24 Februari 2002

513. Illustrasi Ilmu Menurut Syari’at Islam Bidang Kosmologi

Kosmologi berasal dari kata-kata cosmos (alam syahadah) dan logos (ilmu). Artinya secara ma'nawi ialah cabang ilmu falak (astronomy) yang menyangkut asal-usul alam syahadah (ayat Kawniyah yang nyata) dikaitkan dengan materi, ruang dan waktu serta kausalitas.

Berdasar atas kenyataan hasil intizhar (observasi), alam syahadah ini sedang dalam keadan berexpansi, yaitu semua galaxy yang jumlahnya jutaan sedang bergerak saling menjauhi. Maka timbullah hingga dewasa ini dua madzhab yang saling bertentangan dalam memberikan tafsiran atas observasi tersebut, yaitu madzhab Alpher-Gamow yang bertitik tolak dari asas penciptaan sekali jadi, dan madzhab Bondi-Gold-Hoyle yang bertitik tolak dari asas penciptaan terus-menerus.

Menurut teori madzhab Alpher-Gamow alam shahadah tercipta dari zarrah-zarrah (partikel-partikel) sub-atom seperti proton, neutron, elektron dan zarah-zarrah sub-atom yang lain (jadi atom belum terbentuk), dalam keadaan kerapatan dan suhu yang tinggi. Kemudian terjadi peledakan dahsyat (big bang) sehingga secara bergumpal-gumpal zarrah-zarrah sub-atom itu terlempar saling menjauhi. Sementara itu gumpalan-gumpalan tersebut terpecah-pecah pula menjadi jutaan gumpalan kecil-kecil. Kemudian setiap gumpalan kecil itu "mengembun" menjadi plasma. Dari setiap gumpalan kecil plasma itu terbentuklah gugusan bintang-bintang yang disebut galaxy. (Plasma adalah phase keempat dari materi, phase pertama padat, kedua cair dan ketiga gas). Hasil intizhar bahwa galaxy saling menjauhi artinya alam syahadah ini sedang dalam keadaan berexpansi, disebabkan oleh peledakan dahsyat itu.

Teori Bondi-Gold-Hoyle berasumsikan bahwa alam syahadah ini homogen dalam ruang dan waktu, tetapi tidak statis. Setiap saat muncul materi berasal dari ketiadaan, kemudian materi yang baru muncul itu membentuk galaxy baru, yang menggeser tempat galaxy yang sudah ada. Jadi gerak galaxy yang saling menjauhi menurut teori ini disebabkan oleh terciptanya materi secara sinambung.

Menurut pendekatan ilmiyah yang bertumpu di atas paradigma filsafat positivisme tidaklah mungkin menyatakan yang manakah dari kedua madzhab itu yang benar, oleh karena menurut prosedur ilmiyah, ialah observasi, kemudian penafsiran dan terakhir uji-coba penafsiran secara experimen. Alam syahadah hanya dapat diobservasi, ditafsirkan, tetapi tidak dapat diuji-coba, oleh karena manusia yang umurnya pendek walaupun dengan bantuan instrumennya tidak dapat menjangkau alam syahadah yang sangat luas ini. Maka pendekatan ilmiyah yang bertumpu pada paradigma filsafat positivisme tidaklah mungkin dapat menghakimi kedua madzhab itu, mana yang benar mana yang salah.

Maka untuk mengetahui yang mana di antara kedua madzhab itu yang benar, haruslah teori yang bertentangan dari kedua madzhab itu diuji-coba menurut ilmu yang Islami yang pertumpu pada Tawhid, dengan merujukkannya pada ayat Qawliyah. Allah berfirman:
-- AN RBKM ALLH ALDZY KHLQ ALSMWT WALARDH FY STT AYAMN TSM ASTWY ALY AL’ARSY YDBR ALAMR (S. YWNS, 3), dibaca: Inna rabbkumuLla-hu aldzy khalaqas sama-wa-ti wal ardha fi- sittati ayya-min tsummas tawa- 'alal 'arsyi yudabbirul amra (s. yu-nus), artinya: Sesungguhnya Maha Pemeliharamu Allah yang telah menciptakan (benda-benda) langit dan bumi dalam enam masa, kemudian ia menyengaja atas 'Arasy mengatur urusan (10:3). IStaway 'alay l'Arsyi terdapat dalam 7 ayat, yaitu: (7:53), (10:3), (13:2), (20:5), (25:59), (32:4) dan (57:4). Dalam ke-7 ayat tersebut dijelaskan setelah Allah SWT mencipta benda-benda langit dan bumi, Allah SWT menyengaja atas 'Arasy, Ia merajai atas daerah kekuasaanNya. Termasuk dalam daerah kekuasaanNya adalah 'Arasy itu sendiri,
-- WHW RB AL’ARSY AL’AZHYM (S. AL TWBT, 129), dibaca: wahuwa rabbul 'arsyil 'azhi-m (s. at tawbah, 129), artinya: dan Dia Maha Pemelihara 'Arasy Yang Maha Agung (9:129). Salah satu urusan Allah SWT di atas 'Arasy adalah mengurus langit yang dipenuhinya dengan dukhan. TSM ASTWY ALY ALSMAa WHY DKHAN (S. FSHLT, 11), dibaca: Tsummas tawa- ilas Sama-i wahiya dukha-n (s. fushshilat), artinya: Kemudian Ia menyengaja kepada langit dan dia dukhan (41-11).

Dalam ayat ini langit dinyatakan dalam bentuk mufrad (tunggal, singular) asSama-u, ini bermakna bukan benda-benda langit asSamawat yang jama', melainkan bermakna ruang antar bintang-bintang (nujuwmun). Ruang inilah yang dipenuhi oleh Allah SWT dengan dukhan dengan proses yang dinyatakan oleh ayat:
-- ANMA AMRH ADZA ARAD SyaA AN YKWLH KN FYKWN (S. YS, 82), dibaca: Innama- amruhu- idza- ara-da syay.an ay yaqu-la lahu- kun fayaku-n (s. ya-sin, 82), artinya Sesungguhnya urusanNya apabila Ia menghendaki sesuatu Ia berkata baginya: jadi, maka jadilah (36:82).

Ada perbedaan antara penciptaan benda-benda langit dengan pengurusan dukhan. Dalam penciptaan benda-benda langit dipakai kata Khalaqa, yaitu dalam bentuk Fi'il Ma-dhiy (past tense), sedangkan dalam pengurusan dari atas 'Arasy, termasuk mengurus dukhan, dipakai kata Yakuwna, yaitu Fi'il Mudha-ri' (present and future tenses). Jadi Allah telah mencipta benda-benda langit dari tidak ada menjadi ada pada titik waktu permulaan, sekali jadi, sedangkan setelah mencipta benda-benda langit, Allah SWT mengurus dukhan menjadikan dukhan secara terus-menerus (becoming), artinya setiap saat Allah SWT menjadikan dukhan dari tidak ada menjadi ada.

Dengan merujukkan teori kedua madzhab itu kepada ayat Qawliyah, alhasil kedua madzhab itu masing-masing mengandung separuh dari kebenaran. Menurut Al Quran benda-benda langit diciptakan Allah SWT pada titik waktu permulaan (beginning), sedangkan dukhan diurus Allah SWT dari tidak ada menjadi ada secara terus-menerus, setelah Dia menciptakan benda-benda langit dan bumi. WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 24 Februari 2002