17 Desember 2000

454. Memperingati NuzululQuran

Kita mulai dahulu dengan cara menuliskan NuzululQuran. Sesungguhnya terdiri atas dua kata NZL (Nuzulu) dan ALQRAN (AlQuran). Jadi kalau dituliskan secara terpisah dalam huruf Latin, seharusnya Nuzulu AlQuran. Tetapi kalau demikian cara menulisnya maka mengucapkannya menjadi salah. Supaya cara mengucapkannya benar, maka pada umumnya orang menuliskan Nuzulul Quran. Maka bertemulah kita dengan buah si malakama. Dimakan mati ayah, tidak dimakan mati ibu. Dituliskan Nuzulu Al Quran, tulisannya benar, tetapi cara mengucapkannya menjadi salah. Dituliskan Nuzulul Quran cara mengucapkannya benar, tetapi cara menulisnya salah, sebab huruf l terakhir bukan milik Nuzulu, melainkan milik Quran. Maka untuk menghindarkan makan buah si malakama, kita tulisknlah seperti dalam judul di atas NuzululQuran.

***
Dalam rangka memperingati NuzululQuran. kita akan membahas penggalan sebuah ayat, yaitu seperti berikut (transliterasi huruf demi huruf demi keotentikan):
-- SYHR RMDHAN ALDZY ANZL FYH ALQRAN HDY LLNAS WBYNT MN ALHDY WALFRQAN (S. ALBQRT, 185), dibaca: syahru ramadha-nal ladzi- unzila fi-hil qur.a-nu hudal linna-si wabayyina-tim minal huda- walfurqa-ni (s. albaqarah), artinya: Bulan Ramadhan, yaitu di dalamnya diturunkan Al Quran, petunjuk bagi manusia, dan kejelasan dari petunjuk itu dan Al Furqan (2:185). Yang dimaksud dengan Al Furqan dalam ayat (2:185) itu menyangkut dengan nilai mutlak. Furqan dibentuk oleh akar yang terdiri dari tiga huruf FRQ (fa, ra, qaf), artinya memotong, memisahkan. Al Furqan berarti pemisah antara yang baik dengan yang buruk, antara yang benar dengan yang salah. Al Furqan adalah petunjuk mengenai akhlaq.

Manusia adalah sekaligus makhluq individu dan makhluq sosial. Sebagai makhluq individu petunjuk itu berupa aqidah dan ajaran akhlaq, serta tata-cara ataupun hukum-hukum yang menyangkut hubungan antara manusia dengan Allah. Sebagai makhluq sosial petujuk itu berupa pedoman operasional dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, serta petunjuk dalam mengkaji sunnatuLlah (istilah sekulernya: hukum alam) dan mengelola alam sekitar. Keseluruhan petunjuk itu disebut Syari'at Islam.

***
Sesungguhnya multi krisis yang melanda sekarang ini berakar dari pelanggaran Syari'at Islam sebabagi petunjuk bagi manusia sebagai makhluq sosial, berupa pedoman operasional dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Orde Baru membangun negara ini dengan strategi akselerasi modernisasi. Konseptor strategi tersebut adalah CSIS, yang dibentengi Ali Murtopo, diotaki oleh mafia Berkely, dengan tokohnya Emil Salim. Strategi itu mempercepat pertumbuhan ekonomi, memperbesar kue pembangunan yang diukur dalam GNP. Maka muncullah para taipan, yaitu konglomerat keturunan yang dekat istana, seperti Liem Siu Liong, yang disusul oleh anak-anak Soeharto, lahirlah kronisme dan nepotisme. Konglomerat keturunan itu dan anak-anak Soeharto memberi imbas kepada para birokrat yang menumbuh suburkan kolusi dan korupsi. Mafia Berkely bersinergi dengan tradisi "kebulatan tekad" yang dimotori oleh Harmoko di bidang politik menjelang setiap pemilihan presiden. Itulah sesungguhnya yang bertanggung-jawab secara moral dan intelektual timbulnya KKN.

Kroni Soeharto itu menguasai peredaran dana sekitar 70%, padahal jumlah mereka tidak cukup 200 orang. Perekonomian yang ditopang oleh para kroni Soeharto itu yang juga mempunyai bank, yang menarik dana dari masyarakat, kemudian diputar oleh perusahaan milik taipan itu pula. Juga meminjam dana dari luar. Tatkala tiba masanya pinjaman itu harus dikembalikan bersama bunganya, maka dollar dikejar-kejar, yang berujung pada krisis moneter. Bersinergi pula dengan kredit macet yang menyebabkan bank-bank sakit parah.

Oleh karena dana itu hanya sekitar 30% yang beredar dalam kalangan pengusaha menengah dan kecil yang jumlahnya ribu-ribuan, maka struktur bangunan perekonomian ibarat kerucut terbalik menjadi sangat rapuh. Lalu dengan ambruknya kebanyakan dari konglomerat itu karena menanggung utang luar negeri yang tak sanggup mereka bayar, maka ambruk pula struktur bangunan perekonmian kita, timbullah krisis ekonomi.

KKN, anak haram yang dilahirkan oleh strategi akselerasi modernisasi, beranak pula yaitu krisis akhlaq dan krisis hukum. Jadi multi krisis itu berakar dari strategi akselerasi modernisasi, penumpukan (konglomerasi) dana pada segelintir konglomerat. Ini bertentangan dengan Syari'at Islam dalam bidang ekonomi dan keuangan, seperti Firman Allah (transliterasi huruf demi huruf demi keotentikan):
-- KY LA YKWN DWLT BYN ALAGHNYAa MNKM (S. ALHSYR, 7), dibaca: kay la- yaku-na du-latam baynal aghniya-i mingkum (a. alhasyr), artinya: supaya kedaulatan (ekonomi) itu jangan beredar di kalangan orang-orang kaya di antara kamu (59:7).

Dalam pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid sekarang ini kurang jelas ke mana arahnya kebijakan ekonomi itu, karena tidak ada sinkronisasi di antara para menteri bersangkutan. Rizal Ramli cenderung seperti mafia Berkely, berbaik-baik, bertegur sapa dengan konglomerat, sedangkan Bungaran Siregar, yang sangat memperhatikan petani beras, berteriak-teriak karena kredit mereka tidak keluar-keluar, berhubung perbankan tidak mendukung. Adalah tanggung jawab Wakil Presiden Megawati untuk mempertemukan menteri-menteri bersangkutan dalam satu majelis meja bundar. Namun yang terpenting apabila Syari'at Islam tidak diperhatikan dalam menjalankan roda pemerintahan, maka jangan harap multi krisis dapat ditanggulangi. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 17 Desember 2000