17 Juni 2001

479. Kultus Individu

Sebelum menjelaskan apa itu kultus individu, dalam suasana peringatan Maulid, eloklah kita lebih dahulu bertamasya ke museum sejarah di Al Qahirah (Cairo) yang menyimpan antara lain dua bukti sejarah yang berhubungan dengan Risalah yang dibawakan Nabi Muhammad SAW.

Firman Allah SWT (demi keotentikan transliterasi huruf demi huruf): FALYWM NNJYK BBDNK LTKWN LMN KHLFK AYT (S. YWNS, 92), dibaca: Falyawma nunajji-ka bibadanika litaku-na liman khalfaka a-yatan (s. yu-nus), artinya: Maka hari ini Kami selamatkan badan engkau, supaya menjadi tanda bagi orang-orang sesudah engkau (10:92).

Tatkala Firaun menjelang maut ditenggelamkan Allah SWT di dasar Laut Merah, lalu terjadilah dialog, bahwa Firaun menyatakan beriman kepada Allah SWT, tetapi Allah SWT menjawab, mengapa baru sekarang mau beriman, dan selanjutnya Allah SWT berfirman seperti ayat (10:92). Siapakah Firaun itu yang ditenggelamkan Allah SWT? Nabi Musa AS berhadapan dengan 2 Firaun dari Dinasti ke-19, yaitu Firaun Ra-Mose II (1298 - 1232) Seb.M dan Firaun Mern-Ptah (1232 - 1224) Seb.M. Firaun Mern-Ptah inilah yang diselamatkan badannya, kemudian mayatnya terdampar di pinggir Laut Merah sebelah barat, dipungut rakyatnya, lalu dimumikan. Satu-satunya mumi Firaun di dalam museum di Cairo yang mengandung garam adalah mumi Firaun Mern-Ptah. Sepeninggal Firaun Mern-Ptah terjadi khaos di Mesir selama 24 tahun (1224 -1200) Seb.M.

Dalam museum di Cairo tersimpan surat dari Nabi Muhammad SAW dalam huruf yang betul-betul gundul, tidak bertitik dan tidak berbaris (demi keotentikan transliterasi huruf demi huruf): MN MUMD ABD ALLH WRSWLH ALY ALMQWQS AL'AZHYM ALQBTH: dibaca: min Muhammadin 'abdiLla-hi warasu-lihi ilal Muqawqisil 'azhi-mil Qibthi, artinya: dari Muhammad hamba Allah dan RasulNya, kepada Muqawqis, pembesar Qibthi (Copti). Surat itu ditutup dengan Firman Allah SWT (demi keotentikan transliterasi huruf demi huruf):
-- QL YAHL ALKTB T'AALWA ALY KLMT SWA^ BYNNA WBYNKM ALA N'ABD ALA ALLH WLA TSYRK BH SY^A WLA YTKHDZ B'DHNA B'ADHA ARBABA MN DWN ALLH FAN TWLWA FQWLWA ASYHDWA BANA MSLMWN (S. AL'AMRAN, 64), dibaca: qul ya-ahlal kita-bi ta'a-law ila- kalimatin sawa-im baynana- wabaynakum alla- na'buda ilaLla-ha wala- tusyrika bihi- syay.aw wala- yattakhidza ba'dhuna- ba'dhan arba-bam minduniLla-hi fain tawallaw faqu-lusy hadu- bianna- muslimu-n (s. ali 'imra-n), artinya: Katakanlah, hai Ahli Kitab, marilah kamu (berpegang) kepada kalimat yang sama di antara kami dan kamu (bahwa) tiada yang kita sembah selain Allah, dan tiada kita mempersekutukanNya dengan sesuatupun, dan tiada setengah kita mengangkat setengah menjadi puja-pujaan selain Allah. Kalau mereka berpaling, maka katakan, jadi saksilah kamu, bahwa kami orang-orang Islam (3:64).

Yattakhidza ba'dhuna- ba'dhan arba-ban, setengah kita mengangkat setengah menjadi puja-pujaan, itulah yang disebut kultus individu, memuja orang. Muqawqis pembesar Copti beragama Nasrani dengan theologi aliran Arius Alexander, yang tidak mengkultuskan Nabi 'Isa AS, yang tidak menganut trinitas, yang sekarang aliran itu dikenal dengan unitarian Christian. Surat Nabi Muhammad SAW yang membuka hubungan diplomatik antara Madinah dengan Al Qahirah itu membuahkan perkawinan antara Nabi Muhammad SAW dengan Sitti Maria Al Qibthi, yang melahirkan Ibrahim, yang meninggal tatkala di Madinah terjadi gerhana matahari penuh. Untuk menghindarkan kultus individu, Nabi Muhammad SAW mengeluarkan maklumat bahwa tidak ada hubungannya antara kematian Ibrahim dengan gerhana matahari.

***

Baru-baru ini Roeslan Abdul Gani menyatakan kegusarannya, dalam hubungannya dengan peringatan 100 tahun Bung Karno, karena adanya tendensi untuk mengkultus individukan Bung Karno. Sedangkan semacam Roeslan Abdul Gani, yang dikenal dengan julukan Jubir Usman (juru-bicara Manipol-Usdek), penganut setia ajaran Bung Ksrno menjadi gusar, betapa pula kita yang selektif terhadap ajaran Bung Karno, tentu logis kalau lebih gusar lagi.

Inti ajaran Bung Karno terletak dalam "Pancasila" yang diperkenal-kannya pada 1 Juni 1945, yaitu: 1.Kebangsaan Indonesia. 2.Internasio-nalisme. 3.Mufakat. 4.Kesejahteraan Sosial. 5.Ketuhanan yang berkebuda-yaan. Sebelumnya, pada 29 Mei 1945, Mr.Moh.Yamin telah mengemukakan terlebih dahulu lima asas, tetapi ia belum berikan nama, seperti berikut: 1.Peri Kebangsaan. 2.Peri Kemanusiaan. 3.Peri Ke-Tuhanan. 4.Peri Kerakyatan. 5.Kesejahteraan Rakyat. Dituliskan dengan "Pancasila" (di antara dua tanda kutip), karena "Pancasila" ala Bung Karno itu tidaklah konstitusional, berhubung redaksional dan susunan silanya berbeda dengan alinea ke-4 Pembukaan UUD-1945. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, hanya diletakkan pada urutan kelima dengan redaksional Ketuhanan yang berkebudayaan.

Asas kebangsaan yang diletakkan pada urutan pertama mempunyai konsekwensi logis mempersatukan nasionalisme, agama dan komunisme, yang disingkat Bung Karno menjadi Nasakom. Artinya pemerintahan dengan koalisi Nasakom itu bercikal-bakal dari "Pancasila" ala Bung Karno. Pemerintahan Nasakom ini menjadikan orang-orang komunis "naik daun" dan mencapakai klimaxnya dengan pemberontakan komunis jilid kedua pada 30 September 1965, yang dihancurkan oleh Orde Baru.

Secara jujur patut dihargai jasa Orde Baru dalam hal menghancurkan komunisme. Namun kesalahan Orde Baru dengan menanamkan pohon KKN tidaklah dapat dimaafkan. Sehingga patut diwaspadai "come back"-nya Orde Baru dalam percaturan politik. Namun yang harus lebih diwaspadai lagi ialah "come back"-nya Orde Lama dengan ajaran Bung Karno Nasakom, yang bercikal-bakal dari "Pancasila" kelahiran 1 Juni 1945, yang meletak-kan kebangsaan pada urutan pertama yang membuahkan Nasakom itu. Walla-hu a'lamu bisshawa-b

*** Makassar, 17 Juni 2001