Suatu tanggung-jawab moral untuk meluruskan apa saja yang tidak lurus, baik itu berupa tindakan maupun pemahaman. Salah satu di antaranya yaitu pemahaman bahwa pembangunan rumah kaca adalah penyebab panas global. Pemahaman yang keliru ini telah dipublikasikan oleh Antara/Spektrum dengan judul berita: "Australia Mengelak dari Tantangan Panas Global." Kita kutip sebagian kecil:
"Sepertinya masyarakat Australia, ............mengekor di belakang kampanye internasional dalam mengurangi PEMBANGUNAN RUMAH KACA, YANG DITANDAI DENGAN SEBAGAI PENYEBAB PANAS GLOBAL (penulisan dengan huruf besar dari pengasuh kolom ini), yang dapat merusak iklim. Sebaliknya, pemerintahan Perdana Menteri John Howard kesulitan dalam menghalangi gerakan Uni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang yang berusaha ..........untuk menyamakan tujuan dan sasaran dalam menghentikan GAS BUANG DARI RUMAH KACA (penulisan dengan huruf besar dari pengasuh kolom ini). Maksud dan tujuan serangan diplomatik Camberra sebenarnya sederhana, yaitu menghentikan konferensi ..........para pemimpin dunia di Jepang Desember yang akan menanda-tangani kesepakatan dalam pengurangan karbon monoksida serta emisi gas rumah kaca."
Kedua bagian kalimat yang dituliskan dengan huruf besar itu, sama sekali tidak benar. Dan itulah yang akan diluruskan. Namun sebelum pelurusan itu akan dianilisis terlebih dahulu, mengapa kesalahan itu sampai terjadi.
Ungkapan emisi gas rumah kaca itu betul, sama sekali tidak salah. Lalu ungkapan itu dijabarkan kira-kira seperti berikut: Emisi bermakna sesuatu yang dibuang keluar, lalu menjadilah ungkapan itu pembuangan gas rumah kaca. Sampai disini penjabaran itu masih benar. Dalam jabaran selanjutnya pembuangan gas diganti dengan gas buang, lalu diletakkan dalam komposisi gas buang rumah kaca. Maka mulailah ungkapan itu salah arah, karena gas buang rumah kaca dapat berarti gas buang dari rumah kaca, seperti yang dituliskan dengan huruf besar di atas. Jabaran selanjutnya ialah gas buang dari rumah kaca berarti rumah kaca yang empunya gas buang, dan selanjutnya ialah emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab panas global berkembang menjadi pembangunan rumah kaca, yang ditandai sebagai penyebab panas global seperti yang dicetak tebal dalam kutipan di atas. Dan inilah akhir evolusi penjabaran itu. Alhasil, rentetan pemikiran yang logis dengan hanya menggunakan permainan kata-kata, akan menjadi salah, apabila substansi yang dibahas (dalam hal ini "efek rumah kaca") tidak difahami.
Sesungguhnya apa yang disebut gas rumah kaca telah berulang-kali dikemukakan dalam kolom ini. Ada dua jenis gas pencemar, yaitu pertama, gas yang dikeluarkan oleh pabrik-pabrik kimia yang semuanya beracun dan kedua, gas buang hasil pembakaran bahan bakar yang dikeluarkan oleh mesin-mesin stasioner melalui cerobong asap pabrik-pabrik dan yang dikeluarkan melalui knalpot mesin-mesin propulsi otomobil dan kendaraan-kendaraan bermesin lainnya. Dari gas buang hasil pembakaran ini hanya CO2 yang tidak beracun.
Ada gas pencemar yang sengaja dibuat yaitu (C)hlor (F)luor (C)arbon untuk refrigrant mesin-mesin pendingin dan gas penekan dalam alat semprot pengharum ruangan, deodoran dll bagi juta-jutaan orang. Pada mulanya CFC ini tidak dianggap sebagai zat pencemar, oleh karena tidak beracun, tidak berbau, tidak berwarna, molekulnya stabil dll. Tidak beracun, atau beracun, semua gas pencemar tersebut termasuk keluarga gas-gas rumah kaca, yang berarti gas-gas penyebab efek rumah kaca. CFC setelah beberapa lama bergabung dalam keluarga gas rumah kaca, karena relatif ringan melepaskan diri dari keluarganya kemudian membubung ke atas untuk merobek ozon dengan giginya yang tajam yaitu unsur Fluor. Sebenarnya ozon itu gas beracun, namun Yang Maha Pemelihara menempatkannya jauh di atas untuk menjadi lapisan pelindung terhadap sinar ultra lembayung matahari yang berbahaya bagi manusia.
Apa itu efek rumah kaca? Ini sudah beberapa kali pula dikemukakan dalam kolom ini. Di tempat yang berhawa dingin beberapa buah-buahan dan sayur-sayuran ditanam di dalam rumah kaca (green house), oleh karena buah-buahan dan sayur-sayuran itu membutuhkan suhu yang lebih tinggi dari suhu udara luar. Kaca adalah zat bening, mudah ditembus sinar dari matahari yang disebut photon. Adapun photon itu memukul molekul-molekul udara dalam rumah kaca sehingga suhunya naik, udara bertambah panas. Kaca adalah penghantar panas yang jelek. Maka terperangkaplah panas itu dalam rumah kaca. Photon mudah menerobos masuk, namun setelah tenaga radiasi itu sudah ditransfer menjadi tenaga panas dalam rumah kaca, gelombang panas sukar menerobos keluar. Inilah efek rumah kaca, artinya efek terperangkapnya panas dalam rumah kaca.
Gas pencemar yang diperinci di atas itu membentuk lapisan tebal yang menutup permukaan bumi. Ruang antara permukaan bumi dengan lapisan gas itu tak ubahnya seperti ruang dalam rumah kaca. Gas sama sifatnya dengan kaca dalam hal mudah ditembus sinar matahari tetapi sukar ditembus panas. Terbentuklah perangkap panas yang besar, yaitu ruang antara lapisan gas pencemar dengan pemukaan bumi. Maka terjadilah pemanasan global. GAS PENCEMAR PENYEBAB EFEK RUMAH KACA inilah yang menjadi latar belakang lahirnya kosa kata baru: GAS RUMAH KACA. Tidak boleh diselipkan kata DARI di antara gas dengan rumah kaca! Sebab gas dari rumah kaca berarti rumah kaca yang empunya gas. Di sinilah letak inti kesalahan hasil penjabaran penulis berita dari Antara/Spektrum itu.
Maka demikianlah akibatnya seseorang yang mengembangkan sebuah ungkapan hanya bermodalkan pengertian kata sepenggal-sepenggal, tanpa berupaya terlebih dahulu memahami apa makna sesungguhnya dari ungkapan yang dikembangkannya itu. Pemanasan global ini yang diakibatkan oleh gas-gas rumah kaca, hasil perbuatan tangan-tangan manusia, telah membawa akibat naiknya permukaan laut akibat es di kedua kutub bumi mencair. Secara dramatis dipertontonkan oleh sebuah film jenis science fiction yang berjudul Water World. Pemanasan global menghabiskan gunung dan daratan es di kedua kutub menjadi (c)air, sehingga hampir semua permukaan bumi disapu air laut. Daratan yang sedikit tersisa menjadi semacam legenda bagi manusia penghuni Water World.
Selain itu daur (siklus) iklim menjadi tidak karuan. Badai el Nino semakin mengganas dari waktu ke waktu. Biasanya el Nino diikuti badai kering Nora (semacam anging barubu di Sulawesi Selatan dan angin bahorok di daerah Batak). Terik matahari bersinergi dengan badai kering memanggang daratan, yang menimbulkan titik-titik rawan api. Lawan gender el Nino yaitu la Nina mengguyurkan hujan lebat penyebab banjir yang membobolkan tanggul-tanggul, melongsorkan tanah, merobohkan bangunan-bangunan dan pohon-pohonan. Badai menggelegakkan air laut, kapal-kapal diterjang ombak dan arus laut.
Zhahara lFasa-du fiy lBarri walBahri biMa- Kasabat Aydi nNa-si liYudziyqahum Ba'dha Lladziy 'Amiluw La'allahum Yaji'uwna (S. Ar Ruwm, 41). Muncullah kerusakan di darat dan di laut disebabkan tangan-tangan manusia, untuk itu (Allah) merasakan kepada mereka sebagian dari yang mereka perbuat, supaya mereka kembali (30:41). Kembali maksudnya melangkah surut dari jalan yang salah untuk menapak jalan yang benar. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 26 Oktober 1997
26 Oktober 1997
[+/-] |
295. Pembangunan Rumah Kaca Penyebab Panas Global? |
19 Oktober 1997
[+/-] |
294. Taubat Nasional |
Tatkala selesai shalat Jum'at di Masjid Syura Ujung Pandang Baru, tanggal 17 Oktober 1997, Drs Jamaluddin Bahsen meminta kepada saya agar menulis di kolom ini tentang tawbat nasional. Karena katanya sekarang ummat bingung mengenai dua pendapat tokoh nasional yang diutarakan dan dipublikasikan secara terbuka. Tokoh nasional Ketua Umum PP Muhammadiyah H.M.Amien Rais menyerukan taubat nasional. Maka gayungpun bersambut. Tokoh nasional Menteri Agama H. Tarmizi Taher mengatakan bahwa dalam ajaran Islam tidak ada apa yang dikatakan taubat nasional, yang ada hanya taubat individual. Dalam era keterbukaan ini khalayak perlu dibiasakan mendengarkan pendapat yang berbeda dari tokoh-tokoh nasional secara terbuka.
Sebenarnya pada waktu tanah Arab dilanda kekeringan Nabi Muhammad RasuluLlah SAW menyerukan ummat Islam supaya bertaubat kepada Allah SWT. Tentu saja taubat yang diserukan RasuluLlah SAW dilaksanakan oleh setiap individu secara bersama-sama, dan secara maknawi ini adalah taubat nasional dalam kontex peristilahan kita dewasa ini. Bahkan di dalam Al Quran kita dapati pula taubat nasional yang diserukan oleh Nabi Musa AS di kaki gunung Sina(i). Pada waktu RasuluLlah SAW Isra, beliau sempat singgah di gunung ini.
Firman Allah SWT:
Kadzalika Naqushshu 'Alayka min Anba-i Ma- Qad Sabaqa wa Qad Ataynaka min Ladunna- Dzikran (S. Thaha, 99). Demikanlah Kami kisahkan kepada engkau (hai Muhammad) pekabaran apa yang telah terdahulu, sesungguhnya Kami berikan peringatan (Al Quran) kepadamu dari sisi Kami (20:99).
Salah satu di antara sekian pekabaran yang diwahyukan Allah SWT dalam Al Quran yaitu kisah Bani Israil yang diselamatkan Allah SWT menyeberang laut Merah yang dipimpin oleh Nabi Musa AS dari kejaran Fir'aun Mern Ptah dan bala tenteranya, yang ditenggelamkan Allah SWT di laut Merah itu. Setelah menyeberangi terowongan air belahan laut Merah Bani Israil tiba di semenanjung Sina(i). Di semenanjung itu terdapat gunung yang namanya sama dengan nama semenanjung itu Thur-Sina, gunung Sina.
Pada kaki gunung Sina Nabi Musa AS meninggalkan kaumnya beberapa hari, ia mendaki puncak gunung Sina ke tempat ia mula pertama menerima wahyu dari Allah SWT. Nabi Musa AS mempercayakan kepada Nabi Harun AS untuk memimpin Bani Israil sepeninggalnya. Ternyata Nabi Harun AS tidak dapat mengendalikan kaumnya yang masih terpengaruh akan kebudayaan Mesir Kuno yang mengkultuskan sapi. Di bawah pengaruh Samiri Bani Israil mengumpulkan semua perhiasan emas mereka untuk ditempa oleh Samiri menjadi sapi emas. Nabi Harun AS memperingatkan kepada kaumnya:
Ya- Qawmi Innama- Futintum Bihi (S. Thaha, 90). Hai Kaumku, sesungguhnya kamu sekalian difitnah dengannya (20:90). Futintum Bihi (difitnah dengannya) dalam ayat ini maksudnya Samiri memfitnah (menimpakan musibah) atas Bani Israil yaitu menyembah sapi emas tempaan Samiri tersebut.
Apa jawaban Bani Israil kepada Nabi Harun AS?
Qa-luw lan Nabraha 'Alayhi 'Akifiyna Hattay Yarji'a Ilayna- Muwsay (S. Thaha, 91). Mereka (Bani Israil) berkata kami sekali-kali tidak akan berhenti menyembahnya (sapi emas) sampai Musa kembali kepada kami (20:91).
Allah SWT mengingatkan kepada kita yang membaca Al Quran tentang kisah Bani Israil di kaki Gunung Sinai itu.
Wa Idz Qa-la Musay liQawmihi Yaqawmi Innakum Zhalamtum Anfusakum Bittikha-dzikumu l'Ijla Fatuwbuw ilay Bariikum (S. Al Baqarah, 54). Dan ingatlah tatkala Musa berkata: Hai kaumku sesungguhnya kamu telah menzalimi diri kamu sekalian karena kamu mengambil anak sapi (menjadi sesembahan), sebab itu taubatlah kamu sekalian kepada Yang Menjadikan kamu (2:54).
Dalam terjemahan ayat-ayat di atas ada yang diberi bergaris bawah, yaitu pertama, peringatan Nabi Harus AS kepada kaumnya (baca: secara nasional): kamu sekalian difitnah dengannya (Futintum Bihi); kedua, jawaban kaum Bani Israil (baca: secara nasional): kami sekali-kali tidak akan berhenti menyembahnya (lan Nabraha 'Alayhi 'Akifiyna); dan ketiga, seruan Nabi Musa AS kepada kaumnya (baca: secara nasional): taubatlah kamu sekalian kepada Yang Menjadikan kamu (Fatuwbuw ilay Bariikum).
Walhasil dalam fragmen kisah Bani Israil di kaki Gunung Sinai dapat kita lihat peringatan Nabi Harun AS kepada kaumnya secara nasional, dosa menyembah sapi emas yang dilakukan oleh kaum Bani Israil secara nasional, dan seruan Nabi Musa AS kepada kaumnya untuk taubat secara nasional. Aktualisasi menyembah sapi emas Samiri dalam kontex kehidupan berbangsa dan bernegara ialah korupsi dan kolusi yang mengandung nilai nominal emas. Bahkan cicin emas tanda-mata para mantan anggota DPR-pun masuk dalam sub-sistem lembu Samiri.
Terakhir izinkanlah saya untuk meniru gaya bahasa Dari Rumah Ke Kantor-nya PEDOMAN RAKYAT pada halaman pertama sudut kiri sebelah bawah: Siapa bilang tidak ada taubat nasional dan siapa bilang di Indonesia tidak ada lembu Samiri?
WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 19 Oktober 1997
12 Oktober 1997
[+/-] |
293. Penguasa Mesir Kuno yang Bukan Fir'aun |
Seri 288 yang berjudul "Mimpi", yang ditutup dengan mengemukakan mimpi Raja Mesir, mengundang tanggapan. Bahwa dalam sejarah yang dipelajari di sekolah-sekolah dan dalam Perjanjian Lama penguasa Mesir Kuno disebut Fir'aun. Sebenarnya ulasan ini telah dipersiapkan untuk Seri 291, akan tetapi ditunda dua pekan, karena ada yang lebih aktual yaitu musibah Makassar dan musibah gempa bumi.
Karena dalam Al Quran (ayat qawliyah) disebutkan bahwa penguasa Mesir yang bermimpi kemudian mengangkat Nabi Yusuf AS menjadi Menteri Urusan Logistik, Khaza-inu lArdh (S. Yusuf, 55), adalah Malik (Raja), maka ummat Islam wajib mengimani bahwa pada zamannya Nabi Yusuf AS penguasa Mesir tidak bergelar Fir'aun. Tiga generasi sebelumnya tatkala Nabi Ibrahim AS datang ke Mesir, Nabi Ibrahim AS dinikahkan dengan Sitti Hajar, puteri Raja Mesir.
Marilah kita kaji penemuan arkheologis Mesir Kuno (ayat kawniyah). Sekitar tepi danau Manzala terdapat reruntuhan kota Tanis. Kota ini pernah menjadi kota pelabuhan yang makmur. Tidak jauh dari daerah ini terletak situs Avaris, markas angkatan perang yang dibangun oleh Hyksos, Raja Gembala atau Raja Tanah Atas (Hyk = gembala, tahan atas, turatea, dan Sos = raja). Dinasti Raja-Raja Hyksos, sebagai dinasti XV dan XVI mendapatkan legitimasi dalam Dokumen Hieroglyph yang tertera dalam Daftar Penguasa Mesir di Turin. Disebutkannya pernah penguasa Mesir Kuno tidak bergelar Fir'aun (Per-Ah, Phar-Aoh) melainkan Raja dalam Dokumen Hieroglyph di situs Turin itu menunjukkan mu'jizat Al Quran, oleh karena hieroglyph baru dapat dibaca dalam tahun 1824 atas jasa Jean Francois Champollion (1780 - 1832).
Asal-usul Hyksos dari qabilah 'Ad, kaum terkuat bangsa Semit, penghuni asli Arabia, menguasai padang pasir luas Arabia Tenggara dari pantai teluk Parsi sampai perbatasan Iraq. Al Quran menyebutkan daerah yang dikuasai kaum 'Ad itu dengan Al Ahqaf (46:21), yang juga menjadi nama surah. Karena merasa dirinya kuat, kaum 'Ad menyombongkan diri dengan mengatakan: "Siapakah yang lebih unggul dari kami dalam kekuatan?" Itulah yang dikatakan mereka tatkala Allah SWT mengutus Nabi Hud AS kepada mereka. Mereka dihancurkan Allah dengan angin kencang dan dingin selama 7 malam 8 hari terus-menerus lalu mereka mati terguling seakan-akan tunggu-tunggul pohon kurma yang keropos (69:6-7). Kaum 'Ad yang dibinasakan Allah ini adalah kaum 'Ad yang terdahulu. WANH AHLK 'AADN ALAWLW (S. ALNJM, 50), dibaca: Wa annahu- ahlaka 'a-danil u-la- (s. annajm), artinya: Sesungguhnya Dia telah membinasakan (kaum) 'Ad yang awwal (53:50).
Nabi Hud AS beserta semua pengikutnya pindah ke Hijaz sebelum angin itu datang. Mereka ini disebut kaum 'Ad yang akhir menurunkan seorang yang terkenal yaitu Luqman alHakim. Kaum 'Ad yang akhir ini dikenal dalam sejarah sebagai bangsa Finiqy (Phunicia), atau kaum Al 'Ibriyah Al Qadimah (Proto 'Ibriyah). Kata 'Ibriyah berasal dari 'Ain, Ba, Ra, 'Abara artinya penyeberang. Dalam dokumen hieroglyph orang Mesir menamakan bangsa 'Ibriyah ini dengan nama Khabiru. Mereka menyeberang (beremigrasi) dan mendirikan kerajaan-kerajan di Babilonia, di Kan'an, kemudian ke Mesir mendirikan Dinasti Hyksos setelah menundukkan Dinasi Fir'aun. Bangsa Al'Ibriyah Al Qadimah ini disusul kemudian dengan emigrasi gelombang kedua yaitu kaum Al 'Ibriyah Al Jadidah (Deutro 'Ibriyah), di bawah piminan Nabi Ibrahim AS.(*)
Pada tahun 1894 di situs Tell el Amarna didapatkan mula-mula oleh Arab (perempuan) tua beberapa keping alwah (tablet) tanah liat bertuliskan tulisan paku. Di situs itu dilanjutkan dengan penggalian arkheologis sehingga didapatkan sekitar 300 keping bersurat tulisan paku yang dikenal dengan Dokumen Amarna, yaitu sejumlah arsip surat-menyurat diplomatik antara Fir'aun dengan kerajaan-kerajaan Asyiria, Babylonia, Anatolia, Palestinia dan Syria. Menurut Dokumen Amarna, bangsa Khabiru banyak terlibat dalam politik lokal.
Demikianlah bangsa 'Ad yang kemudian, atau bangsa Al'Ibriyah alQadimah, atau bangsa Khabiru datang di Mesir sebagai emigran yang akhirnya menempati posisi seperti orang-orang Yunani memegang peranan dalam percaturan politik di Kerajaan Romawi, atau seperti Daeng Mangalle (adik Sultan Hasanudin) di Kerajaan Siam yang menjabat sebagai Docda Pacdi (semacam jabatan Khaza-inu lArdhi dari Nabi Yusuf AS di Mesir). Tatkala dalam pemerintahan Dinasti Fir'aun terjadi dekadensi yang melahirkan anarkhi para emigran Khabiru ini, yang menempati posisi dalam percaturan politik mengambil alih mekanisme pemerintahan Fir'aun dengan bantuan kekuatan dari pasukan kaum Al'Ibriyah Al Qadimah dari Kan'an mendirikan Dinasti Hyksos. Maka tumbang dan berakhirlah Dinasti Fir'aun XIV.
Dinasti Hyksos membangun kota-kota di daerah perbatasan sebelah Timur delta s. Nil dengan Avaris sebagai ibu kota. Daerah taklukan Hyksos meliputi seluruh Kerajaan Utara hingga Memphis. Raja-raja Hyksos yang membentuk Dinasti XV dan XVI seperti yang dikemukakan di atas, menuliskan namanya dalam Dokumen Hieroglyph tidak memakai nama-nama Mesir, melainkan nama asli mereka seperti Anath-Her, Khyan, Jacob-El, Apophis.
Dalam abad ke-17 sebelum Miladiyah terbinalah situasi politik seperti berikut: Di lembah s.Nil, yaitu yang dahulu merupakan Kerajaan Mesir Utara atau Mesir Bawah (Northern or Lower Egypt) diperintah oleh kekuasaan garis keturunan Dinasti Raja-raja Hyksos yang merebut warisan kemegahan dan tanggung jawab para Fir'aun Mesir. Mereka mengontrol daerah yang meliputi Kerajaan Mesir Utara, delta kuala s.Nil, semenanjung Sinai, Palestina; ke selatan yaitu Kerajaan Mesir Selatan, mulai dari Elephantine hingga ke Cusae sebelah utara Asyut, yang dahulunya berpusat di Thebes. Penguasa Thebes turun derajatnya dari Fir'aun menjadi vazal bergelar Pangeran (Karaeng Palili') yang membayar upeti kepada penguasa Hyksos.
Dari Elephantine ke selatan hingga Nubia dan Sudan bagian utara tetap merdeka sebagai kerajaan-kerajaan kecil diperintah oleh para Pangeran Kush. Berbeda dengan para Pangeran Thebes yang membayar upeti, para Pangeran Kush ini merupakan sekutu Raja-raja Hyksos, yang menurut sebagian pakar sejarah, persekutuan Hyksos dengan para Pangeran Kush berbentuk konfederasi.
Dinasti XIV dan sebelumnya, serta Dinasti XVIII dan sesudahnya adalah dinasti para Fir'aun. Dinasti XIV dengan Dinasti XVIII diselingi oleh Dinasti XV dan XVI dari Raja-raja Hyksos dan Dinasti XVII dari para Pangeran Thebes.
Dinasti XIII - XIV dari para Fir'aun (1785 - 1580) sebelum Miladiyah, dengan perincian sebagai berikut:
Dinasti XIII dan XIV dari para Fir'aun (1785 - 1730) seb. Miladiyah.(1)
Dinasti XV dan XVI dari Raja-raja Hyksos (1730 - 1580) seb.M.(2)
Dinasti VII dari para Pangeran Thebes (1680 - 1580) seb. M. yang membayar upeti kepada Raja-raja Hyksos.
Seken-En-Ra yaitu pangeran kedua yang terkahir dari Dinasti XVII enggan membayar upeti lagi, lalu melakukan perlawanan. Namun ia tidak berhasil dalam perjuangannya melawan Apophis, Raja Hyksos. Mumi dari Seken-En-Ra yang mempunyai luka pada beberapa tempat di kepalanya menunjukkan hal itu. Rupanya ia tewas dalam pertempuran. Putera sulung Seken-En-Ra, kaitu Ka-Mose, pangeran terakhir dari Dinasti XVII meneruskan peperangan melawan Apophis. Baik Ka-Mose maupun Apophis semasa hidupnya tidak dapat menyaksikan hasil peperangan itu. Adik Ka-Mose, yaitu Ah-Mose meneruskan perjuangan kakaknya. Ia berhasil merebut Avaris ibu kota penguasa Hyksos, setelah pengepungan yang lama. Ah-Mose ini membangun Dinasti XVIII dan menjadi Fir'aun yang pertama dari dinasti tersebut. Maka berakhirlah kedaulatan Dinasti Hyksos atas Mesir dalam tahun 1580 sebelum Miladiyah.
Dinasti XVIII dari para Fir'aun (1580 - 1340) sebelum Miladiyah (3)
Dinasti XIX dari para Fir'aun (1340? - 1224) sebelum Miladiyah (4)
Nabi Musa AS berhadapan dengan kedua Fir'aun yang terakhir dari Dinasti XIX, yaitu Ra-Mose II (1298 - 1232) sebelum Miladiyah dan Mern-Ptah (1232 - 1224). Fir'aun Mern-Ptah inilah yang ditenggelamkan Allah SWT di Laut Merah. Sepeninggal Mern-Ptah terjadi khaos selama 24 tahun (1224 - 1200) sebelum Miladiyah. Seti Nekth berhasil menertibkan keadaan dan Fir'aun ini adalah pendiri Dinasti XX (1200 - 1085) sebelum Miladiyah,(5) dan inilah dinasti terakhir dari The New Kingdom Of The Nile. WaLlahu A'lamu bi shShawa-b.
*** Makassar, 12 Oktober 1997
-------------------
(1)
13th and 14th Dynasty (1785 – 1730) B.C.
Wegaf
Amenemhat-senebef
Sekhemre-khutawi
Amenemhat V
Sehetepibre I
Iufni
Amenemhat VI
Semenkare
Sehetepibre II
Sewadjkare
Nedjemibre
Sobekhotep I
Reniseneb
Hor I
Amenemhat VII
Sobekhotep II
Khendjer
Imira-mesha
Antef IV
Seth
Sobekhotep III
Neferhotep I
Sihathor
Sobekhotep IV
Sobekhotep V
Iaib
Ay
Ini I
Sewadjtu
Ined
Hori
Sobekhotep VI
Dedumes I
Ibi II
Hor II
Senebmiu
Sekhanre I
Merkheperre
Merikare
14th Dynasty
Nehesi
Khatire
Nebfaure
Sehabre
Meridjefare
Sewadjkare
Heribre
Sankhibre
Kanefertemre
Neferibre
Ankhkare, ...
(2)
The Hyksos (The Shepherd Kings) (1730 – 1580) B.C.
invaded Egypt.and conquered the Pharao Dynasty
15th Dynasty
Salitis
Bnon
Apachnan (Khian)
Khamudi
16th Dynasty
Anat-Her
User-anat
Semqen
Zaket
Wasa
Qar
Pepi III
Bebankh
Nebmaatre
Nikare II
Aahotepre
Aaneterire
Nubankhre
Nubuserre
Khauserre
Khamure
Jacob-Baal or Jacob-El
Yakbam
Yoam
Apophis (Auserre Apepi)
Amu, defeated by Ahmose in 1580
(3)
18th Dynasty (1580 – 1340) B.C.
Ahmose I 1580-1558 B.C
Amenhotep I 1557-1530 B.C.
Thutmose I 1530-1515 B.C.
Thutmose II 1515-1505 B.C.
Thutmose III 1505-1450 B.C.
Amenhotep II 1450-1415 B.C.
Thutmose IV 1415-1405 B.C
Amenhotep III 1405-1370 B.C.
Amenhotep IV (Akhenaton) 1370-1352 B.C.
Tutankhamun 1352-1340 B.C.
(4)
19th Dynasty (1340 – 1200) B.C.
Haremheb 1340-1320 B.C.
Ramose I 1320-1318 B.C.
Seti I 1318-1298 B.C.
Ramose II 1298-1232 B.C.
Merneptah 1232-1224 B.C.
(5)
20th Dynasty (1200 - 1085)
Seti Nekth (Userkheperuresetepenre) 1200 - 1194
Siptah (Akhenresetepenre) 1194 - 1188
Tausert (Sitremeritamun) 1185-1187
Setakht (Userkhauremeryamun) 1186 - 1184
Ramesses III (Usermaatremeryamun) 1184 - 1153
Ramesses IV (Hekamaatresetepenamun) 1153 - 1147
Ramesses V (Usermaatresekheperenre) 1147 - 1143
Ramesses VI (Nebmaatremeryamun) 1143 - 1136
Ramesses VII (Usermaatresetepenre) 1136 - 1129
Ramesses VIII (Usermaatreakhenamun) 1129 - 1126
Ramesses IX (Neferkaresetepenre) 1126 - 1108
Ramesses X (Khepermaatresetepenre) 1108 - 1099
Ramesses XI (Menmaatresetepenptah) 1099 - 1085
5 Oktober 1997
[+/-] |
292. Gempa Biasa, Gempa Khusus dan Gempa Global |
Tanggal 28 September 1997, walaupun hari Ahad, namun roda kegiatan akademik di Fakultas Teknologi Industri UMI berputar terus. Hari itu di lantai tiga sidang ujian sarjana sekonyong-konyong diskors oleh Ketua Panitia Penguji yang selama ini belum pernah sidang ujian meja diskors tatkala sedang asyik-asyiknya berlangsung tanya jawab. Gedung terasa bergoyang, para dosen penguji, mahasiswa yang diuji, saling memandang dan hampir serempak mengucapkan kata yang sama: gempa.
Gempa, yang terasa di Kota Makassar ini, utamanya melanda Pare-Pare dan Pinrang pada hari Ahad itu, jam 09.38 Wita, sempat membelah tanah di Jalan Ahmad Yani, Pinrang. Dari tanah yang merekah itu tersembur keluar air berlumpur. Rusli, penduduk Pinrang, mengungkapkan bahwa tanah di depan rumahnya telah merekah menganga selebar sekitar 3 meter, sedalam 8 meter. Menurut Rusli rekahan itu menyatu kembali sekitar jam 11.00 Wita. Rupanya rentetan gempa susulan yang menyebabkan tanah itu merapat kembali, ibarat kata pepatah: Biduk (baca: gempa) lalu, kiambang (baca: tanah) bertaut. Gempa yang terjadi pada tanggal 28 September 1997 itu termasuk gempa biasa.
Dari semua jenis bencana alam gempalah yang paling mengerikan. Tanda-tanda pendahuluan gempa kadang-kadang berupa bunyi yang mendahului goncangan dan walaupun biasanya terjadi getaran pendahuluan, namun waktunya sangat singkat. Terhadap gempa hampir tidak ada kesempatan untuk meluputkan diri, sehingga menimbulkan teror yang membuat panik. Orang yang kurang kuat imannya akan merasa sangat berputus asa. Terhadap banjir, letusan gunung berapi, dan topan orang dapat berkemas cepat-cepat menyingkir, karena tanda-tanda pendahuluan bencana alam tersebut dapat memberi peringatan secara lebih dini ketimbang tanda-tanda pendahuluan gempa.
Indera pendeteksi pendahuluan gempa yang diberikan Allah SWT pada binatang jauh lebih peka dari seismograf. Indera pendeteksi binatang mampu menangkap bunyi dan gerakan tanah jauh sebelum goncangan gempa yang sebenarnya. Binatang-binatang ada yang berkelakuan aneh dan ada yang gelisah. Kuda menolak makanan yang disodorkan pemiliknya, menendang-nendang kandangnya berusaha untuk lepas, anjing-anjing melolong, burung-burung gelisah berkepak-kepak sambil berkicau tak karuan. Inilah yang sempat dicatat orang dari 130 kota kecil, jauh sebelum seismograf mampu mencatat isyarat gempa yang akan melanda Riviera dalam tahun 1887.
Tatkala gempa sangat jarang terjadi manusia ditelan hidup-hidup oleh tanah yang merekah lalu bertaut kembali (akibat langsung), melainkan pada umumnya korban tertimpa oleh runtuhan gedung (akibat tidak langsung). Gempa yang disebutkan dalam Perjanjian Lama dalam Kitab Bilangan sangatlah dahsyat, oleh karena gempa itu membinasakan secara langsung. Dathan, Korah dan Abiram beserta orang-orangnya ditelan bumi secara hidup-hidup.
Gempa yang tersebut dalam Kitab Bilangan itu termasuk gempa khusus. Kekhususannya itu ibarat pedang bermata dua. Pada sisi yang satu gempa khusus ini merupakan hukuman Allah SWT atas Dathan, Korah dan Abiram bersama orang-orangnya beserta para pendukungnya itu, karena mendurhaka kepada Allah SWT dengan menentang Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS (Bilangan 16:3). Sedangkan pada sisi lain gempa khusus itu menunjukkan bukti ke-Rasulan Nabi Musa AS di mata Bani Israil yang luput dari kebinasaan itu. Marilah kita ikuti secara lengkap penuturan ayat-ayat tentang gempa khusus yang menunjukkan bukti ke-Rasulan Nabi Musa AS dalam Kitab Bilangan seperti berikut:
If these men die the common death of all men, or if they be visited after the visitation of all men, then the Lord hath not sent me. But if the Lord make a new thing, and the earth open her mouth and swallow them up, and all that appertain unto them, and they go down quick into the pit; then ye shall understand that these men have provoked the Lord (Numbers 16:29-30). Jikalau orang-orang ini mati seperti biasanya semua orang lain mati, atau jika didatangkan kesukaran atas mereka seperti terjadi atas semua orang, maka aku bukanlah utusan Tuhan. Akan tetapi jika Tuhan membuat sesuatu yang baru, dan bumi mengangakan mulutnya dan menelan mereka, dan semua yang serta dengan mereka, dan mereka meluncur turun dengan cepat ke dalam lahad, maka fahamlah kamu bahwa orang-orang ini telah mencela Tuhan.
And it came to pass when he had made an end of speaking all these words, that the ground clave asunder that was under them. And the earth open her mouth and swallowed them up, and their houses, and all men appertained unto Korah, and all their goods. They and all appertain to them, went down alive into the pit, and the earth closed upon them, and they perish from among the congregation (Numbers 16:31-33). Dan setelah itu tatkala dia (Musa) telah mengucapkan semua ucapan ini, maka merekahlah tanah di bawah mereka itu. Dan bumipun mengangakan mulutnya dan menelan mereka, dan pemukiman mereka, dan semua orang yang bersama Korah dan semua harta benda mereka. Mereka dan semua yang serta dengan mereka, meluncur turun hidup-hidup ke dalam lahad, dan bumi menutupi mereka, dan mereka lenyap dari antara majelis.
Gempa yang lebih dahsyat lagi adalah gempa global, yaitu goncangan yang hebat sebagai prolog hari kiamat, seperti Firman Allah SWT dalam Al Quran:
Idza- Zulzilati lArdhu Zilza-laha-. Wa Akhrajati lArdhu Atsqa-laha-. Wa Qa-la 'lInsanu Ma- Laha-. Yawmaidzin Tuhadditsu Akhba-raha-. Bianna Rabbaka Awhay Laha-. Yawmaidzin Yashduru nNa-su Asyta-tan Liyuraw A'ma-luhum. Faman Ya'mal Mitsqa-la Dzarratin Khayran Yarahu. Waman Ya'mal Mitsqa-la Dzarratin Syarran Yarahu. (S. AlZilzal,1-8). Jika bumi bergoncang segoncang-goncangnya. Dan bumi mengeluarkan isinya. Maka berkatalah manusia, ada apa dengan bumi ini? Pada saat itu bumi memberitakan pekabarannya. Bahwa sesungguhnya Maha Pengaturmu memerintahkannya. Pada saat itu manusia keluar cerai berai untuk melihat amalan mereka. Maka barang-siapa mengerjakan kebaikan sezarrah akan dilihatnya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sezarrah akan dilihatnya (99:1-8). Wa Llahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 5 Oktober 1997