18 April 2010

919 Homoseks dan Lesbian Bukan Genetik

Pertanyaan:
Dalam Seri 917 tertulis Siti Musdah Mulia menyatakan dua hal. Pertama, homoseks2 dan homoseksualitas bersifat alami diizinkan dalam Islam, dan kedua, pelarangan homoseks dan homoseksualitas hanya merupakan tendensi para ulama. Yang Ustad jawab hanya pernyataan Siti Musdah Mulia yang kedua, sedangkan pernyataannya yang pertama Ustad belum jawab. Dalam jawaban Ustad itu saya lihat ada keanehan, seperti keanehannya kasus Gayus. Sebab keanehan itu menunjukkan ada yang tidak beres. Yang aneh menurut saya yaitu jawaban Ustad seperti berikut. Padahal Allah telah menghukum kaum Sodom dan Qamran (Gomora) yang homoseks dan lesbian itu seperti diungkap oleh Al-Quran. Apakah itu tidak aneh, seorang professor(?) seperti Musdah Mulia itu tidak pernah membaca dalam Al-Quran kaum Sodom dan Qamran dihukum oleh Allah? Niscaya ada yang tidak beres dalam hal ini.
 
Wassalam,
Abd. Kadir
 
***
 
Dua negara-kota (city states) Sodom dan Qamran (Gomora), penduduknya sudah demikian jatuh ke dalam limbah kebobrokan dekandensi moral, yaitu kaum laki-lakinya hampir semuanya homoseksual dan kaum perempuannya juga hampir semuanya lesbian. Celakanya Nabi Luth AS dan kaumnya yang beremigrasi meninggalkan Ur singgah bermukim di luar kota Sodom dan Gomorra, tidak mengikuti rombongan Nabi Ibrahim AS. Kaum Luth di tempat asalnya Ur tidaklah homoseks dan lesbian, nanti setelah bermukim di daerah Sodom dan Qamran, barulah hampir semuanya juga ikut terseret ke dalam aktivitas homoseks dan lesbian yang biadab itu. Itu artinya homoseks dan lesbian penyebabnya bukanlah genetik, melainkan penyakit sosial yang menular.
 
Sepertinya Musdah Mulia itu tidak pernah membaca ayat tersebut? Tentu saja Musdah Mulia membaca ayat tersebut, tetapi dikiranya itu bukanlah ayat melainkan hanya merupakan tendensi para ulama, artinya para ulama menyisipkannya ke dalam Al-Quran, dan di sinilah ketidak-beresan itu dalam kalangan penganut "Islam" Liberal. Luthfi Asysyaukani, dosen Sejarah Pemikiran Islam di Universitas Paramadina, Jakarta, dan Editor jaringan yang menamakan dirinya Jaringan "Islam" Liberal menulis al: Al-Quran kemudian mengalami berbagai proses "copy-editing" oleh para sahabat, tabi'in, ahli bacaan, qurra, otografi, mesin cetak, dan kekuasaan. Kaum Muslim juga meyakini bahwa Al-Quran yang mereka lihat dan baca hari ini adalah persis seperti yang ada pada masa Nabi lebih dari seribu empat ratus tahun silam. Keyakinan semacam itu sesungguhnya lebih merupakan formulasi dan angan-angan teologis (al-khayal al-dini) yang dibuat oleh para ulama sebagai bagian dari formalisasi doktrin-doktrin Islam. Demikianlah para penganut "Islam" Liberal meyakini dalam proses "copy-editing" itu disisipkanlah oleh para ulama al tentang dihukumnya kaum Luth tsb.
 
***
 
-- KDZBT QBLHM QWM NWh WASHhB ALRS WRSMWD , W'AAD WFI'AWN WAKHWAN LWTH . WASHhB ALAYKt WQWM TB'A KL KDZB ALRSL FhQ W'AYD (S. Q, 12, 13, 14), dibaca: kadzdzabat qabluhum qawmu nuwhin wa ashha-bur rassi wa tsamu-d. wa 'a-dun wa fir'awnu wa ikhwa-nu Lu-th. wa ashha-bul aykati wa qawmu tubba'in kullun kadzdzabar rusula fahaqqa wa 'iydi (s. qa-f), artinya:
-- Telah mendustakan sebelum mereka kaum Nuh, yang mempunyai telaga, Tsamud . Dan 'Ad, Fir'aun dan Ikhwan Luth . Dan yang mempunyai kebun, dan kaum Tubba', masing-masing mereka itu mendustakan rasul-rasul, maka (mereka) patut mendapat siksa.
 
Yang dimaksud bangsa kaum yang mempunyai kebun, adalah bangsa Midyan yang kepada mereka Allah mengutus Nabi Syu'aib AS. Bangsa ini adalah keturunan Midyan, putera Nabi Ibrahim AS dari  isterinya yang ketiga, Sitti Katurah. Nabi Syu'aib AS adalah mertua Nabi Musa AS.
 
Perhatikan redaksional ayat-ayat itu. Atas orang-orang ingkar itu dipergunakan kata kaum, tetapi kepada yang ingkar terhadap Mabi Luth AS dipergunakan kata Ikhwan, sedangkan pada ayat-ayat lain dalam Al-Quran yang ingkar itu disebutkan juga dengan kata Kaum Luth. Yang selamat bersama-sama dengan Nabi Luth AS disebut aAL LWTH (a-li Luth = keluarga Luth). Adapun rahasianya adalah kode matematis huruf Qaf, setelah Basmalah dari Surah Qaf. Ada kaidah yang dapat digali dari kode matematis huruf dan gabungan huruf yang disebut Al-Muqaththa'aat (potongan huruf-huruf). Jumlah huruf yang dinyatakan oleh huruf kode matematis itu dalam Surah bersangkutan adalah kelipatan 19. Yang dalam hal ini jumlah huruf Qaf 57 = 3 x 19. Andaikata dalam surah Qaf ini juga dipergunakan istilah Qawmu Luwth, maka akan kelebihan satu huruf Qaf dalam surah Qaf ini, dan akan menjadi 58, sehingga tidak habis dibagi 19. Al-Quran tidak pernah mengalami proses "copy-editing". Ada alat kontrol angka 19 yang di"desain" Allah untuk menjaga keaslian Al-Quran. Mengganti kata ikhwan dengan kata qawm untuk menyeragamkan, langsung dikontrol oleh angka 19, yaitu 58 tidak bisa dibadi 19. WaLlahu a'lamu bisshawab.
 
*** Makassar, 18 April 2010