23 Juni 2002

529. Filsafat Jari Tangan

Firman Allah:
-- AQRAa BASM RBK (S. AL'ALQ, 1), dibaca: Iqra' bismi rabbika (s, al'alaq), artinya: Bacalah atas nama Maha Pengaturmu (96:1). Apa yang dibaca? Yang dibaca adalah ayat, baik ayat qawliyah (Al Quran), maupun ayat kawniyah (alam syahadah). Dengan membaca kedua jenis ayat itu dapatlah kita melihat amsal yang diisyaratkan Allah SWT kepada kita. WYDHRB ALLH ALAMTSAL LLNAS L'ALHM YTDZKRWN (S. ABRAHM, 25), dibaca: wayadhribu lla-hu amtsa-la linna-si la'allhum yatadzakkaru-n. Allah memberikan beberapa amsal kepada manusia, supaya mereka mendapat peringatan (14:25).
Marilah kita ambil ayat kwaniyah yang sangat akrab dengan diri kita, kelima jari dari salah satu tangan kita. Berbagai hikmah dan tafsiran yang boleh diandaikan dengan menilik jari kita yang lima. Cobalah tilik baik-baik jari kita. Luruskan ia ke hadapan dalam keadaan terbuka. Renungkan dalam-dalam. Kewajiban shalat lima waktu jangan diabaikan.

Kemudian duduklah bersila. Tempelkan jari itu di atas ubin, lalu perhatikan.
Sebermula, tiliklah jari kelingking yang kecil dan kerdil, seperti manusia dan apa saja yang akan bermula dari kecil kemudian besar dan terus membesar. Itulah fitrah insan dan alam seluruhnya. Apa saja yang dilakukan mesti bermula dari kecil, berjenjang naik. Seperti kata bidal Melayu lama: Melentur buluh biarlah dari rebungnya". Kegagalan mendidik di usia ini akan memberi kesan yang besar pada masa depan. Seperti kata bidal Melayu lama: Kecil teranja-anja, besar terbawa-bawa.

Arkian, beralihlah menilik jari kedua, jari manis namanya. Inilah usia remaja. Usia remaja Isma'il tatkala Nabi Ibrahim AS mendapat isyarat dari Allah SWT untuk mengurbankannya.
-- BLGH M'AH SA'AY (S. ALSHFT, 102), dibaca: balagha ma'ahus sa'ya (s. Ashshaffa-t), artinya telah sanggup berusaha bersama (ayah)-nya (37:102). Pada ketika ini, alam remaja, awas!!! Banyak kemungkinan menunggu di depan. Jari manis bercincin, godaan romantika yang menjurus ke arah baik atau buruk. Hanya iman kemudian taqwa yang membawa kepada jalan lurus
-- ALSHRATH ALMSTQYM (s. ALFAThH, 6), dibaca: ashshirathal mustaqi-m (s. Alfa-tihah), artinya: jalan lurus (1:6). Pada usia ini, segala amalan baik atau buruk sudah mulai dipertanggungjawabkan di hadapan Rabb al'A-lamiyn, tidak lagi seperti semasa jari kelingking, amal baik atau buruk belum masuk nominasi untuk dihisab di Hari Pengadilan.

Kemudian daripada itu, naiklah ke jari tengah. Jari yang paling tinggi. Zaman remaja ditinggalkan. Alam dewasa dijelang, status dan identitas masuk nominasi. Diperingkat umur ini kita haruslah berhati-hati betul, karena menghadapi banyak "hantu". Hantu hasad / dengki, hantu ego, hantu tamak, hantu iri hati dan seribu macam hantu lagi. Kalau akal gagal mengendalikan al hawa- (hawa nafsu), maka masuklah kita ke dalam perangkat syaithan. Tazkiyatunnafs, menjaga diri dengan melipat-gandakan 'amal 'ibadah, itulah pamungkasnya.

Seterusnya, jari telunjuk. Jari inilah yang menunjukkan Tawhid, Esanya Allah SWT ketika shalat. Genggamkan kesemua jari dan keluarkan jari ini. Gagahnya ia sebagai penunjuk arah, menjadi contoh dan teladan. Manusia yang berada di tahap usia ini, hendaklah tampil sebagai model kepada generasi baru dan pembimbing yang kaya dengan gagasan yang bernas.

'Ala- kulli hal, renungkan ibu jari. Besar dan pendek, namun menunjukkan kematangan dan kehebatan yang membanggakan. Bahkan dalam bahasa Makassar, tidak lagi dipandang sebagai jari, melainkan sudah meningkat menjadi tangan: Anrong lima, induk tangan. Menjadi identitas administratif, cap jari. Kalau dia ada, semua urusan berjalan lancar. Tanpa dia tangan tidak dapat memegang. Buat generasi muda, rujuk dahulu kepada orang tua atau yang berpengalaman dalam hal amal shalih. Sekiranya petunjuk mereka kita patuhi, nescaya kita boleh berkata ahsan, bagus sambil menggengam semua jari dan mengangkat ibu jari ke atas.

Akhirulkalam, coba tilik sekali lagi jari-jari kita yang ditempelkan itu di atas ubin. Renung dan renungkanlah, serta pikirkan dalam-dalam. Dimanakah kita ini sekarang??? WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 23 Juni 2002