25 Agustus 1996

238. Sodomi dan Aids

Siswanto alias Robot adalah seorang pelaku sodomi yang menjadi tersangka kuat sebagai pembunuh berdarah dingin yang membunuh 6 orang bocah laki-laki, 4 orang di Jakarta dan 2 orang di Jawa Tengah. Sudah 3 orang yang telah diketahui identitasnya, yaitu Agus (11) dibunuh 15 Desember 1994, Gito Febrianto (13) dibunuh 18 Juni 1996 dan Ikin Karsikin dibunuh 5 Juli 1996. Sebelum Robot membunuh bocah-bocah itu, Siswanto lebih dahulu me-"nyodom" mereka itu. Itu betul-betul perbuatan yang biadab, menyodom dahulu baru membunuh, yang pantas mendapat sanksi dirajam sampai mati.

Sebaliknya yang terjadi di Bandung dahulu, yang dibunuh adalah penyodom. Waktu itu dalam harian Pikiran Rakyat dua orang penyodom berturut-turut selang beberapa bulan terpampang fotonya yang sudah menjadi bangkai. Kedua orang penyodom itu semuanya orang bule, yaitu van der Linden dan Lichtermoet. Pembunuh kedua orang penyodom itu tidak pernah terungkap.

Sodomi atau aktivitas homosex, berasal dari nama negara-kota Sodom, yang penduduknya sudah demikian jatuh ke dalam limbah kebobrokan dekandensi moral, yaitu kaum laki-lakinya hampir semuanya homosexual dan kaum perempuannya juga hampir semuanya lesbian. Negara-kota tetangganya yaitu Gomorra (Qamran) juga telah mengalami hal yang sama, sehingga dalam Perjanjian Lama selalu disebut beruntun Sodom dan Gomorra. Celakanya ummat Nabi Luth AS yang meninggalkan Ur singgah bermukim di luar kota Sodom dan Gomorra, hampir semuanya juga ikut terseret ke dalam aktivitas homosex dan lesbian yang biadab itu.

Pada tahun 1981 di Amerika Serikat ditemukan sejenis penyakit dalam kalangan kaum homosexual, yang kemudian disebut dengan penyakit (A)quired (I)mmuno(d)eficiency (S)yndrome. Menurut kaidah EYD, karena huruf-huruf singkatan itu tidaklah semuanya huruf awal dari kata-kata yang disingkatkan, maka singkatan itu tidak boleh dituliskan AIDS, melainkan Aids. Bandingkan misalnya (Un)iversitas (Has)anuddin yang disingkatkan menjadi Unhas dan (I)nstitut (T)eknologi (B)andung yang disingkat dengan ITB. Penyakit Aids disebabkan oleh predator berupa makhluk halus yang disebut (H)uman (I)mmunodeficiency (V)irus, disingkat HIV, yang memangsa sistem kekebalan tubuh. Jadi sebenarnya penyakit Aids yang disebabkan oleh HIV itu bukanlah penyakit yang sesungguhnya. Dengan lemahnya pertahanan tubuh karena dimangsa oleh HIV itu, maka semua penyakit dengan mudah masuk ke dalam tubuh. HIV adalah satu-satunya virus (yang baru dikenal hingga kini), yang sanggup menembus selaput otak. Tidak ada satu juapun kuman atau virus atau suntikan obat yang dapat menembus pertahanan otak yang berupa selaput itu. Itu adalah salah satu ni'mat Allah yang mendisain pertahanan otak kita itu. Jadi walaupun misalnya telah didapatkan serum anti-virus ini, maka obat yang disuntikkan itu tak akan dapat menembus selaput otak, sehingga virus HI yang sudah terlanjur masuk ke dalam otak tak akan dapat dibasmi oleh obat anti-virus HI, andaikata kemajuan penelitian telah mendapatkan obat anti-virus tersebut.

Ada kemungkinan bahwa hampir seluruh penduduk Sodom dan Gomorra telah terjangkit virus yang mampu menembus selaput otak, yakni sejenis HIV. Allah SWT memelihara hambaNya, yaitu ummat manusia sekitar Sodom dan Gomorra, dengan cara seluruh penduduk Sodom dan Gomorra dibinasakan oleh malaikat, kecuali pengikut Nabi Luth AS yang masih bersih lahir dan batin. Dalam Al Quran kelompok yang luput disebut Ali Luth, sedangkan seluruh penduduk yang dibinasakan malaikat disebut Qawmu Luwth atau Ikhwa-nu Luwth. Dengan binasanya seluruh Qawmu Luwth yang terinfeksi virus berbahaya itu, maka terhindarlah ummat manusia sekeliling Sodom dan Gomorra dari terinfeksi virus itu.

Allah SWT telah mendisain selaput otak yang ampuh menahan kuman dan virus, akan tetapi Allah telah menciptakan pula HIV yang mula-pertama dideteksi dalam kalangan homosexual. Hal ini patut dipikirkan oleh orang yang mau berpikir. Itu adalah peringatan yang keras dari Allah SWT tentang menurunnya budaya global ummat manusia yang pada umumnya menerima sodomi itu sebagai yang wajar-wajar saja, bahkan di beberapa negara "maju" timbul gerakan yang menuntut dan telah dikabulkan oleh beberapa negara supaya kaum sodomi ini diterima hak eksistensinya berdasarkan hak asasi manusia.

Allah SWT berfirman: Wattaquw Fitnatan La- Tushiybanna Lladziyna Zhalamuw Minkum Kha-shshtan Anna Llaha Shadiydu l'Iqa-bi (S. Al Anfa-l, 25). Dan hindarkanlah dirimu dari bencana yang tidak khusus menimpa orang-orang zalim saja di antara kamu, dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksanya (8:25).

Aids/HIV betul-betul adalah bencana yang tidak khusus menimpa orang-orang homosexual saja, melainkan juga telah melebar menimpa heterosexual, karena di antara orang homosex juga ada yang mempunyai isteri, melebar menimpa isteri dan anak-anaknya, melebar kepada para pelacur, lalu menjadi wabah. Jadi tidak hanya menimpa orang zalim (baca orang homosex) saja, melainkan kepada orang baik-baik juga, yaitu isteri dan anak-anaknya, baik pada waktu pranatal melalui darah ibu, ataupun pada waktu postnatal melalui ASI, melebar merambat kepada orang baik-baik yang lain melalui transfusi darah yang tercemar, ataupun penggunaan jarum suntik yang tercemar HIV.

Akan halnya atas orang zalim (baca yang terinfeksi HIV karena ulahnya sendiri) biarlah mereka rontok sebagai daun dimakan ulat. Namun yang perlu dikhawatirkan ada dua aspek, yaitu aspek teknis dan aspek godaan iblis dalam wujud godaan sex. Dari aspek teknis perlu upaya maximal untuk mencegah jangan sampai terinfeksi melalui transfusi darah yang sudah tercemar HIV, ataupun jarum suntik yang telah tercemar. Dari aspek godaan sex, berganti pasangan, kehidupan sex bebas, maka sistem da'wah perlu ditingkatkan kinerjanya, utamanya dari segi efisiensi dan efektivitas. Sistem da'wah perlu ditunjang oleh penciptaan lingkungan budaya, utamanya remaja kita perlu dipelihara dari pembawa HIV ke dalam Negara Republik Indonesia yang kita cintai ini, yang seperti diketahui dibawa oleh wisatawan manca-negara yang telah terinfeksi HIV. Inilah fakta sisi negatif dari dunia pariwisata, yang pada sisi lain menguntungkan sebagai penghasil devisa. WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 25 Agustus 1996