12 Mei 2002

524. Tak Ada Bukti Al Qaidah Terkait Aksi Serangan WTC 11 September

Sejak 9 Januari 2002 Deputy Menteri Pertahanan AS Paul Wolfwitz, seorang Yahudi yang mempunyai pandangan ultra dan ekstremis terhadap orang Palestina, yang juga mempunyai hubungan rapat dengan angkatan bersenjata Israel, mengungkapkan bahwa Amerika Serikat menjadikan Indonesia sebagai target operasi militer AS dalam memerangi terrorisme internasional. Sepekan kemudian 15 Januari Fathurrahman ditangkap di Manila dan dituduh membawa 1 ton bahan peledak (1 ton?! Diangkut pakai apa, HMNA), yang akan digunakan untuk menyerang kepentingan AS.
Pada 29 Januari komandan pasukan Amerika di kawasan Pasifik Admiral Denis Blair mengoceh bahwa Indonesia merupakan mata rantai lemah (weak link) dalam pemberantasan terrorisme.
Pada 16 Maret direktur Biro Penyelidik Federal (FBI), Robert Mueller melakukan pertemuan dengan para pejabat Indonesia, seperti kepala BIN AM Hendropriyono di hotel Ritz Carlton, Jimbaran Bali. Sehari sebelumnya di Singapura Mueller mengoceh bahwa setelah pangkalan Al Qaidah di Afghanistan, sisa-sisa jaringannya mencari perlindungan ke Kawasan Tengah (saya tidak pakai kata Timur Tengah, sebab saya tidak mau berasumsi kepala saya di Amerika sedangkan kaki saya berjejak di Indonesia) dan Asia Tenggara.

Akibat ocehan Mueller tersebut pemerintah Pilipina menjadi gamang lalu menangkap Tamsil Linrung, Agus Dwikarna dan Abd. Jamal Balfas. Pemerintah Indonesiapun ikut gamang dengan menangkap Jafar Umar Thalib dengan alasan “menghasut ummat” di Masjid Al Fath Ambon.

***
Padahal, pada hal dan sekali lagi padahal, ....... setelah menggulingkan THaliban, berbabi-buta membom Afghanistan dan berbusa-busa menuduh Al Qaidah, FBI akhirnya mengakui pihaknya hingga kini belum menemukan bukti selembar kertas pun yang menyeret keterlibatan Al Qaidah dalam aksi WTC 11 September.. Berbicara dalam perrtemuan Commonwealth Club di San Francisco, 19 April 2002, yang kemudian dipublikasi oleh Whatreallyhappened.com, Rense.com, dan BBCNews pada 2 Mei 2002, Direktur FBI Robert Mueller mengatakan: "Dari hasil investigasi, kami tak menemukan selembar bukti dokumen keterlibatan maupun aliran dana langsung yang mengarah adanya persekongkolan Al Qaidah dan Afghanistan dalam serangan 11 September.

Pada 30 April Washington Post juga menurunkan artikel bahwa ''penegak hukum sudah bekerja sekian lama melakukan penyelidikan dan penyidikan untuk merekontruksi gerakan para pembajak sebelum serangan, tapi mereka tak menemukan satu pun bukti aktual tentang perkongsian mereka.'' Lyndon LaRouche, penulis artikel itu, menegaskan tidak satu pun bukti bisa ditunjukkan pemerintah AS untuk menuduh aksi 11 September dirancang oleh Usamah bin Ladin. Karena alasan ini, kata LaRouche, hakim pengadilan Inggris membebaskan orang yang sempat latihan terbang dan dituduh terkait dengan aksi serangan WTC.

"Para pembajak ternyata tidak menggunakan laptop atau menyimpan data apa pun di hard drives komputer. Mereka berpakaian dan berakting seperti orang Amerika," jelas Robert Mueller. Selama tujuh bulan terakhir aparat FBI bekerja siang malam. Ribuan orang disidik, Ratusan ribu dokumen keuangan dan rekaman telepon dijejak, namun hingga kini tak ada bukti yang mengarah terkait dengan serangan di New York dan Washington.. Mueller mengatakan, agen-agennya di berbagai penjuru sudah menyelidiki tiket, counter penerbangan, account bank dan rental kendaraan untuk mencari jejak. "Nyatanya jejak itu tidak nampak."

Mereka juga sudah memburu gua-gua persembunyian di Afghanistan, memeriksa bill kartu kredit orang-orang yang dicurigai terkait langsung atau tidak langsung dengan 19 pembajak pesawat, untuk mencari jejak komplotan pelaku aksi 11 September. Tapi, hasilnya selalu nihil. Rupanya, jelas Mueller, para pembajak sengaja menyembunyikan komunikasi dengan menggunakan ratusan ponsel dan telepon berbeda, juga kartu telepon pra-bayar.

Atas dasar yang tidak jelas ini AS sangat getol mengejar-kejar Al Qaidah sampai ke Asia Tenggara yang menyebabkan Singapura bertepuk ria dan pemerintah Pilipina serta pemerintah Indonesia menjadi gamang. Orang penggamang lekas jatuh, ujar Bidal Melayu lama.

***
Itulah Amerika, yang lucunya Amerika sendiri adalah state terrorist yang baru saja melumatkan Afghanistan, yang selalu bernyanyi bersama dengan state terrorist zionst Israel, yang memaksa negeri-negeri orang untuk membuat UU anti terrorist.
-- QD BDT ALBGHDHAa MN AFWAHHM WMAA TKHFY SHDWRHM AKBR (S. AL'AMRAAN, 118), dibaca: qad badatil baghdha-u min afwa-hihim wama- tukhfi- shudu-rihim akbaru (s. ali 'imra-n), artinya: Telah nyata kebencian pada wajah-wajah mereka dan apa yang disembunyikan di dalam dada mereka jauh lebih besar lagi. (3:118). WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 12 Mei 2002