17 April 2005

672. Mengapa ke Turki?

Kalau Seri 670 ditimba dari Pidato Sambutan Gubernur Sulsel dalam Upacara Pembukaan Kongres III Ummat Islam, maka Seri 672 ini ditimba dari Pidato Ketua Lajnah Tanfidziyah KPPSI Sulsel, Abd. Aziz Qahhar Mudzakkar. Ia menyinggung bahwa Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menyediakan anggaran, sekitar Rp250-juta, untuk studi banding pelaksanaan Syari'at Islam ke berbagai negara antara lain seperti Pakistan dan Turki. Menurut Abd Aziz lebih baik dana itu dialihkan saja untuk membiayai kajian-kajian tentang berbagai problema sosial dalam masyarakat yang dilakukan oleh lembaga NGO independen seperti UMI dan KPPSI sendiri. Ia juga mempertanyakan mengapa Turki yang dipilih untuk studi banding tersebut.

Dalam Seri ini difokuskan seperti pada judul: "Mengapa ke Turki?". Ya, mengapa untuk studi banding pelaksanaan Syari'at Islam terpilih antara lain direncanakan ke Turki? Apa alasan para penasihat Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memilih Turki?

***

Sultan Abdul Hamid II dilahirkan pada hari Rabu, 16 Sya'ban 1258 (21 September 1842). Pada 11 Sya'ban 1293 H [31 Agustus 1876 M] Sultan Hamid diangkat menjadi Khalifah. Dia menjadi pemimpin dari Khilafah dengan wilayah yang sangat luas dalam situasi yang tegang dan genting, baik di dalam maupun di luar negeri. Khalifah mempunyai visi sejarah yang mendalam. Dia melewatkan waktu tiga puluh tahun yang penuh dengan tantangan konspirasi ke dalam dan keluar, peperangan, revolusi, dan perubahan-perubahan.

Khalifah Abdul Hamid mempunyai visi membangkitkan rasa kesatuan dalam kalangan negeri-negeri Islam di seluruh dunia. Untuk itu Khalifah membangun jaringan transportasi, yaitu jalur kereta api Hijaz dari Dimasyk ke Madinah, dari Aqabah ke Maan. Untuk memperlancar komunikasi, Khalifah juga membangun sistem telegraf dalam jalur Yaman, Hijaz, Syria, Iraq dan Turki. Lalu kemudian Khalifah menghubungkannya dengan sistem telegraf Iran dan India. Biaya proyek itu telah dapat ditebus hanya dalam jangka 2 tahun, karena sistem transportasi dan komunikasi itu dipakai secara intensif oleh para jama'ah haji. Khalifah melakukan kampanye gagasan tentang kesatuan ummat Islam meliputi bagian selatan Rusia, India dan Afrika. Khalifah juga mengundang para terpelajar dari Indonesia, India dan Afrika untuk datang menuntut ilmu dalam wilayah Khilafah Islamiyah.

Melihat itu konspirasi negeri-negeri barat bereaksi dengan cepat mengepung dan mengoyak Khilafah Islamiyah. Konspirasi itu menghasut dan membantu pemberontakan Tunisia (1877), empat tahun kemudian (1881) Tunisia diduduki Perancis, dalam tahun 1882 Inggris menduduki Mesir lalu meluas ke India dan Sudan dan Rusia menduduki Asia Tengah. Khilafah Islamiyah tinggal menunggu waktu saja dihabisi oleh konspirasi negeri barat.

Akhirnya tiba jualah waktu itu. Gerakan Turki Muda sudah demikian kuat, sehingga dapat menekan Majelis Syura untuk mencopot Khalifah Abdul Hamid dari kedudukannya. Hari Selasa 6 Rabiul Akhir 1327 (27 April 1909) Majelis Syura memutuskan untuk menurunkan Khalifah Abdul Hamid dari tahtanya. Empat orang diutus kepadanya untuk menyampaikan keputusan itu: Arif Hikmat, Aram Affandi (orang Armenia), As'ad Tabtani dan Qrasow (Yahudi). Kehadiran Qrasow dalam utusan itu menunjukkan, bahwa dalam konspirasi itu, aktif pula peranan Yahudi. Sultan Abd Majid terpilih menjadi Khalifah.

Setelah PD-I wilayah Khilafah Islamiyah tercabik-cabik. Orang Arab di Hijaz memberontak dibantu oleh Inggris dan Perancis, terulang peristiwa Tunisia, orang Arab dikhianati dan diduduki oleh Inggris, dan memberikan Palestina kepada orang Yahudi. Andaikata saja mereka mendengarkan Abdul Hamid.

Hingga akhir Perang Kemerdekaan Turki melawan negeri-negeri Eropa yang menduduki negeri Ottoman setelah PD I, Mustafa Kemal dari Gerakan Turki Muda kelihatannya seperti seorang Muslim yang taat. Dia shalat bersama-sama ummat Islam di masjid-masjid. Bahkan diapun juga membaca khuthbah Jum'at di beberapa masjid. Dia bersumpah akan berperang untuk menyelamatkan Khilafah. Dia memuji-muji Allah, Islam dan Nabi Muhammad SAW sepanjang waktu. Dia menyebutkan Al Quran sebagai Kitab Suci yang sempurna. Dia berkata Al Quran itu adalah konstitusi. Dan dia juga mengatakan itu semuanya pada pembukaan Majelis Agung Nasional (National Grand Assembly) di Ankara sewaktu Perang Kemerdekaan. Sehingga ummat Islam mempercayainya. Dan dia mendapatkan kekuasaan penuh selama Perang Kemerdekaan. Setelah Turki memperoleh kemerdekaannya, dia dipilih oleh Majelis sebagai Presiden Turki. Gerakan Turki Muda memperoleh kekuasaan. Pada mulanya Mustafa Kemal hanya memotong debat dalam Majelis dan mengatakan Khalifah hanya sekadar sebagai figur saja yang tidak punya kekuasaan. Namun setelah ia merasa kuat, ia membatalkan Khilafah pada 3 Maret 1924. Maka berakhirlah sudah kesatuan kepemimpinan bagi ummat Islam yang telah berlangsung selama 1300 tahun.

Tidak selang berapa lama Mustafa Kemal mulai melakukan Social Enginering yang keras dan kejam menerapkan reformasi anti-Islam. Sosok yang dahulunya berkata "Al Quran sebagai konstitusi", berbalik mengatakan "Kita tidak menerima hukum dari langit". Untuk mencapai reformasi anti-Islamnya, dalam menerapkan mekanisme Sosial Engineering, ia tidak segan-segan melakukan pemaksaan, terror, tiang gantungan, penyiksaan dan penjara. Apa katanya?: "Islam - this theology of immoral Arab- is a dead thing ... God's revelation ! There is no God !" [The Gray Wolf, H.G. Armstrong, Capricorn Books, New Yoek, 1961, p.199-200]

***

Maka sejak tahun 1924 Turki itu bukanlah mencerminkan Islam. Ingatlah korban keganasan Westerling de Turk (orang Belanda dari etnik Turki) yang terkenal dalam Sejarah Perjuangan Kemerdekaan, yaitu Korban 40.000 di Sulawesi Selatan. Lalu untuk apa melakukan studi banding pelaksanaan Syari'at Islam ke Turki? Itu adalah perbuatan yang mubadzdzir (boros) !
-- AN ALMBDZRYN KANWA AKHWAN ALSYYTHYN (S. BNY ASRAaYL, 17:27), dibaca: innal mubadzdziri-na ka-nu- ikhwa-nasy syaya-thi-n (s. bani- isra-i-l), sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan-setan. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 17 April 2005