25 Juli 2004

635. Hati Nurani

Dalam kedua rangkaian lontaran kampanye yang baru lalu, samada kampanye untuk Lembaga Legislatif atau kampanye untuk Pilpres-capres, ungkapan seperti dinyatakan dalam judul di atas, sangatlah intensif dikemukakan: "Tanyalah hati nurani masing-masing." Orang biasanya mengidentikkan hati nurani itu dengan suara hati (human conscience). Apakah memang pemahaman tersebut seperti demikian itu? Selain dari pada itu ada seorang dokter yang mengeluh: "Saya pusing juga, dalam pelajaran anatomi tidak ada itu organ hati nurani. Ada juga organ hati, yaitu liver (bhs Inggris)."

Menurut al 'Ilm al Nafs (ilmu nafsani), manusia terdiri atas tiga tataran, yaitu: jasmani, nafsani dan ruhani. Dalam bahasa daerah Makassar jasmani disebut rupa tau (wajah zhahir manusia), nafsani disebut ilalanganna tauwa (bagian dalam manusia) dan ruhani disebut rahasia, dan biasa pula disebut maqnassa tau (manusia sesungguhnya). Berhubungan dengan itu ada ilmu jasmani, yaitu ilmu tubuh manusia, ilmu nafsani, yaitu ilmu kedirian (jiwa), disebut pula psikologi. Tidak ada ilmu ruhani, karena Allah berfirman:
-- WYSaLWNK 'AN ALRWh QL ALRWh MN AMR RBY WMA AWTYTM MN AL'ALM ALA QLYLA (S. BNY ASrAayl, 17:85), dibaca: wayas.alu-naka 'anir ru-hi qulir ru-hu min amri rabbi- wama- u-ti-tum minal 'ilmi illa- qali-lan (s. bani-isra-i-l), artinya: Mereka bertanya kepadamu (hai Muhammad) tentang ruh, katakanlah: ruh itu sebagian dari urusan Maha Pengaturku, kamu tiada diberi ilmu melainkan sedikit. Itulah sebabnya dalam bahasa Makassar seperti termaktub di atas tataran ruhani selain disebut maqnassa tau, disebut pula rahasia.

Dalam tataran jasmani ada qalb, dari Qaf-Lam-Ba arinya bolak balik, dalam bahasa Indonesia disebut jantung, dalam bahasa Inggris disebut heart. Dalam tataran nafsani juga ada qalb, juga sifatnya bolak-balik, baik-buruk, senang-susah, iman-kafir, inilah yang disabdakan Nabi Muhammad SAW, apabila qalb itu rusak, maka rusaklah manusia itu secara keseluruhan, baik qalb dalam tataran jasmani, maupun dalam tataran nafsani. Dalam bahasa Indonesia istilah qalb ini diadopsi menjadi kalbu, tetapi ada yang "segan" memakai ejaan "k", tetap memakai "q", karena dalam bahasa Arab kalb artinya anjing. Dalam bahasa Melayu asli qalb disebut hati, dalam bahasa Inggris heart. Padahal dalam tataran jasmani hati = liver (bhs Inggris).

Nurani diadopsi dari bahasa Al Quran "nurain", bentuk mutsanna (dual) dari nur. Jadi jangan dirancukan dengan nur'ain = cahaya mata, maksudnya kekasih. Dalam bahsa Arab ada tiga tingkat: nur, mufrad (tunggal=singular), nurain, mutsanna (ganda=dual) dan anwar, jama' (jamak=plural, tiga ke atas). Nurain adalah:
-- NWR 'ALY NWR, (S. ALNWR, 24:35), dibaca: Nu-run 'ala- Nu-rin" (s. annu-r), artinya cahaya di atas cahaya.
Cahaya yang satu ialah Nur Muhammad, cahaya berupa Risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW:
-- LA SYRQYt WLA GHRBYt, (S. ALNWR, 24:35), dibaca: la- syarqiyyah wa la- gharbiyyah, artinya tidak di timur, tidak di barat.
Sedangkan nur yang satu lagi ialah Nur Allah, Hidayah dari Allah. Hidayah Allah dipancarkan oleh Allah tak putus-putusnya, ibarat matahari yang memancarkan sinarnya ke sekelilingnya. Pada pihak yang lain manusia harus aktif berikhtiar untuk mendapatkan Hidayah Allah yang dipancarkan Allah itu. Ibarat seorang manusia yang ada di dalam ruang yang gelap gulita tidak membuka pintu ruang itu, mana mungkin akan mendapatkan sinar matahari. Demikian pula apabila orang itu tidak membuka pintu qalbunya, mana mungkin akan mendapatkan Hidayah Allah.

Alhasil, hati nurani itu lebih dalam maknanya ketimbang hanya sekadar suara hati, karena suara itu hanya sekadar gerak hati, sedangkan hati nurani adalah suara hati ataupun gerak hati yang disinari oleh kedua cahaya itu. Risalah Nabi Muhammad SAW, yaitu Islam, tidaklah mungkin dapat diterima oleh manusia, bagaimanapum pintarnya, jika ia tidak ikhtiarkan membuka qalbunya untuk disinari Hidayah Allah. Itulah makna Firman Allah:
-- AD'A ALY SBYL RBK BALhMt WALMW'AZHt ALhSNt WJADLHM BALTY HY AhSN AN RBK HW A'ALM BMN DHL 'AN SBYLH WHW A'ALM BALMHTDYN (S. ALNhL, 16:125), dibaca: ud'u ila- sabi-l rabbika bil hikamti walmaw'izhatil hasanati waja-diluhum billati- hiya ahsanu inna rabbaka huwa a'lamu biman dhalla 'an sabi-lihi- wahuwa a'lamu bilmuhtadi-na (s. annahlu), artinya: Ajaklah (manusia) ke jalan (menurut Petunjuk) Allah dengan bijak dan informasi yang baik dan bertukar pikiranlah dengan mereka itu dengan sebaik-baiknya, sesungguhnya Maha Pengaturmu Dia lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan (menurut Petunjuk)-Nya dan Dia mengetahui siapa yang mendapat Hidayah.

Ummat Islam diperintahkan Allah berda'wa (mengajak) dengan bijak, memberikan informasi, bertukar pikiran, namun hasilnya tergantung pada yang diajak apa ia mau membuka qalbunya untuk disinari Hidayah Allah, dan dalam konteks ini hanya Allah yang Maha Mengetahui siapa yang menutup pintu qalbunya dan siapa yang membuka pintu qalbunya. Samada membuka atau menutup pintu qalbu, itu diserahkan Allah sepenuhnya kepada manusia untuk memilih. Ya, kebebasan memilih, bukan dalam konteks Pemilu, melainkan dalam konteks memilih mau beriman, atau mau kafir.
-- WQL ALhQ MN RBKM FMN SYAa FLYWaMN WMN SYAa FLYKFR (S. ALKHF, 18:29), dibaca: wa qulil haqqu mir rabbikum faman sya-a falyu'min waman sya-a falyakfur (s. alkahfi), artinya: Kebenaran dari Maha Pengaturmu, siapa yang mau maka berimanlah, siapa uang mau maka kafirlah (S. Al Kahf, 29). WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 25 Juli 2004