibaca: al ima-nu an tu'mina biLla-hi wamala-ikatihi-, artinya: iman yaitu engkau beriman kepada Allah dan malaikat-malaikatNya. Jadi yang diturunkan Allah dalam perang Badr bukanlah Al Quran (urutan ketiga), melainkan malaikat.
InsyaAllah dalam seri berikutnya akan dibahas aplikasi Pendekatan Satu Kutub dalam ilmu fisika. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.
*** Makassar, 9 Januari 2000