13 Oktober 1996

245. Postpower Syndrome

Adapun yang dimaksud dengan postpower syndrome adalah suatu gejala penyakit kejiwaan menyusul sirnanya kekuasaan yang pernah dipegang oleh seseorang. Kekuasaan yang pernah dipegangnya itu diberikan oleh suatu jabatan yang pernah didudukinya, ataupun oleh kekayaan yang pernah dimilikinya.

Terkenal dalam tarikh Islam, Jenderal Khalid ibn Walid diturunkan pangkatnya oleh Khalifah 'Umar ibn Khattab RA menjadi prajurit biasa. Alasan-alasan Khalifah menurunkan pangkat Khalid dari jenderal menjadi prajurit biasa telah dikemukakan dalam seri 108 pada 19 Desember 1993 yang berjudul: Dialog antara Kahalifah dengan Panglima Perangnya. Selang beberapa hari setelah Khalid menjadi prajurit biasa terjadi pertempuran melawan musuh. Dalam kontak senjata itu Khalid masih memperlihatkan kesungguhannya dalam bertempur. Sehabis pertempuran Khalid mendapat pertanyaan dari teman prajuritnya:
- Hai Khalid, mengapa engkau masih begitu bersungguh-sungguh bertempur?
Dengan singkat Khalid menjawab:
- Saya berjihad untuk mempertahankan Islam, bukan untuk 'Umar.

Kemudian Khalid dimutasikan oleh Khalifah ke front timur menjadi komandan regu. Pasukan Islam yang dipanglimai oleh Jenderal Sa'ad di front timur ketika itu terhambat karena menghadapi pasukan kavaleri gajah-gajah perang orang Parsi. Sebagai komandan regu Khalid bertempur dengan penuh kesungguhan. Bahkan ia menyumbangkan taktik bertempur melawan pasukan bergajah. Yaitu bukan gajahnya yang dipanah melainkan penunggangnya. Setelah penunggang yang mengendalikan gajah itu tewas baru gajahnya dipanah. Akibatnya gajah perang itu berbalik dan menginjak mencerai-beraikan pasukan infantri Parsi dibelakang barisan kavaleri gajah itu.

Itulah sebuah contoh dalam sejarah orang yang tidak dihinggapi penyakit postpwer syndrome.

Pernah diberitakan oleh harian-harian mengenai adanya beberapa anggota DPR yang tidak datang (malas?) menghadiri sidang berhubung nama mereka tidak ada lagi dalam daftar Caleg. Gejala ini adalah suatu pertanda jika kelak telah berhenti menjadi anggota DPR niscaya akan ditimpa penyakit postpower syndrome. Gejala penyakit kejiwaan itu dengan tepat tergambar seperti apa yang dinyatakan oleh baris kedua dan ketiga dalam bait ketiga dari syair lagu di bawah ini, karya almarhum Madong Lubis dalam buku yang berjudul Taman Kesuma, yaitu buku nyanyian untuk anak-anak.

Jikalau orang senang hidupnya,
martabat tinggi banyak hartanya.
Banyaklah orang datang padanya,
meminta tolong barang kadarnya.

Tiada ubah kayu yang rindang,
baik di hutan maupun di ladang.
Banyaklah burung datang bertandang,
mengambil buah telah terhidang.

Jikalau buah habis semua,
habis dimakan habis dibawa.
Tinggallah pohon sangat kecewa,
tiada suka lagi tertawa.

Bercorak ragam sikap dan tingkah laku yang menggejala dari penyakit postpower syndrome itu.

Ada yang seperti pohon yang sudah tidak berbuah lagi seperti dalam syair lagu di atas itu. Kerjanya duduk bermuram durja, tiada suka lagi tertawa, mengingat kejayaannya di masa silam (tempo doeloe) yang kini sudah sirna, cuma tinggal kenangan. Orang-orang peranakan Indo-Belanda turunan orang-orang Belanda pemilik-pemilik onderneming (perkebunan karet, teh, dll) yang pernah jaya sebelum kemerdekaan Indonesia termasuk dalam golongan ini. Termasuk dalam jenis ini orang-orang pribumi bekas pegawai Hindia Belanda yang telah hilang jabatannya pada waktu revolusi kemerdekaan. Hal ini digambarkan dengan tepat dalam film Bandung Lautan Api yang pernah ditayangkan di televisi baru-baru ini. Seorang ayah yang menderita penyakit postpower syndrome ini dengan sinis menyentil anaknya dan para pejuang lainnya dengan mengatakan bahwa kok mengurus kelurahan saja tidak becus apalagi mau merdeka mengurus negara.

Ada pula yang tidak mau menerima, atau belum sadar akan kenyataan bahwa ia sudah dalam keadaan pascakuasa (postpower), sehingga sikap dan tingkah lakunya masih meneruskan kegiatan yang biasanya ia lakukan pada waktu masih menjadi "sebagai" terhadap orang-orang dekatnya. Ada seorang mantan dekan fakultas setiap hari keranjang tempat membuang kertas-kertas sampah dalam kamar yang dianggapnya kamar kerja penuh berisi dengan nota-nota instruksi kepada anak isterinya bahkan kepada pembantunya di rumah.

Ada seorang mantan wali kota selalu dihantui oleh keinginan tahu apakah ia masih tetap dikenal oleh mantan penduduk kotanya, walaupun telah berhenti jadi wali kota. Ia menelusuri jalan-jalan menahan abang-abang becak untuk menanyai mereka itu apakah mereka masih mengenal bekas wali kotanya. Selama ia menjabat wali kota memang ia menonjol karena kreativitasnya yang unik dan kontroversial. Ia berhasil mengembangkan kotanya dalam arti pembangunan fisik dengan penuh dinamika, walaupun pada waktu itu pemerintah pusat menempuh kebijakan keuangan ketat (tight money policy).

Dalam konteks penyakit Postpower Syndrome ini, bacalah Firman Allah:
-- Wa Tilka lAyya-mu Nuda-wiluha- bayna nNa-si (S. Ali 'Imra-n, 140). Hari-hari kejayaan itu dipergilirkan di antara manusia (3:140).

Kejayaan yang dipergilirkan, itulah SunnatuLLah yang harus diimani kebenarannya oleh orang-orang beriman. Menghayati Aturan Allah SWT tentang kejayaan yang dipergilirkan itu, adalah terapi yang paling mujarrab atas penyakit kejiwaan Postpower Syndrome. WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 13 Oktober 1996