20 Oktober 2002

546. Amerika Menurut Seorang Amerika

Firman Allah:
-- WADZA QYL LHM LA TFSDWA FY ALARDH QALWA ANMA NhN MSHLhWN (S. ALBAQRt, 11), dibaca: wa idza- qi-la lahum la- tufsidu- fil ardhi qa-lu- innama- nahnu mushlihu-n (s. albaqarah), artinya: Apabila dikatakan kepada mereka, janganlah kamu berbuat bencana di muka bumi, mereka berkata, sesungguhnya kami berbuat kebajikan (2:11).

Seorang Amerika itu, yang termaktub dalam judul di atas, Noam Chomsky namanya. Ditengah arus besar "memerangi teroris", ada seorang Noam Chomsky yang berteriak nyaring: Amerikalah Sang Teroris!

Marilah kita putar jarum jam ke tahun 1977. Dalam tahun itu di Philadelphia, Pennsylvania, sekejap sebelum Dr. William Chomsky menutup mata untuk selamanya; di depan Elsie Simonovsky, istri dan kedua anaknya Noam dan David Chomsky, imigran Yahudi asal Rusia ini menuturkan beberapa bait pesan. "Anakku, jadilah engkau seorang individu terdidik yang memiliki integritas, bebas dan independen dalam berpikir, peduli dalam upaya meningkatkan dan mendorong kehidupan dunia, dan berpartisipasilah menciptakan hidup yang lebih bermakna dan bermanfaat bagi semua," ujar Yahudi berkebangsaan Rusia yang hijrah ke Amerika pada 1913 ini.

Pesan terakhir ini berdampak besar bagi Noam Chomsky, anak pertamanya. Sebagai pribadi, jadilah Noam, kini profesor linguistik di Massachuset Insitute Technology (MIT), seorang yang punya integritas tinggi, bebas, dan independen dalam berpikir. Ia, melalui karyanya berjudul Pirates and Emperor : International Terrorism in the Real World, yang telah diterjemahkan oleh Mizan dengan titel Maling Teriak Maling,; Amerika Sang Teroris ? membongkar kedok Amerika. Selama ini, Amerika, dengan gurita media massanya, telah menancapkan sebuah pemahaman yang keliru atas semua peristiwa dunia. Dengan jaringan media sebagai tentakelnya, Amerika memaksakan American Ideological System untuk mengontrol pikiran manusia melalui kata-kata dan pemberian makna tertentu. 'Kamus Adikuasa' itu menterjemahkan semua peristiwa menjadi sebuah keuntungan bagi Amerika.

Dalam buku itu, Chomsky, mencap Amerika sebagai "Kekuatan teroris utama" , yang menggunakan standar ganda dalam berbagai kasus. Yaitu dengan memproduksi "Newspeak" - ucapan baru. Terjadilah dua dunia dalam benak orang: dunia nyata dan dunia Newspeak. Chomsky telah menginventarisir sejumlah kata yang telah diserongkan maknanya.

Bila negara-negara Arab menerima posisi AS, mereka disebut "moderat'. Bila menolak disebut "ekstremis". Dalam benak orang disuntikkanlah melalui mas media bahwa kata "ekstremis", termasuklah di dalamnya a.l. PLO, Libya, Iran, , Thaliban dan Iraq.

Kata-kata berikutnya adalah "terorisme", yang pada mulanya berarti tindakan kekerasan yang dimaksudkan untuk menakut-nakuti lawan. Dalam Kamus Newspeak, terorisme adalah tindakan protes yang dilakukan oleh negara atau kelompok-kelompok kecil yang anti Amerika. Pembunuhan tiga orang Israel di Larnaca adalah terorisme, tetapi penyerbuan sasaran sipil di Tunisia, pembantaian Sabra dan Satila dan penyiksaan warga palestina disebut "pembalasan" atau "tindakan mendahului" (preemptive).

Dalam medan konflik Asia Barat (sudah berulang kali saya tulis, jika memakai predikat Timur Tengah, berarti kepala kita dipenggal, kaki berjejak di Indonesia, kepala ditaruh di Amerika) . Makna Newspeak "Proses perdamaian" berarti "usulan perdamaian yang diajukan oleh Amerika Serikat". Usulan-usulan perdamaian, yang dikemukakan oleh negara-negara Arab-apalagi Palestina (betapapun realistisnya)-dianggap sebagai penolakan. Untuk itu diciptakan sebuah Newspeak buat usulan yang tidak sama dengan usulan AS, yaitu rejeksionisme. Orang yang terbius oleh Newspeak itu akan bersimpati kepada AS yang selalu bersusah payah menciptakan perdamaian. Pada saat yang sama orang yang terbius itu membenci negara-negara Arab yang rejeknionis.

Pada Oktober 1980, misalnya. Presiden Amerika Jimmy Carter berkolusi dengan Jose Napoleon Duarte, salah satu kelompok yang bertikai di El Savador, melakukan penggilasan dan penyembelihan terhadap 50 ribu rakyat disana dengan dalih "memberantas gerilyawan pemberontak". Peristiwa mirip El Savador itu juga terjadi dilain tempat, yaitu Palestina, Kuba, Jepang, Guatemala, Vietnam, Korea Selatan, Iran, Iraq dan, yang terakhir Afghanistan. Rakyat Afghanistan, dibalut duka yang ditebar 'burung-burung besi pembunuh' AS. Langit Afghan yang selama ini berisi awan dan pelangi berubah menjadi gelaran karpet kematian.

"Kami hanya melihat ibu dan anak-anak kami mati. Mengapa anda bunuhi kami? Apa sih yang kami lakukan, para warga sipil ini kepada anda," ratap Khawaja Ahmad (25), bersama dua anaknya yang kini mengungsi di Jalalabad, seperti dikutip koran USA Today. Ia menjadi saksi hidup penghancuran ratusan rumah mereka dan puluhan orang meregang nyawa.

Chomsky, Profesor linguistik yang telah menulis lebih dari 30 buku, sejak 1965 konsisten mengkritik keras kebijakan luar negeri Pemerintah AS. Ia menjadi figur yang cukup disegani lantaran kekritisannya. Namun, ia bagai teriak di lorong yang sunyi di tengah arus besar, apa yang mereka sebut, 'Perang melawan Teroris'. Mampukah teriakan Chomsky menghentikan teror bagi rakyat sedunia?

Ala kulli hal, mampukah Pemerintah RI bertahan dari tekanan Amerika, yang sesungguhnya kedaulatan kita telah didaulat Amerika melalui IMF? WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 20 Oktober 2002