Dewi Fortuna dari The Habibie Centre menyatakan: "Saya tidak setuju Wapres Jusuf Kalla yang menyebutkan demokrasi sekadar alat untuk tujuan sejahtera. Demokrasi suatu tata nilai. Nilai ini berkaitan dengan penghargaan kepada perbedaan, mengontrol kekuasaan pada upaya menjadi sejahtera. Dengan pernyataannya itu seakan-akan Dewi Fortuna menganggap demokrasi itu adalah tujuan (goal). Saya beri penjelasan dengan "goal", karena tujuan itu bisa berarti "objective" bisa pula berarti "goal". Objective menyangkut taktik yang berjangka pendek, sedangkan goal menyangkut strategi yang berjangka panjang.
Sebelum membahas subyek ini lebih lanjut, maka sebermula akan dikemukakan dahulu Piagam Jakarta, Pembukaan UUD-1945, Proklamasi 17 Agusuts 1945 dan Dekrit 5 Juli 1959. Karena ruangan terbatas tidak dituliskan keempat-empatnya, cukup dengan penjelasan tentang kaitannya yang satu dengan yang lain. Piagam Jakarta itu "nyaris" sama dengan Pembukaan UUD-1945, yang sebermula merupakan keinginan atau dalam bahasa Bugis-Makassarnya das Sollen (diucapkan daz zollen) untuk dijadikan teks Maklumat atau Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tetapi karena sehari sebelumnya proklamator "diculik" oleh pemuda ke Rengas Dengklok, sehingga naskan Piagam Jakarta itu tercecer tidak sempat dibawa, sehingga berdasar atas "ingatan' maka diambil saja bagian terakhir dari alinea ketiga Piagam Jakarta: maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Itu diubah sedikit lalu menjadi kalimat pertama dari teks Proklamasi, yaitu Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakana kemerdekaan Indonesia. Secara historis apa adanya, yang dalam bahasa Bugis-Makassarnya das Sein (diucapkan daz zain, bukan zein), Piagam Jakarta pada 18 Agusutus 1945 dijadikan Pembukaan UUD-1945, yang "nyaris" sama hanya berbeda dalam hal Muqaddimah diganti dengan Pembukaan dan Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya diubah menjadi Ketuhanan yang Maha Esa. Di luar dari kedua diktum tsb, semuanya sama, sehingga disebutkan di atas dengan "nyaris' sama. Selanjutnya secara historis das Sein, Dekrit 5 Juli 1959 yang menjadi sumber hukum RI kedua (sumber hukum RI pertama yaitu Proklamasi), dimulai dengan diktum bahwa Piagam Jakarta menjiwai UUD-1945.
Secara das Sein, dalam alinea keempat termaktub bahwa Republik Indonseia berdasar kepada: KetuhananYang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Jadi ada empat dasar (sila) dan satu tujuan (goal).
Diktum kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, itulah ditafsirkan sebagai demokrasi atau kedaulatan rakyat. Kalau kita berbicara das Sein, maka kedaulatan rakyat itu dijiwai oleh Syari'at Islam, sehingga kedaulatan itu tidaklah 100 %, yakni hal-hal yang bertentangan dengan Syari'at Islam itu berada di luar kekuasaan kedaulatn rakyat untuk meng-"halal"-kannya, seperti misalnya faham liberalisme tentang perekonomian kapitalistik yang tidak pupulis, homoseksual / lesbian, pornografi, porno-aksi dlsb.,
Maka pernyataan Dewi Fortuna itu perlu direvisi bahwa demokrasi atau kedaulatan rakyat yang bukan tanpa reserve adalah dasar dan yang menjadi tujuan (goal) adalah mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan kalau dijiawai oleh Syariat Islam, maka:
-- BLDt ThYBt WRB GhFWR (S. SBAa, 34:15), dibaca:
-- baldatun thayyibatun wa rabbun ghfu-r, artinya:
-- negeri sejahtera yang mendapat maghfirah dari Yang Maha Pemelihara.
***
Dalam hubungannya dengan Pilkada, yang ongkosnya yang sangat-sangat mahal baik dari segi nilai finansial, nilai sosial dan nilai psikologis, mengapakah tidak surut langkah dan mengikuti saja apa yang diisyaratkan oleh diktum permusyawaratan / perwakilan dalm alinea ke-4 UUD-1945, yaitu pemilihan gubernur dan bupati melalui proses permusyawaratan perwakilan, jadi cukup sekali saja serempak melaksanana Pemilu untuk memilih wakil-wakil rakyat yang nantinya bermusyawarah menetapkan gubernur ataupun bupati. Seperti kita sksikan das Sein pemilihan langsung ini menternakkan demo-demo yang tidak produktif (yang katanya salah satu instrument demokrasi), sebab menjadi SunatuLlah, bahwa jika terjadi kumpulan massa yang meliwati batas jumlah tertentu akan terjadi hiruk-pikuk (crowded) yang membuahkan tindakan anarkis. Penunjukan gubernur dan bupati secara musyawarah oleh wakil-wakil rakyat, ongkosnya jauh, jauh, jauh lebih murah secara financial, sosiologis dan psikologis, ketimbang pemilihan langsung. Kalau musyawarah itu dijiwai oleh Syari'at Islam, insya Allah jalannya akan mulus tanpa terjadinya konflik yang potensial:
-- WAMRHM SyWRY BYNHM (S. ALSYWRY, 42:38), dibaca:
-- wa amruhum syu-ra- bainahum, artinya:
-- urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka
Musyawarah akar katanya dari Syin-Waw-Ra, [Sy-W-R], yang artinya mengambil madu dari sarang lebah. Mendapatkan hasil yang manis tanpa disengat lebah (baca: konflik yang potensial). WaLlah a'lamu bisshawab.
***
Makassar, 27 Januari 2008
27 Januari 2008
[+/-] |
812. Demokrasi Alat Atau Tujuan ? |
20 Januari 2008
[+/-] |
811. TST, Gading dan Belang |
TST biasanya dipakai untuk singkatan tahu sama tahu dalam kongkalikong (persekongkolan). Tetapi dalam kolom ini bukan itu maksudnya, melainkan itu kependekan dari tahu sama tempe, yang sementara ini dalam pemberitaan sedang naik daun, akibat melangitnya harga kedelai, bahan baku industri rumah (home industry). Ini akibat ketergantungan kita pada impor kedelai transgenik yang diekspor oleh Amerika Serikat, yang dari asalnya ini harga kedelai transgenik itu bergerak naik, beruhubung lahan untuk tanaman itu diambil sebahagian untuk menanam jagung. Di Amerika Serikat hanya naik 30 persen, tetapi ketika dijual di Indonesia naik 146 persen, yaitu dari Rp 2.950 per kilogram yang pada awal Januari 2008 melonjak menjadi Rp 7.250 per kilogram. Menurut Aip Syarifudin, yang Ketua Dekopin, melonjaknya harga kedelai itu akibat permainan importer. Namun pada pihak lain, seakan-akan lonjakan harga mendadak ini seperti luput dari perhatian Menteri Perdagangan, dan baru “disadarkan” oleh demo para pemilik industri rumah TST di depan istana Negara, sehingga seakan-akan bertindak impulsif tiba masa tiba akal. Kalaulah seandainya kebijakan ekonomi yang populis dituangkan dalam strategi “agro based home industry”, tidak akan sampai pada taktik tiba masa tiba akal tersebut.
Boleh jadi banyak di antara kita sudah lupa, atau tidak pernah tahu bahwa pada era Orde Baru Indonesia pernah menjadi pengekspor beras dan mendapat penghargaan internasional. Kesuksesan Pak Harto sebagai nakhoda Orde Baru terkhusus dalam beras ini terlupakan karena terkubur oleh blunder Orde Baru yaitu KKN. Blunder HM Suharto ini tidak terlepas dari kebijakan ekonomi yang dibidani oleh para konseptor dalam lembaga Center for Strategic and International Studies (CSIS), yang pada awal-awal berdirinya pernah membuat kesimpulan bahwa, Islam adalah faktor penghambat pembangunan bangsa. Kesimpulan itu dituangkan di dalam buku rencana kerja CSIS yang berjudul Master Plan Pembangunan Bangsa. Strategi pembangunan Orde Baru yang diotaki oleh para ekonom dari madzhab Berkely, menghasilkan pelaku ekonomi berat ke atas (170 konglomerat) yang membuahkan kolusi, korupsi, nepotisme yang bersimbah utang. CSIS sebagai konseptor strategi pembangunan akselerasi modernisasi, yaitu mempercepat (acceleration) petumbuhan ekonomi yang diukur dalam gross national product (GNP). Perbesar kuenya dahulu baru dibagi-bagi. Maka muncullah para taipan, konglomerat yang dekat istana (baca: nepotisme), yang disusul oleh anak cucu Suharto. Para taipan yang konglomerat ini bersama-sama dengan anak cucu Suharto memberikan imbas pada birokrat yang menumbuh suburkan kolusi dan korupsi. Demikianlah madzhab Berkeley ini yang tidak menghiraukan kebijakan yang populis dalam strategi pembangunan, yang bersinergi dengan gerakan "sikap kebulatan tekad" di bidang politik menjelang pemilihan presiden, itulah sesungguhnya yang bertanggung-jawab secara moral dan intelektual tumbuhnya KKN dalam era Suharto.
***
Gajah mati meningglkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Gading adalah simbol dari perbuatan baik bagi seseorang yang menimbulkan kesan baik terhadapnya, yang kemudian dituliskan dalam wujud ungkapan: mengukir sejarah emas. Sedangkan belang adalah sebaliknya, yaitu perlambang perbuatan buruk seseorang, yang menimbulkan kesan buruk terhadapnya, yang kemudian dituliskan dalam wujud ungkapan: mengotori sejarah. Di atas sudah dikemukakan gading, yaitu sukses dalam produksi beras dan belang yaitu KKN dari Orde Baru yang dinakhodai oleh Pak Harto itu.
Ada gading Orde Baru yang oleh sementara orang mencoba untuk meretakkannya. Menurut alinea ke-4 UUD-1945 salah satu tugas pemerintah ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Maka dalam rangka melindungi itu pemerintah Orde Baru menumpas pemberontakan Partai Komunis Indonesia. Inilah gading Pak Harto yang tidak boleh dilupakan dan tidak boleh dihapuskan.
Marxisme-komunisme sangat berbeda dari paham-paham yang lain. Yaitu, dari segi teoritis, marxisme bukan hanya sebagai buah pikiran tok. Marx berkata: The philosopher have only interpreted the world; the point is however to change it. Demikianlah Karl Marx mengeritik semua buah pikiran para filosof yang hanya menafsirkan dunia. Pada pokoknya buah pikiran itu menurut marxisme harus diupayakan untuk dibumikan dalam dunia nyata dengan gerakan revolusioner yang radikal untuk mengobrak-abrik menumbangkan tatanan sosial secara menyeluruh. Kemudian dari segi empiris, agitasi "Communist Manifesto", membuahkan gerombolan marxis-komunis yang di Indonesia ini sudah dua kali menyulut pemberontakan: Madiun dan Gestapu.
Menjadi pemimpin mengandung risiko berhutang kepada mereka yang tidak bersedia secara ikhlas memaafkan keputusan politik yang membawa kesengsaraan bagi mereka. Makin tinggi kedudukan makin tinggi pula risiko. Namun dibalik itu makin tinggi pula nilai kebajikan yang akan didapatkan, apabila keputusan politik lebih banyak membawa manfaat bagi orang banyak ketimbang mereka yang dirugikan olehnya. Alhasil, siapapun mereka pelaku sejarah itu patut diungkap mana gading gajahnya, mana belang harimaunya. Barulah kita menghargai dengan penuh hormat gading yang ditinggalkannya dan kita maafkan belang yang ditinggalkannya, bagi mereka yang sudah mampu menahan amarahnya dan memaafkan sesamanya. Sedangkan kepada mereka yang belum mampu untuk memaafkan, tentulah tidak boleh kita memaksakan kepada mereka untuk memaafkan:
-- LA YKLF ALLH NFSA ALA WS’AHA (S. ALBQRt, 2:286), dibaca:
-- la- yukallifuLla-hu nafsan illa- wus’aha-, artinya:
--Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Maka mereka yang tidak sanggup untuk memaafkan, biarlah hutang-piutang diselesaikan di Hari Pengadilan kelak, oleh karena Allah SWT memberikan hak kepada mereka untuk menagihnya di Hari Pengadilan. WaLlahu a’lamu bisshawab.
***
13 Januari 2008
[+/-] |
810. Ozon yang Dimakan oleh CFC |
Dalam Seri 808 ybl kita sudah bertemu dengan ozon dan CFC ini. Baiklah kita kutip: "Emisi itu sangat beragam: CO, CO2, SO2, H2S, CS2 dan CFC. CO2 dan CFC tidak beracun, sedangkan yang lain semuanya beracun. Namun yang berbahaya secara global justru yang tidak beracun. CFC merusak lapisan ozon perisai yang ditempatkan Allah di angkasa utuk melindungi bumi dari sengatan fraksi ultra violet yang berbahaya dari photon (sinar matahari). Sedangkan GRK CO2 itulah yang memegang peranan dalam hal pemanasan global."
Dalam Harian Fajar edisi Rabu 9 Januari 2008 pada halaman 11 dapat kit abaca: " Structure Designer PT Arconin mengatakan akan dipasang dalam ruang bawah tanah Karebosi alat pengisap udara yang bisa mengubah karbon menjadi oksgen, dan itu banyak dilakukan oleh sejumlah besar di dunia. Ini adalah kebohongan publik. Kalau yang dimaksud karbon itu gas racun CO, memang itu dapat diubah menajdi gas tidak beracun, yaitu dengan mereaksikannya dengan Oksigen menjadi CO2, jadi sama sekali tidak mengubah CO itu menjadi Oksigen. Dan kalau yang dimaksud dengan karbon itu adalam CO2, maka itu lebih tidak mungkin, karena yang dapat mengubah CO2 menjadi Oksigen adalah psoses pohtosyntesis, seperti telah dijelaskan dalam Seri 808. Jadi sekali lagi kita menyatakan kekecewaan kita akan kebohongan public yang memperbodoh masyarakat.
Firman Allah:
-- HW ALDzY KhLQLKM MA FY ALARDh JMY'AA TsM ASTWY ALY ALSMAa FSWaHN SB'A SMWT (S..ALBQRt, 2:29), dibaca:
-- huwal ladzi- khalaqa lakum ma fil ardhi jami-'aa tsummas tawa- ilas sama-I fasawwa-hunna sab'a sama-wa-ti , artinya:
-- Dia-lah (Allah), yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu
Dalam ayat (2:29) langit itu bagian dari bumi, jadi jangan dikacaukan dengan "langit" di alam ghaib yang ditempuh Nabi Mhammad SAW. Ketujuh langit, yang bagian dari bumi itu adalah:
- Troposfer,
- Stratosfer,
- Ozonosfer,
- Mesosfer,
- Termosfer,
- Ionosfera,
- Eksosfera
***
Barulah kahir-akhir ini dalam media elektronik dikampanyekan untuk menghentikan di Indonesia ini pemakaian CFC untuk keperluan refrigerant primer mesin-mesin pendingin. CFC (chlor, fluor, carbon), adalah "nama dagang' yang dalam refrigeration engineering disebut freon. Dahulu sebelum orang benar-benar sadar lingkungan dalam buku-buku teks, yang juga diajarkan dalam mata ajaran teknik pendingin freon ini sangat dipuji sebagai regrigerant yang ideal, karena tidak beracun, tidak berbau, tidak terlihat, ikatan kimiawinya sangat stabil sehingga tidak bereaksi dengan bejana ataupun pipa-pipa yang ditempatinya. Akan tetapi kemudian ternyata karena stabilnya itu, maka freon ini membawa bencana. Ia naik membubung ke atas langit kemudian memakan lapisan ozon (O3). Untunglah Allah SWT menempatkan ozon ini jauh di atas langit, sebab sebenarnya ia itu racun, karena molekulnya yang terdiri atas 3 butir atom oksigen, mudah sekali melepas sebutir oksigen yang akan bereaksi dengan (baca: "memakan") semua benda yang disentuhnya. Walaupun berat molekul ozon 48 lebih berat daripada berat molekul gas oksigen (O2) di udara yang hanya 32, namun sifat fisik ozon lebih ringan dari gas oksigen yang kita perlukan untuk bernafas itu. Coba andai kata sifat kimiawinya sama dengan sifat fisiknya, maka ozon sangatlah menyusahkan karena ozon yang racun itu akan menyapu-nyapu permukaan bumi. Itulah rahmat Allah yang kurang bahkan tidak disadari oleh utamanya para pakar kita dalam dunia sains. Nun di atas langit sana lapisan ozon melindungi makhluq hidup ciptaan Allah yang menempati muka bumi ini dari serangan sinar ultra lembayung, sebuah fraksi yang berbahaya dari sinar matahari (photon) yang dipancarkan oleh matahari setiap saat. CFC yang membubung naik itu memakan lapisan ozon sang pelindung. Maka protokol Rio de Janeiro (diucapkan: khaneiro) menyuruh untuk menghentikan pemakaian CFC sebagai refrigerant dan di Indonesia seperti disebutkan di atas barulah akhir-akhir ini dikampanykan menghenatikan pemakaian CFC.
***
Adapun ozon itu terbentuk sehabis kilat mencambuk udara. Firman Allah:
-- ALMTR AN ALLH YZJY SHABA TSM YW^LF BYNH TSM YJ'ALH RKAMA FTRY ALWDQ YKHRJ MN KHLALH WYNZL MN ALSMA^ MN JBAL FYHA MN BRD FYSHYB BH MN YSYA^ YKAD SNA BRQH YDZHB BALABSHAR (S. ALNWR, 43), dibaca:
-- alam tara annaLa-ha yuzji- saha-ban tsumma yuallifu baynahu- tsumma yaj'aluhu- ruka-man fataral wadqa yakhruju min khila-lihi- wayunazzilu minas sama-i min jiba-lin fi-ha- min baradin fayushi-bu bihi- may yasya-u wayashrifuhu- 'am may yasya-u yaka-du sana- barqihi- yadzhabu bil absha-r, artinya:
-- Tidakkah engkau tahu, bahwa Allah menghalau awan, kemudian mengumpul sesamanya, kemudian menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan turun dari celah-celahnya, Allah menurunkan hujan beku (hujan manik) dari langit dari gunung awan, lalu Allah menumpahkan air itu kepada orang-orang yang dikehendakiNya dan menjauhkanNya dari orang yang dikehendakiNya. Cahaya kilatnya hampir menyambar pemandangan manusia.
Ayat (24:43), mengajarkan kepada kita bahwa terjadinya gunung awan itu melalui tiga tahap. Tahap pertama, awan itu dihalau, tahap kedua setelah dihalau lalu mengumpul, tahap ketiga menumpuk menjadi gunung awan di angkasa, disebabkan oleh bagian tengahnya terangkat vertikal ke atas. Menurut hasil observasi puncak gunung awan itu dapat mencapai ketinggian 8 sampai 10 km di atas angkasa. Dengan demikian daerah puncak gunung awan itu mencapai daerah dingin, sehingga turun hujan dari celah-celahnya. Ini adalah tahap keempat. Pada tahap kelima turun barad (hujan es, hail, hagel). Air yang membeku melepaskan panas laten (latent heat). Dengan demikian pada tahap kelima yaitu terbentuknya barad dari hujan air, maka sekitar barad itu suhunya lebih tinggi dari daerah gunung awan. Lalu terjadilah loncatan elektron dari daerah dingin ke daerah panas. Atom yang kehilangan elektron akan bermuatan positif dan menjadi lebih ringan. Sedangkan atom yang kelebihan elektron akan bermuatan negatif dan menjadi lebih berat. Yang bermuatan positif yang lebih ringan bergerak ke atas, sedangkan yang bermuatan negatif yang lebih berat akan bergerak ke bawah. Akumulasi muatan negatif ataupun muatan positif menyebabkan loncatan bunga api listrik, itulah kilat yang menyambar pemandangan manusia. Kilat yang mencambuk udara menjadikan tempat cambukan itu udara menjadi hampa, dan setelah kilat berlalu udara bertaut kembali, ibarat biduk lalu kiambang bertaut. Pertautan udara itu kembali menimbulkan gelegar yang disebut halilintar. Dan seiring dengan itu terbentuklah ozon yang membubung naik ke angkasa membentuk ozonosfer. WaLlahu a'lamu bisshawab.
***
Makassar, 13 Januari 2008
6 Januari 2008
[+/-] |
809. Betulkan Hajar Gundik Nabi Ibrahim AS ? |
Melalui jalur pribadi (Japri) saya menerima email, yang isinya pendek saja seperti berikut: Ustadz, apakah benar tulisan seorang bernama Ahmad Badrudduja pada sebuah milis yang menyatakan bahwa: "Isamel adalah anak dari gundik Ibrahim" ?
Firman Allah:
-- YAYHA ALDZYN AMNWA AN JAaKM FASQ BNBA FTBYNWA (S. ALHJRAT, 49:6), dibaca:
-- ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- in ja-kum fa-siqum binabain fatabayyanu-, artinya:
-- Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasiq dengan annaba', maka lakukanlah tabayyun.
Kita asumsikan bahwa Ahmad Badrudduja itu orang fasik, maka annaba' (informasi) yang diberitakannya kita lakukana tabayyun (klarifikasi) pada referens Al-Quran, Hadits, dan kalau perlu Bible juga. Kalau annaba' yang beritakan Ahmad Badrudduja itu cocok dengan referens, maka dia bukanlah orang fasik, namun apabila ditolak oleh referens, maka asumsi kita benar, dia itu orang fasik.
Dalam Al-Quran dan Hadits tidak ada disebutkan bahwa Hajar atau Hagar Ibunda Ismail itu adalah gundik Nabi Ibrahim AS. Bagaimana dengan Bible ?
[KJVR-Genesis 16:3] And Sarai Abram's wife took Hagar her maid the Egyptian, after Abram had dwelt ten years in the land of Canaan, and gave her to her husband Abram to be his wife (terjemahan LAI: Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, --yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan--,lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya).
Kitab Genesis sendiri menyatakan bahwa Hagar bukanlah gundik Ibrahim, jadi pembawa annaba' yaitu Ahmad Badrudduja adalah orang fasik.
Bagaimana dengan kedudukan Hajar sebagai maid atau hamba ? Terlepas dari Hajar sebagai hamba atau bukan, marilah kita tilik kedua belas suku Bani Israil, yaitu yang berasal dari ke-12 anak laki-laki Israil (nama lain dari Nabi Ya'qub AS). Mereka itu adalah:
- Anak-anak dari Lea: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Zebulon (6 orang)
- Anak-anak dari Rahel: Yusuf, Benyamin (2 orang)
- Anak-anak dari Zilpa (budak Lea): Gad, Asyer (2 orang)
- Anak-anak dari Bilha:(budak Rahel,): Dan, Naftali (2 orang)
Benarkah Hajar itu seorang budak ? Marilah kita menilik pada Targum. Dapat dibaca dalam Targum oleh seorang Rabbi (pendeta Yahudi) yang termasyhur, Salomon bin Ishak (1040-1105) dari Troye (= Ilion = Pergame; sekarang Hissarlick di Turki): Hagar adalah puteri dari Firaun yang ketika melihat aneka mu'jizat dari pihak Sarah, berkata: lebih baik untuk anak perempuan saya ini menjadi pembantu dalam rumah (Ibrahim)," sehingga diangkatnya Ibrahim menjadi menantunya. Targum (Tafsir Taurat) berisi kitab-kitab sejarah dan kitab Para Nabi. Kebiasaan membacakan Kitab Suci kepada jemaat di synagoge dengan diikuti uraian secara lisan dalam bahasa Aram (bahasa pribumi) mulai berkembang pada abad-abad akhir Sebelum Masehi. Bahasa Ibrani makin kurang dikenal khalayak ramai sebagai bahasa lisan, maka mereka perlu dilengkapi dengan tafsiran teks Kitab Suci dalam bahasa yang sungguh-sungguh mereka fahami, jika mereka diharapkan untuk mengerti apa yang dibacakan kepada mereka. Rabbi yang bertugas untuk memberikan uraian lisan ini disebut methurgeman (penerjemah atau penafsir) dan uraiannya itu disebut Targum. Rabbi Salomon bin Ishak menyatakan: Hagar adalah puteri dari "Firaun", berhubung pada waktu itu belum ada yang tahu bahwa pernah Dinasti Fir'aun dipotong selama 150 tahun oleh Dinasti Raja-Raja Hyksos. Dalam Al-Quran disebutkan Nabi Yusuf AS berhadapan dengan Malik, bukan Fir'aun:
-- WQAL ALMLK ANY ARY SB'A BRRT SMAN YAKLHN SB'A 'AJAF (S. YWSF, 12:43), dibaca:
-- waqa-lal maliku inni- ara- sab'a baqara-tin sima-nin ya'kuluhunna sab'un 'ija-fun, artinya:
-- Raja berkata "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus."
Bandingkan dengan Bible yang tidak mengenal Penguasa Mesir Kuno selain dari Dinasti Fir'aun:
[Kejadian 41:4] Lembu-lembu yang buruk bangunnya dan kurus badannya itu memakan ketujuh ekor lembu yang indah bangunnya dan gemuk itu. Lalu terjagalah Firaun.
Bagi ummat Islam tentu tidak perlu bukti pendukung tentang Dinasti Fir'aun, Penguasa Mesir Kuno, pernah dipotong oleh Dinasti Raja-Raja Hyksos selama 150 tahun. Tetapi bagi yang non-Muslim tentu saja membutuhkan rujukan arkeologis. Hieroglyph, yaitu tulisan kuno Mesir berhasil diungkapkan cara membacanya oleh Jean Francois Cahampollion (1790 - 1832). Maka dengan dapatnya dibaca hierolyph itu, terkuaklah sejarah Mesir Kuno dengan sejelas-jelasnya, antara lain orang Hyksos (Al-Malik = Raja Gembala) dari Kan'an menaklukkan Mesir dan menumbangkan Dinasti Fir'aun. Dinasti Hyksos ini menguasai Mesir selama kurang lebih 150 tahun (1700 - 1550) sebelum Miladiyah. Dinasti Raja-Raja Hyksos, sebagai dinasti XV dan XVI mendapatkan legitimasi dalam Dokumen Hieroglyph yang tertera dalam Daftar Penguasa Mesir di Turin.
Nabi Ibrahim AS diterima dengan baik oleh Salitis, Raja pertama dari Dinasti Hyksos, berhubung bangsa Hyksos berasal dari qaum 'Ad yang bernabikan Nabi Hud AS. Bangsa Hyksos ini merubuhkan semua kuil untuk menyembah dewa-dewa Mesir Kuno. Ini diberitakan oleh Josephus yang mengutip Manetho(*): "By main force they easily overpowered the rulers of the land, and they razed to the ground the temples of gods." WaLlahu a'lamu bisshawab.
***
Makassar, 6 Januari 2008
-------------------------------------
(*)
Manetho (ca. 250 B.C.) also known as Manethon of Sebennytos, was an Egyptian historian and priest from Sebennytos (ancient Egyptian: Tjebnutjer) who lived during the SECOND PERSIAN PERIOD [343-332 B.C.] (Manetho, juga dikenal sebagai Manethon dari Sebennytos, adalah seorang sejarawan Mesir dan tokoh agama dari Sebennytos (Mesir purba: Tjebnutjer) yang hidup pada zaman Periode Parsi Kedua)