17 Januari 1993

064. Hak Sejarah, Test Case dan Nilai Ganda

Iraq dalam personifikasi Saddam Husain tidak henti-hentinya menklaim Kuwait sebagai bagian dari Iraq berdasarkan hak sejarah. Klaim Iraq atas Kuwait ini di samping sebagai tuntutan utama juga dijadikan sebagai test case bagi DK-PBB yang dimotori oleh Amerika Serikat dalam personifikasi George Bush. Yaitu apakah dengan penyusupan berulang kali masuk daerah Kuwait oleh tentara jin dari Saddam Husain, akan mendapat tanggapan George Bush yang menjelang akhir jabatannya sebagai presiden Amerika Serikat. Apakah Bush berani bertindak menyerang Iraq atau tidak. Dan ternyata test case yang berupa gertakan ini disambut Bush cs dengan muntahan mesin perang.

Sebelum melanjutkan pembahasan akan diberikan selingan sedikit mengenai ungkapan tentara jin itu. Adapun ungkapan ini saya pelajari dari guru saya Allahu yarham DR S.Majidi. Beliau memberikan penafsiran tentara jin Nabi Sulaiman AS tidak seperti penafsiran yang umum kita kenal. Ungkapan tentara jin dalam Al Quran S. An Naml, 17 junuwduhu minaljinni, menurut beliau adalah tentera yang sifatnya seperti jin, yaitu tidak kelihatan. Tentara jin Nabi Sulaiman AS menurut beliau terdiri atas manusia biasa. Manusianya kelihatan, tetapi tentaranya tidak kelihatan. Artinya identitasnya sebagai tentara disamarkan, pasukan itu tidak berpakaian seragam. Beliau memberikan contoh tentara Jenghis Khan yang menyusup ke daerah musuh yang akan ditaklukkannya. Pasukan yang menyusup itu mempunyai dua tugas pokok. Pertama, mengadakan sabotase dan kedua, menurunkan semangat perlawanan musuh dengan meniup-niupkan isu tentang kehebatan tentara Mongolnya Jenghis Khan. Beliaupun menunjuk kepada Pasukan Kolone ke-5 Hitler. Menurut beliau taktik itu bukanlah oisinel dari Hitler ataupun Jenghis Khan, melainkan Nabi Sulaimanlah yang memulainya. Dan itulah yang disebut dengan tentara jin.

Kembali kita kepada hak sejaah. Tuntutan wilayah kepada suatu negara tertentu ataupun wilayah tertentu berdasarkan hak sejarah akan mengacaukan dunia. Lihatlah contohnya Israel sekarang. Orang-orang Yahudi membentuk negara Israel di tengah-tengah wilayah orang Arab berdasarkan hak sejarah, seperti yang dalam Perjanjian Lama. Bahkan saya pernah membaca buku expansi Zionisme dalam jangka panjang sampai-sampai menjangkau Madinah di bagaian selatan. Seperti diketahui dahulu di Madinah bermukim orang-orang Yahudi yang diam dalam benteng-benteng. Nah, kalau ini dapat dibenarkan, maka Malaysia dapat mengklaim Singapura sekarang ini. Hubungan Malaysia dengan Pilipina pernah menjadi runyam, karena ulah Pilipina menklaim Sabah, berdasarkan hak sejarah. Katanya Sabah dahulu adalah bagaian dari Kerajaan Sulu yang sekarang bagaian dari Pilipina. Nederland dapat menklaim Luxemburg dan lain sebagainya.

Saddam Husain tidak mengakui Negara Israel karena mencaplok wilayahnya orang-orang Arab Palestina. Alasan hak sejarah orang-orang Yahudi berdasarkan Perjanjian Lama ditolak oleh Saddam Husain. Mengapa? Karena Saddam Husain tidak mengakui Negara Israel yang mencaplok wilayahnya orang-orang Arab Palestina, atas dasar hak sejaah menuut Pejanjian Lama. Nah, inilah yang disebut nilai ganda. Terhadap Israel Saddam menolak prinsip hak sejarah, sedangkan di lain pihak Saddam menklaim Kuwait atas dasar hak sejarah. Nilai hak sejarah Israel atas Palestina no, hak sejarah Iraq atas Kuwait yes.

Apakah cuma Saddam yang memakai nilai ganda ini? Tidak, bukan hanya Saddam seorang. Lawan bebuyutnya juga demikain. DK-PBB dalam pesonifikasi Bush, juga pakai nilai ganda. Pembangkangan Israel terhadap Resolusi Dewan Keamanan bagi Bush yes, sedangkan pembangkangan Saddam Husain bagi Bush no. Dan buat sementara sampai sejauh sekarang ini pelanggaran zone bebas terbang di Iraq no, sedangkan di daerah Bosnia-Herzegoina yes. Baiklah kita tunggu saja bagaimana DK-PBB dalam personifikasi Clinton tidak memakai nilai ganda ini dalam hal zone bebas terbang baik di selatan dan utara Iraq maupun di Bosnia-Herzegoina.

Titik kulminasi dari sikap nilai ganda ini disebut nifaq. Penyandangnya disebut munafiq. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al Quran, S. Al Baqarah, 14:

Wa idza laqulwlazdiena amanuw qaluw amanna wa idza khalaw ila syayathienihim qaluw innaa ma'akum innama nahnu mustahziuwn, apabila mereka itu di kalangan orang beriman mereka berkata kami beriman, namun apabila mereka menghadapi setan-setan (ketua mereka) berkatalah mereka itu sesungguhnya kami bersamamu, tadi kami hanya berolok-olok saja. Inilah sikap nilai ganda yang paling puncak, inilah titik kulminasi penilai ganda, yang disebut munafiq. Yang di titik kulminasi nilai ganda itu bertujuan untuk cari selamat. Dan yang masih berada di bawah titik kulminasi, artinya belum di puncak, katakanlah masih di lereng, semisal Bush dan Saddam, nilai ganda itu bertujuan untuk kepentingan politik dan kekuasaan. Ya, untuk mencari selamat, untuk kepentingan politik dan kekuasaan sebatas di dunia ini. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 17 Januari 1993