28 Januari 2001

460. Teori-teori Pendidikan Kekinian Terlalu Liberal

Elok kiranya terlebih dahulu dikutip sebagian dari Kolom Unik, FAJAR, halaman 1, edisi 24 Januari 2001: "Malaysia mulai gerah dengan masalah kenakalan remaja dan ulah bengal (bahasa Makassar: banna', pen.) ABG (anak baru gede, red.). Negeri jiran ini menerapkan satu hukuman keras yang sementara ini dinilai kontroversi oleh sebagian ahli pendidikan anak dan remaja. Pelajar yang kedapatan berjudi, membawa rokok atau kesalahan lain seperti misalnya: mengecat rambut, bermain dengan kapur, berteriak-teriak dalam kelas, berkelahi dengan guru, diancam dengan pukulan tongkat di negara bagian Penang, Malaysia. Tiap pelanggaran yang mendapatkan angka 10, dipukul satu kali. Mengecat rambut dan bermain dengan kapur mendapat angka 5. Berkelahi dengan guru mendapat angka 30, berarti dipukul tiga kali. Pelajar yang mengumpulkan angka 50 diskors selama sepekan. Tahun lalu aturan ini sudah diuji-cobakan pada 30 sekolah di Penang."

Di Indonesia kita yang tercinta ini media elektronik menayangkan melalui sinetron-sinetron kebengalan anak-anak sekolah di dalam kelas, kebebasan yang kebablasan seperti saling ejek antar siswa, berteriak, mengejek guru, yang kesemuanya itu karena timbulnya sikap tidak hormat pada guru. Sinetron-sinetron itu tanpa disadari menjadi provokator bagi anak-anak sekolah di desa-desa untuk meniru-niru sikap tidak hormat kepada guru. Para pakar kita dalam bidang pendidikan seyogianya merenung, tepekur bahwa niscaya ada sesuatu yang salah dalam teori pendidikan yang disauk dari barat, yang diterapkan di negeri kita ini. Cobalah direnungkan bahwa sesuatu yang salah itu terletak dalam hal teori-teori yang bertumpu pada paradigma filsafat liberalisme dan individualisme. Dikatakan teori-teori dalam kalimat di atas, tidak hanya dikhususkan pada teori-teori pendidikan, oleh karena teori-teori politik dan kemanusiaan seperti demokrasi dan HAM juga bertumpu pada paradigma liberalisme dan inbdividualisme. (Insya-Allah kita akan membahas nanti dalam seri tersendiri tentang demokrasi yang bertumpu pada liberalisme dan HAM yang bertumpu pada individualisme). Dalam Kongres Ummat Islam Sulawesi Selatan di Sudiang pada bulan Oktober tahun yang lalu para peserta kongres menginginkan agar semuanya, lebih 3000 orang, datang ke DPRD membawa hasil kongres. Demikian kuatnya dorongan itu sehingga Steering Committee merasa perlu mendengarkan pendapat Dewan Penasihat. Dalam sidang kilat itu saya melihat bagaimana sikap dan perangai hasil didikan pesantren. Usulnya sangat sejuk dan simpatik: "Dalam kondisi seperti sekarang ini sebaiknya kita mengikuti tradisi pesantren, menyerahkan seluruhnya kepada guru-guru kita Dewan Penasihat untuk mengambil keputusan."

Setelah itu Steering Committee meninggalkan ruangan untuk memberikan kesempatan Dewan Penasihat untuk bermusyawarah. Musyawarah Dewan Penasihat memutuskan supaya tidak perlu seluruh peserta kongres berkunjung ke DPRD, cukup dengan mengutus dua orang wakil setiap kabupaten. Keputusan ini dibawa ke ruang sidang pleno, yang pada waktu itu masih dengan semangat tinggi ingin semuanya berkunjung ke DPRD. Setelah keputusan itu disampaikan, maka semangat tinggi ingin semuanya berkunjung ke DPRD itu beralih kepada semangat menghormati para guru-gurunya yang duduk dalam Dewan Penasihat.

Syari'at Islam memberikan tuntunan mengenai teori pendidikan. Firman Allah SWT (transliterasi huruf demi huruf demi keotentikan):
-- WADZQLNA LLML^KT ASJDWA LADM FSJDWA ILA ABLYS ABY WASTKBR WKAN MN ALKFRYN (S. ALBQRT, 34), dibaca: waidz qulna- lilmala-ikatis judu- lia-dama fasajadu- illa- ibli-sa aba- waka-na minal ka-firi-n (s. albaqarah), artinya: ingatlah tatkala Kami berkata kepada malaikat sujudlah kamu sekalian kepada Adam, maka mereka sujud, kecuali Iblis, enggan, dan jadilah ia (termasuk) di antara para kafir (2:34).

Apa latar belakang mengapa para malaikat diperintahkan Allah untuk sujud kepada Adam? Tatkala Allah SWT memberitahu malaikat bahwa Allah akan menjadikan khalifah dari spesi manusia, maka para malaikat bertanya (transliterasi huruf demi huruf demi keotentikan): -- ATJ'AL FYHA MN YFSD FYHA WYSFK ALDMA^ (S. ALBQRT, 30), dibaca: ataj'alu fi-ha man yufsidu fi-ha- wayasfikud dima-a (s. albaqarah), artinya: apakah Engkau menjadikan di atasnya (dunia), yang merusak di atasnya dan menumpahkan darah (2:30). Kemudian Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama serta kegunaan tiap-tiap benda, lalu Allah memerintahkan para malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda itu, namun malaikat menjawab tidak mempunyai ilmu tentang nama-nama benda itu. Selanjutnya Allah memerintahkan supaya Adam mengajarkan nama-nama itu kepada para malaikat, artinya dalam hal ini Adam menjadi guru bagi para malaikat itu.

Alhasil latar belakang mengapa para malaikat diperintahkan Allah untuk sujud kepada Adam, karena Adam adalah guru bagi para malaikat itu. Pesan-pesan nilai menurut tuntunan Syari'at Islam yaitu murid wajib menghormati gurunya. Perilaku murid yang tidak mau menghormati gurunya sama dengan perilaku Iblis. Maka teori-teori pendididkan menurut Syari'at Islam haruslah bertumpu pada paradigma nilai penghormatan kepada guru. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 28 Januari 2001