26 September 2004

644. Apa Kabar Afghanistan dan Iraq?

Seperti diketahui Hamid Karza'i, yang didudukkan menjadi boneka sebagai penguasa Afghanistan oleh Bush administration, sebelumnya adalah penghubung CIA untuk kawasan Afghanistan dan menjadi binaan mereka. Hamid Karza'i dilindungi dari rakyatnya sendiri oleh pasukan "bodyguard" yang terdiri sekitar 200 orang serdadu Amerika. Bush administration habis-habisan menutupi kenyataan di mata dunia, bahwa mereka telah melakukan begitu banyak pembunuhan terhadap warga sipil di Afghanistan. Semua cara sensor dilakukan oleh pejabat Departemen Pertahanan AS untuk menutupi citranya sebagai pelaku kejahatan perang.

Penguasa Thaliban telah digantikan oleh pemerintah sementara Hamid Karza'i yang "angkatan perangnya" terdiri dari milisi etnis gado-gado yang sulit diatur dari berbagai bagian Afghanistan. Sejumlah penduduk Kandahar ada yang terang-terangan meratapi berakhirnya era pemerintahan Thaliban yang mereka katakan telah membawa tujuh tahun kedamaian, stabilitas, dan penghargaan atas etnis.

Di Kandahar banyak yang berdukacita atas berakhirnya pemerintahan Thaliban. Para peziarah yang berziarah ke pemakaman Mujahisin Thaliban di sudut kota Kandahar membungkuk untuk mengusap-usap batu putih halus yang melapisi pemakaman atau merenungi batu-batu nisan yang berhubungan dengan sejarah para pahlawan Thaliban. Sebuah batu tulis tinggi, dikelilingi oleh bendera-bendera yang berkibar pada tiang yang diukir dengan huruf Afghan Pasthun, penghormatan bagi Yar Mohammad Akhund, seorang mantan pejuang anti Soviet dan berikutnya menjabat sebagai Gubernur Thaliban di berbagai propinsi Aghanistan.(1)

"Pemuda-pemuda ini wafat di sini dalam kesendirian, di negeri asing. Mereka adalah saudara Muslim kami dan kami menangisi kepergian mereka." kata Sher Muhammad, 65 tahun, seorang kusir sado yang mengunjungi makam Mujahidin Arab. "Ini adalah kewajiban setiap Muslim untuk menyaksikan bahwa mereka dimakamkan secara terhormat."(2)

Serdadu pendudukan Amerika memulai pendudukannya seburuk dengan keadaaan serdadu komunis Uni Sovyet tatkala memulai pendudukannya dahulu di Afghanistan. Mujahidin Thaliban mengaplikasikan sistem monitor yang dikembangkan oleh para Mujahidin Afghanistan tatkala menghadapi serdadu komunis Uni Sovyet dahulu dalam tahun delapan puluhan. Dengan demikian missi "search-and-destroy" dari serdadu pendudukan Amerika selalu gagal, karena hanya memburu bayangan Mujahidin Thaliban belaka. Sekarang ini Afghanistan dalam keadaan khaos. Orang dapat bercermin tentang keadaan khaos itu dengan melihat ke dalam cermin keadaan khaos di Iraq sekarang ini.

Menurut The United Nations Drug Agency penguasa Thaliban telah memusnahkan sehabis-habisnya tanaman opium. Namun setelah penguasa Thaliban digulingkan secara democrazy yang tidak beradab oleh Bush administration, opium mulai ditanam lagi yang menghasilkan hingga 2700 ton setiap tahun. Bush administration terrorism dalam perangnya melawan "terrorist" membuahkan perdagangan opium yang kembali subur. "Kemenangan" Bush administration terrorism dalam perangnya melawan "terrorist" ibarat bayi yang lahir prematur.

***

State terrorism dalam wujud Bush administration berupaya untuk dapat menguasai seluruh kawasan negeri-negeri Islam yang kaya minyak. Langkah Bush administration di Iraq dilakukan mengulang keberhasilannya mendudukkan Hamid Karza'i menjadi boneka sebagai penguasa Afghanistan.

Penjajahan Bush administration terrorism atas Iraq tidak saja menebar maut bagi rakyat Iraq, lebih dari itu state terrorism AS juga ikut berperan dalam penyebaran minuman keras (miras) yang kian mengkhawatirkan. Sejak tahun 90-an peredaran miras di Irak sangat dibatasi sampai ambruknya rezim Saddam Husein pada April 2003 lalu. Ketika itu, miras hanya boleh dijual di tempat-tempat tertentu dan pada jam-jam tertentu pula. Selain itu, miras hanya boleh dijual dan dibeli oleh komunitas asing. Tapi kini, minuman laknat itu dapat dengan mudah ditemui di pinggir-pinggir jalan.

Tak jarang sejumlah anak-anak menjajakan miras di salah satu sudut Baghdad. Sementara di sebuah pintu gedung pertemuan di Baghdad tampak wajah-wajah belia menawarkan miras di pinggir-pinggir jalan. Karena berjualan di trotoar jalan, tentunya mereka sulit untuk memboyong kulkas sebagai tempat botol-botol miras. Mereka letakkan botol-botol itu di sebuah kotak yang atasnya di tutupi es, seperti es-kattang penjual es pallu butung di Makassar ini.

"Kami membeli minuman ini dari seorang agen dengan harga yang layak, lalu kami menjualnya lebih murah dari harga di toko, maka tak usah heran mereka tertarik untuk membelinya dari kami ketimbang di toko-toko, sebab harga kami lebih murah," ujar Saef Raad, seorang penjual miras seperti dilansir oleh Quds Press. Miras diperoleh pada beberapa lokasi, tetapi yang paling terkenal di kawasan Utara Iraq sebagai pensuplai utama miras ke Baghdad. Di sana, miras dijual secara grosiran dan dengan harga grosiran pula, imbuh Saef.

Sementara itu seorang pecandu miras mengatakan, "Saat ini kami dapat mengekspresikan kemauan kami dengan bebas. Dulu, minuman ini terlarang bagi kami, akhirnya kami terpaksa membeli dan meminumnya secara diam-diam." Menurut Johannes Jonathan, seorang pemilik toko miras di Iraq, saat ini bisnis miras berkembang pesat setelah serdadu pendudukan pasukan AS tiba, namun demikian dirinya masih mendapat hambatan dari para aktifis Islam.

Penyakit sosial lain yang tengah merebak di Irak pasca-kedatangan serdadu pendudukan militer AS adalah: pencurian, pembunuhan, penjarahan, pelecehan seksual dan sejumlah tindakan-tindakan kriminal lainnya. Alhasil, Bush administration terrorism memang bukanlah penyelamat, tetapi merupakan gerombolan perusak. Firman Allah:
-- WADZA QYLLHM LA TFSDWA FY ALARDH QALWA ANMA NhN MSHLhWN (A. ALBQRt, 2:11), dibaca: waidza- qi-lalahum la- tufsidu- fil ardhi qa-lu- innama- nahnu mushlihu-n (s. albaqarah), artinya: Apabila dikatakan kepada mereka janganlah kamu berbuat bencana di muka bumi, maka mereka berkata: sesungguhnya kami berbuat kebajikan.

Demikianlah, Bush berbusa-busa mulutnya berbual bahwa dia membawa kebaikan "demokrasi" kepada rakyat Iraq, padahal yang ditanamkan di Iraq adalah democrazy dan khaos. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 26 September 2004
-------------------------------
sumber: eramuslim.com

(1) Some in Kandahar Mourn the End of Taliban Rule

By Pamela Constable
Washington Post Foreign Service
Wednesday, January 16, 2002; Page A12
Kandahar, Afghanistan, Jan. 15

Every day, mourners slip into the Taliban cemetery at the edge of the city, stooping to caress the smooth white stones covering the graves or quietly contemplating the headstones that relate the history of Taliban heros. One tall slate stone, surrounded by flags fluttering on bamboo poles and carved in Afghan Pashto script, honors Yar Mohammad Akhund, a former anti-Soviet fighter and later a Taliban governor of several Afghan provinces. The tribute recounts the high points of his life, and death.

(2) "These boys died here alone, in a foreign country. They were our Muslim brothers and we weep for them," said Sher Mohammed, 65, a horse cart driver who was visiting the Arab cemetery Monday. "It is the duty of every Muslim to see they are buried with respect."