4 Februari 2001

461. Hematlah dengan Bahan Bakar dan Peliharalah Hutan

Sesungguhnya seri ini erat kaitannya dengan Seri 459, yang substansinya mengenai tuntunan Syari'at Islam dalam kehidupan berbudaya, terkhusus tentang pengkajian TaqdiruLlah yang terfokus pada seluk-beluk pembakaran, seperti dalam Firman Allah SWT (transliterasi huruf demi huruf demi keotentikan):
-- ALLDZY J'AL LKM MN ALSYJR ALAKHDHR NARA FADZA ANTM MNH TWQDWN (S. YS, 80), dibaca: alldzi- ja'ala lakum minasy syajaril akhdhri na-ran faidza- antum minhu tu-qidu-n (s. ya-sin), artinya: Yaitu Yang menjadikan api bagimu dari hijau pohon dan dengan itu kamu membakar (36:80).

Secara sangat singkat akan dikemukakan sebagian kecil yang telah dibahas dalam Seri 459. Butir-butir hijau pohon yang terdapat dalam plasma sel berfungsi sebagai pabrik yang tenaga pengolahnya adalah foton dari matahari. Proses dalam pabrik itu disebut photosynthesis, mengadakan sintesa dengan foton:

Karbon dioksida dan air diolah oleh butir-butir hijau pohon yang berfungsi sebagai pabrik itu menjadi glucose dan oksigen, kemudian glucose itu dibentuk menjadi pati, yang mengandung tenaga potensial molekuler kimiawi. Tenaga potensial ini muncul dalam wujud api (baca: tenaga panas) melalui reaksi eksotherm jika pati itu dibakar. Dalam alam pati dikenal sebagai bahan bakar berupa kayu-kayuan dan bahan bakar fosil: batu bara dan minyak bumi, yang proses pembentukannya mengambil waktu jutaan tahun.

***
Dari segi pemakaian ada perbedaan yang mendasar antara tenaga potensial molekuler kimiawi dengan tenaga potensial air. Air itu mempunyai tenaga potensial berhubung letaknya. Makin tinggi letak air dari permukkan laut, makin tinggi pula tenaga potensialnya. Dalam ilmu bumi tenaga potensial air disebut batubara putih, karena buih air terjun berwarna putih. Negeri-negeri Skandinavia terkenal dengan batubara putihnya. Dimana letak perbedaan mendasar antara tenaga potensial molekuler kimiawi dengan tenaga potensial air dilihat dari segi pemakaiannya? Tenaga potensial molekuler kimiawi dipakai sekali jadi. Kalau dibakar habislah sudah, tidak dapat diperbaharui lagi. Kalau tenaga potensial air terdaur kembali, senantiasa dapat diperbaharui lagi. Tenaga untuk mendaur kembali itu dilakukan oleh foton dari matahari. Permukaan air laut dan danau dipukul oleh foton, gerak molekul air dipercepat, sehingga dapat meloncat lepas ke udara, yang dalam hal sehari-hari dikenal sebagai penguapan. Air yang menguap itu membubung ke atas membentuk awan tebal, kemudian turun kembali ke bumi yang dikenal sebagai hujan. Air hujan masuk ke dalam tanah ditahan oleh bunga tanah dan akar pepohonan (baca: hutan). Dedaunan pepohonan di hutan yang gugur dicerna oleh bakteri menjadi bunga tanah. Makin lebat hutan makin tebal pula lapisan bunga tanah, makin besar pula potensinya menahan air hujan yang meresap ke dalam tanah. Air dalam tanah yang dilepas berdikit-dikit oleh bunga tanah, lalu muncul kepermukaan bumi berwujud mata air yang menjadi hulu sungai yang mengalirkan air itu ke laut. Maka selesailah daur ulang itu. Air adalah batubara putih yang dapat diperbaharui.

Bukan itu saja gunanya hutan. Hutan dikenal secara umum sebagai paru-paru dunia. Apa betul hutan itu paru-paru dunia, mari kita lihat. Dari reaksi kimia yang dinyatakan dengan kalimat-kalimat di atas itu dapat dilihat bahwa butir-butir hijau pohon yang berfungsi sebagai pabrik itu mengubah karbon dioksida dan air menjadi bahan bakar dan oksigen. Dengan demikian hutan berfungsi ganda, mereduksi karbon dioksida hasil kebudayaan manusia bakar-membakar itu. Kebudayaan manusia yang rakus dengan bakar-membakar itu, jika hutan sudah dibabat hampir habis, maka tambah teballah lapisan karbon di oksida di udara penyebab efek rumah kaca, yang menimbulkan pemanasan global, sehingga iklim menjadi liar, amburadul.

Dikatakan di atas hutan berfungsi ganda, sebab di samping mereduksi konsentrasi karbon dioksida di udara, hutan melepaskan oksigen ke udara, seperti kita lihat dalam reaksi kimia karya butir-butir hijau pohon itu. Persediaan oksigen di udara tidak akan susut, apabila hutan tidak dibabat. (Barangkali itulah sebabnya dalam rasa bahasa ungkapan main kayu mengandung arti yang miring). Jadi apakah benar jika dikatakan hutan itu paru-paru dunia? Dilihat dari segi ilmu qias (analogi), perumpamaan itu tidak benar! Paru-paru mengambil oksigen, melepaskan karbon dioksida, sebaliknya hutan mengambil karbon dioksida, melepaskan oksigen.

Petunjuk Syari'at Islam mengenai fungsi butir-butir hijau pohon sebagai pabrik bahan bakar yang dinyatakan dalam ayat (36:80), mengandung pula pesan-pesan nilai yang sangat penting bagi kehidupan kita, yaitu: hematlah dengan bahan bakar dan peliharalah hutan. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 4 Februari 2001