8 Oktober 2000

444. Matahari

Sebenarnya seri ini telah lama dipersiapkan, direncanakan dengan nomor 429, yaitu sesudah seri Barzanji. Namun pembicaraan melangit (baca: matahari) ini ditunda terus karena selalu digeser oleh masalah yang membumi (baca: pergolakan tanah air). Dipikir-pikir kini tiba saatnya untuk melangit, sebab perkara membumi seperti kenaikan BBM, kerancuan berlogika Tommy (baca: Bob Nasution) antara mengaku bersalah (baca: permintaan grasi) vs masih mengaku benar (baca: PK), sudah tidak ada lagi sela-sela yang ketinggalan, sehingga sudah basi untuk di bahas pada hari Ahad ini.

Pada waktu diskusi tentang Barzanji yang diselenggarakan oleh IMMIM, sebelum memberikan tanggapan, Husni Jamaluddin beringsut mendekati tempat duduk saya menanyakan berapa derajat gerangan suhu matahari. Saya jawab bahwa tidak hafal betul berapa derajat tepatnya, pokoknya di atas 5000 derajat C, besipun menjadi gas. Dalam tanggapannya Husni Jamaluddin mengatakan bahwa Barzanji itu adalah karya seni, jadi harus difahamkan secara metaphoris. Kepada Nabi Muhammad SAW diekspresikan dengan anta syamsun anta badrun, kaulah matahari, kaulah bulan. Kalau ini diartikan tidak secara metaphoris, maka habislah kita ini semuanya menguap menjadi gas. Saya berjanji dalam hati untuk menulis tentang matahari setelah seri Barzanji.

Matahari terdiri atas inti yang dibungkus oleh "atmosfer". Permukaan inti matahari disebut fotosfer dan "atmosfer"-nya disebut khromosfer. Sinar matahari dipancarkan terutama sekali dari tempat yang disebut fotosfer tadi itu, yang suhunya sekitar 6000 derajat C. Ini menunjukkan bahwa semua zat di tempat itu dalam fase gas.

Keadaan fisis dari gas-gas yang ada di khromosfer sama sekali tidaklah dalam keadaan tenang. Jadi berbeda seperti tatkala matahari menjelang pelukan malam di ufuk barat di atas muka laut, yaitu tenang-tenang saja, jika ditatap dengan mata telanjang. Menurut hasil pengamatan dengan teropong di matahari terdapat bintik-bintik hitam. Adapun bintik-bintik ini yang tiba-tiba saja muncul bergerak ke arah barat secara teratur. Ini disebabkan oleh perpusingan matahari pada sumbunya sekali dalam sekitar 25 hari. Umur bintik-bintik itu berkisar disekitar beberapa hari hingga bulanan. Setiap saat jika ada bintik yang diameternya 40 000 km ke atas, dapatlah bintik itu dilihat tanpa teropong melalui kaca yang hitam pekat (supaya mata tidak terbakar). Setiap 11 tahun bintik itu menjadi maksimum besarnya. Pada waktu itu terjadilah di bumi ini gejala berupa cahaya kutub menjadi cemerlang, serta di mana-mana di muka bumi terjadi badai magnet, secara sederhana dapat dideteksi dengan jarum pedoman yang menyimpang dan gemetar.

Bintik-bintik ini tidak lain dari sejenis puting beliung (cyclon) yang dahsyat berupa gas panas yang mengalir dengan gerak spiral berputar dari dasar ke permukaan khromosfer kemudian mendingin, sehingga nampak seperti bintik hitam itu. Bintik itu suhunya lebih rendah dari gas sekelilingnya dengan suhu 4000 hingga 5000 derajat C.

Pada waktu terjadi gerhana matahari penuh, piring bulan tepat-tepat menutup piring matahari, sehingga dapatlah dilihat lapisan terluar dari matahari, yaitu lapisan sebelah luar khromosfer. Lapisan terluar itu yang disebut corona tidak lain dari hasil karya matahari menyedot dukhan, massa yang halus, yaitu materi interstellair. Kerapatannya sekitar sepersejuta dari seperbilyun kerapatan udara.

Menurut Al Quran, langit itu identik dengan dukhan. Firman Allah SWT (transliterasi huruf demi huruf):
-- TSM ASTWY ALA ALSMA^ WHY DKHAN (S.HM ALSJDT, 11), TSM ASTWY ALA ALSMA^ FSWYHN SB'A SMWT (S.ALBQRT, 29) dibaca: tsummas tawa- ilas sama-i wahiya dukha-n (s.hamim assajadah), tsummas tawa- ilas sama-i fasawwa- hunna sab'a sama-wa-ti (s.albaqarah), artinya: Maka (Allah) menyengaja ke langit, yang dia itu dukhan (41:11). (Allah) menyengaja ke langit, maka disempurnakanNya tujuh benda langit (2:29).

Menurut ayat yang dikutip di atas itu, langit (dalam bentuk mufrad, singular) dia itulah dukhan, lalu dari dukhan itu Allah menjadikan benda-benda langit (dalam bentuk jama', plural), sedangkan 7 benda langit yang dimaksud adalah benda-benda langit yang mengorbit matahari diluar orbit bumi yang terdiri dari 6 planet dan 1 planetiod.(*) Ada pula yang berpendapat bahwa angka 7 menunjukkan jumlah yang paling banyak (angka 7 adalah bilangan prima tertinggi dari jumlah jari tangan yang dijadikan dasar dalam sistem desimal). Karena langit identik dengan dukhan, maka menurut Al Quran tidak ada ruang hampa.

Seperti disebutkan di atas dukhan hanya dapat diobservasi tatkala terjadi gerhana matahari penuh. Hasil observasi (berupa foto) gerhana matahari penuh tahun 1878, menunjukkan bahwa matahari menyedot dukhan sejauh 8-juta km. Matahari dan dukhan mengedari pusat Milky Way, namun matahari lebih laju sekitar 24 km per detik dari dukhan. Jadi matahari "berenang" dalam dukhan dengan laju sekitar 24 km per detik. Matahari mengedari pusat galaxy Milky Way dengan laju 450 km per detik. Dalam sekali edar matahari memerlukan waktu sekitar 224-juta tahun. Sejak Allah SWT menjadikan matahari dari dukhan, baru 20 kali beredar keliling pusat Milky Way. Laju matahari yang berenang dalam dukhan itu tampaknya tidak tetap. Ada korelasi antara laju berenang dengan banyaknya dukhan yang disedot, yaitu makin lambat makin banyak dukhan yang disedot.

Tidak jauh dari kutub utara orang mendapatkan di sana batu bara. Itu berarti pernah di tempat itu beriklim seperti iklim tropis dewasa ini. Itu menunjukkan bahwa pada era itu matahari berenang lebih lambat (kurang dari 24 km per detik), sehingga lebih banyak dukhan yang disedotnya, yang menyebabkan volume matahari membesar, lalu jarak antara bumi dengan matahari menjadi lebih pendek, sehingga suhu di permukaan bumi menjadi naik. Itulah penjelasan mengapa di kutub utara juga didapatkan batubara.

Dari mana matahari memperoleh energi yang tak putus-putusnya memancarkan sinar yang panas itu? Ini sudah dijelaskan dalam Seri 014. Karena sudah berjarak 430 Seri, kita ulangi lagi dalam seri ini. Pertanyaan ini dapat dijawab oleh ilmu fisika inti. Setiap saat di matahari terjadi reaksi inti panas (thermonuklir), yaitu dari 4 atom hidrogen (H) berfusi menjadi 1 atom helium (He). Dalam kenyataan 4 atom H lebih berat dari 1 atom He, artinya setelah reaksi inti ada materi yang hilang. Sebenarnya tidak hilang tetapi berubah wujud menjadi energi yang disebut sinar gamma. Itulah rahasianya dari mana energi yang dipancarkan matahari itu berasal, yaitu dari perubahan wujud materi menjadi energi setelah terbentuk atom He. Reaksi thermonuklir mengambil tempat dalam inti matahari, karena suhu di tempat itu sekitar 20-juta derajat C, yang memungkinkan reaksi thermonuklir itu dapat berlangsung.

Matahari sebagaian besar terdiri atas hidrogen, dan bahan bakar nuklir ini cukup untuk membangkitkan energi selama sekitar 3,5 - 5 milyar tahun lagi dari sekarang. Proses reaksi inti itu menyebabkan suhu matahari secara perlahan meningkat terus, dan diperkirakan dalam satu milyar tahun lagi suhunya sudah demikian tingginya sehingga di bumi ini tidak mungkin ada kehidupan lagi. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 8 Oktober 2000
----------------------
(*) Ketujuh benda langit itu adalah: 1.Marikh (Mars), 2.Planetoid, 3.Mustari (Jupiter), 4.Zohal (Saturnus), 5.Uranus, 6.Neptunus dan paling luar 7.Pluto. Planetoid itu diperkirakan sebuah planet yang hancur berantakan oleh suatu sebab yang belum diketahui. Sehingga pada bagian luar bumi kita ini beredar 6 planet + 1 planetiod = 7 benda langit.