24 Oktober 2004

648. Reinkarnasi dalam Al Quran?

Menjelang akhir bulan Sya'ban, saya mendapat e-mail melalui jalur pribadi (Japri) dari seorang bernama Abdillah yang risau dan bimbang mengenai reinkarnasi. Abdillah sebenarnya tidaklah bimbang jika kepercayaan reinkarnasi itu ditulis oleh seorang beragama Hindu, karena memang itu adalah kepercayaan menurut agama Hindu. Akan tetapi Abdillah bimbang, karena seorang bernama Jusuf Achmad menulis tentang pengembaraan manusia, yang mirip-mirip reinkarnasi. Abdillah mengemukakan ayat yang dipakai sebagai landasan reinkarnasi, ialah QS. Al-Hajj [22] : 66, yang artinya:
-- Dan DIAlah ALLAH yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi), sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat mengingkari nikmat.

Selanjutnya Abdillah mengemukakan Jusuf Achmad "menafsirkan" tujuh langit berlapis-lapis yang berbau tahapan reinkarnasi dari pengembaraan kesadaran makhluk seperti berikut:

  1. Langit/Density Pertama - Kesadaran Mineral/Batu-batuan - earth, wind and fire.
  2. Langit/Density Kedua - Kesadaran Tumbuh-tumbuhan/Hewan.
  3. Langit/Density Ketiga - Kesadaran manusia umumnya; Density of choice - dimana kita memilih salah satu jalur kembali kepada yang Satu.
  4. Langit/Density Keempat- Kesadaran akan Kecintaan, Bumi sedang dalam taraf sangat awal Density-4 Positif dimana alam/hukum alam Density-3 masih dominan. Manusia(3D) bisa tetap damai melihat ulah binatang-binatang (2D) yang saling makan, karena percaya adanya suatu eko-sistem yang akan membuat keseimbangan (keadaan yang sepertinya chaos bisa dipandang dengan kedamaian). Oleh karena itu dia berhak hidup di alam 4D. Ketika seorang hidup di alam 4D dia akan dengan mudah mengunjungi planet-planet 3D di Alam Semesta ini dengan perasaan damai.
  5. Langit/Density Kelima - Kesadaran akan Kebijaksanaan, seluk beluk Alam Raya akan terbuka di tingkatan ini.
  6. Langit/Density Keenam - Kesadaran akan Kesatuan (Unity), di pertengahan alam ini kembali tidak ada lagi dualitas, tidak ada lagi positif-negatif, dimensi waktu sudah mulai tidak relevan.
  7. Langit/Density Ketujuh - Kesadaran akan Ketakberhinggaan, kembali ke alam Keillahian, awal dari suatu babak baru yang tak terbayangkan.
Abdillah menutup e-mailnya dengan: "Ustadz, saya minta tolong kepada ustadz agar pikiran hati dan pikiran saya menjadi jernih kembali, yang telah dikeruhkan berupa kerisauan dan kebimbangan akibat "dakwah" Jusuf Achmad itu.

Menurut hemat saya, jawaban saya kepada akhi Abdillah tentang "imajinasi" Jusuf Achmad itu, eloklah pula dipublikasikan melalui Serial Wahyu dan Akal - Iman dan Ilmu.

Ayat yang dikemukakan oleh Jusuf Achmad di atas itu aslinya:
-- WHW ALDZY AhYAKM TSM YMYTKM TSM YhYYKM AN ALANSN LKFWR (S. AhJ, 22:66), dibaca: wahuwal ladzi- ahya-kum tsumma yuhyi-kum innal insa-na lakafu-r, artinya: Dan Dia Yang menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian akan menghidupkan kamu (kembali), sesungguhnya manusia itu benar-benar kafir.

Ayat [22:66] tersebut dapat dijadikan justifikasi dengan di-"plintir" menjadi reinkarnasi oleh orang yang pada dasarnya memang cenderung percaya kepada reinkarnasi seperti Jusuf Achmad (nama Achmad ini sebenarnya menyimpang, itu sudah diplintir dengan memberi titik pada huruf h, mestinya Ahmad, tanpa titik di atas h).

Memang ada sebahagian orang yang mendahulukan "imajinasi"-nya, menerawang mengembara di dunia maya (bukan cyber space), maksudnya di dunia angan-angan, kemudian berupaya mendapatkan pengukuhan secara parsial dari ayat Al Quran. Secara parsial, maksudnya tidak menengok kepada ayat-ayat yang lain, seperti yang dilakukan oleh Jusuf Achmad (mestinya Ahmad, h tanpa titik). Imajinasinya tentang semacam reinkarnasi hanya melihat kepada ayat [22:66] di atas itu. Bahkan dalam pengembaraannya di dunia angan-angan tentang pengembaraan kesadaran makhluq, kesadaran manusia sangatlah ia paksakan untuk mendapatkan justifikasi Al Quran ialah tentang tujuh langit. Ada ayat yang tidak dapat diplintir ke arah reinkarnasi yaitu ayat [2:28], namun saya minta kesabaran pembaca untuk menunggu Seri 649 yad. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 24 Oktober 2004