16 November 2008

850. Putera Satu-satunya yang Ditukar Dengan Hewan Sembelihan yang Diabadikan

Seri ini masih dalam rangka menyambut Bulan Haji.
-- WFDYNH BDzBhN 'AZhYM. (S. AL ShFAT, 37:107), dibaca:
-- wafadaina-hi bidzibhin 'azhi-m. artinya:
-- Dan Kami tukar anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

[KJVR-Genesis 22:2], And He said, Take now thy son, thine only son Isaac, whom thou lovest and get thee into the land of Moriah; and offer him there. (Dan Dia berfirman, ambillah sekarang puteramu, putera milikmu satu-satunya Ishaq yang kau kasihi, dan bawalah ke tanah Moria; dan persembahkanlah ia di sana.

Secara logika, sesuatu yang satu-satunya tidak perlu disebutkan namanya. Hanya perlu disebutkan nama jika bukan satu-satunya, yaitu ada yang lain, untuk memperjelas yang dimaksud. Tidak ada dalam Tawrah maupun dalam Israiliyat (tradisi/sejarah bangsa Israil) yang menyebutkan bahwa peristiwa itu diabadikan dalam wujud ritual. Sebaliknya, peristiwanya itu diabadikan dalam wujud ritual, sebagai rangkaian Ibadah Haji bagi yang melaksanakan Ibadah Haji dan dilakukan secara ritual oleh ummat Islam di seluruh dunia bagi yang tidak melaksanakan Ibadah Haji, selama 4 hari yaitu pada Iyd al-Qurban dan tiga hari sesudahnya.

Secara historis, sepeninggal Nabi Sulaiman AS, Bani Israil terperangkap dalam sifat kebanggan yang berlebih-lebihan (chauvinism) yang berwujud rasialisme, sehingga Ismail tidak dipandang sebelah mata sebagai putera Ibrahim, karena Hagar, ibu Ismail) bukan dari Bani Israil, ia hanya seorang budak dari Mesir. Yaitu seperti yang disebutkan dalam literatur yang dipengaruhi oleh semangat rasialis secara nalar diberikan justifikasi bahwa Ismail tidak berhak disebut sebagai anak Ibrahim, yang berhak menyandang predikat turunan Ibrahim, karena Hajar itu berasal dari seorang budak persembahan oleh Fir'aun kepada Ibrahim. Yang aneh dan lucu adalah seorang bernama Ahmad Badrudduja yang mengaku Muslim pada sebuah milis yang menyatakan bahwa: "Isamel adalah anak dari gundik Ibrahim." Dalam Al-Quran dan Hadits tidak ada disebutkan bahwa Hajar atau Hagar Ibunda Ismail itu adalah gundik Nabi Ibrahim AS. Sedangkan dalam Bible sendiri termaktub bahwa Hagar itu isteri Abraham.

[KJVR-Genesis 16:3] And Sarai Abram's wife took Hagar her maid the Egyptian, after Abram had dwelt ten years in the land of Canaan, and gave her to her husband Abram to be his wife
(Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, tatkala Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan,lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya).

Apabila kedudukan budak dijadikan justifikasi Ismail tidak berhak menerima predikat sebagai keturunan sah dari Ibrahim, maka seharusnya ke-12 suku Bani Israil itu harus dibedakan statusnya, karena ada 4 suku yang berasal dari budak. Bahkan Yusuf sendiri pernah menjadi budak Bani Ismail kemudian dijual di Mesir. Dalam Handbook kakek saya Opu Tuan Imam Barat Batangmata, Hajar tidak disebutkan budak, melainkan dayang-dayang. Dalam Targum ada disebutkan:

Hagar had been given as a slave to Abraham by her father the Pharaoh of Egypt who said: "My daughter had better be a slave in the house of Abraham, than mistress in any other (Translation of the Targums by J.W.Etheridge). Sebelum saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, terlebih dahulu saya kemukakan penjelasan tentang Targum dan ilustrasi historis seperti berikut:

Yang dikutip di atas itu adalah Targum oleh seorang Rabbi (pendeta Yahudi) yang termasyhur, Salomon bin Ishak (1040-1105) dari Troye. Targum adalah Tafsir Taurat. Kebiasaan membacakan Kitab Suci kepada jemaat di synagoge dengan diikuti uraian secara lisan dalam bahasa Aram (bahasa pribumi) mulai berkembang pada abad-abad akhir Sebelum Masehi. Bahasa Ibrani makin kurang dikenal khalayak ramai sebagai bahasa lisan, maka mereka perlu dilengkapi dengan tafsiran teks Kitab Suci dalam bahasa yang sungguh-sungguh mereka fahami, jika mereka diharapkan untuk mengerti apa yang dibacakan kepada mereka. Rabbi yang bertugas untuk memberikan uraian lisan ini disebut methurgeman (penerjemah atau penafsir) dan uraiannya itu disebut Targum. Rabbi Salomon bin Ishak menyatakan: Hagar adalah puteri dari "Firaun", berhubung pada waktu itu belum ada yang tahu bahwa pernah Dinasti Fir'aun dipotong selama 150 tahun oleh Dinasti Raja-Raja Hyksos. Dalam Al-Quran disebutkan Nabi Yusuf AS berhadapan dengan Malik, bukan Fir'aun.

Asal-usul Hyksos dari qabilah 'Ad, bernabikan Nabi Hud AS. Mereka beremigrasi dan mendirikan kerajaan-kerajan di Babilonia, di Kan'an, kemudian ke Mesir mendirikan Dinasti Hyksos setelah menundukkan Dinasi Fir'aun. Bangsa ini disusul kemudian dengan emigrasi gelombang kedua di bawah piminan Nabi Ibrahim AS. Salitis Raja Pertama dari Dinasti Hyksos mengambil Ibrahim menjadi menantu dengan mengawinkannya dengan Hajar puteri Salitis. Itu karena Hyksos juga beragama tauhid seperti Nabi Ibrahim AS. Hyksos mengancurkan candi-candi Mesir: "Josephus quote directly from Manetho, when he describes the conquest and occupation of Egypt by the Hyksos: By main force they easily seized it without striking a blow; and having overpowered the rulers of the land, they then burned ruthlessly, razed to the ground the temples of gods."

Setelah penjelasan tentang Targum dan ilustrasi historis itu, maka terjemahan bagian Targum oleh J.W.Etheridge yang di atas itu, saya terjemahkan sebagai berikut:
Hajar telah diberikan oleh ayahnya, Salitis yang Raja Mesir dari Dinasti Hyksos, untuk jadi dayang-dayang dalam rumah-tangga Ibrahim, seraya berkata: Puteri saya lebih elok menjadi dayang-dayang dalam rumah tangga Ibrahim ketimbang menjadi permaisuri di keluarga orang lain.

Alhasil, Ismail sungguh layak menyandang predikat turunan Ibrahim yang sah, bukan hanya Ishaq saja. Ismail adalah anak satu-satunya selama 14 tahun sebelum Ishaq lahir dan Ismaillah bukan Ishaq yang akan disembelih. WaLlahu a'lamu bisshawab.

***

Makassar, 16 November 2008