12 November 2006

753. Is-Al, ya Bush

Is-Al dalam judul di atas bukan is dari to be (Inggeris) atau dari zijn (Belanda), dan al bukan kata sandang dari bahasa Arab ataupun berarti sudah dalam bahasa Belanda, melainkan singkatan dari kata asli bahasa Bugis, digubah oleh almarhum Andi Baso Amir. Pada waktu proklamator almarhum Bung Hatta puluhan tahun yang silam datang di Makassar ini, pernah menyatakan kekagumannya di rumahnya almarhum H.F. Luran. "Ada dua orang kepala daerah di daerah ini yang saya kagumi, Andi Baso Amir sebagai Bupati Bone dan Patompo' sebagai Walikota KMM. A.B. Amir seorang seniman, mampu menjadi Bupati dan Patompo' dalam keadaan tight money policy mampu membangun Makassar".

Firman Allah:
-- AN ALLH LA YGhYR MA BQWM hTY YGhYRWA MA BANFSHM (S. ALRa'D, 13:11), dibaca:
-- InnaLla-ha la- yughayyiru ma- biqawmin hatta- yughayyiru- ma- bianfusihim (tanda - dipanjangkan membacanya), artinya:
-- Allah tidak akan mengubah hal atas suatu kaum, hingga mereka itu mengubah hal pada diri mereka.

Anfus(un) adalah bentuk jama' dari Nafs(un) yang berasal dari akar Nun, Fa, Sin yang berarti diri atau jiwa. Dalam bahasa Bugis Nafs(un) disebut ale. Is-Al, Issengi Alemu, artinya tahu dirilah.

Bagian judul berikutnya, yaitu Bush, elok kiranya jika dikutip dari Seri 518:
Coba dicermati sepak terjang AS pasca 11 September 2001. Di samping motif ekonominya, AS sesungguhnya memerangi terorisme dalam rangka operasi "doktrin prasangka" Samuel Huntington terhadap Islam yang katanya membahayakan demokrasi. AS membidik terorisme yang laras bedilnya diarahkan kepada Islam dan kaum Muslim. Sejak hari pertama Peristiwa 11 September 2001, misalnya, George W. Bush (yang ditujukan kepada Dunia) telah melakukan "state terrorism" lewat pernyataannya agar Dunia memilih: berada di belakang AS atau di belakang teroris! Bush tak segan-segan menyebut tindakan balasan yang akan diambilnya sebagai "Crusade" yang mengingatkan kita pada Perang Salib di masa lalu. Tanpa bukti apa pun, AS mengarahkan tuduhannya kepada Usamah bin Laadin dan Thaliban, yang segera disusul dengan perang membabi-buta melawan ummat Islam di Afganistan.

Sejumlah bukti faktual menunjukkan bahwa propaganda anti-terrorisme yang diserukan AS tidak lebih merupakan "state terrorism" yang ditujukan kepada Islam dan kaum Muslim. Tujuannya tidak lain adalah untuk menghancurkan ideologi Islam yang dituding oleh Huntington sebagai ancaman berikutnya bagi ideologi demokrasi / kapitalisme / liberalisme barat pasca runtuhnya komunisme. Dengan menebar "state terrorism" di Dunia Islam, AS tampaknya berharap agar Islam dan kaum Muslim tetap terpojok sehingga tidak ada kesempatan bagi mereka selain menuruti apa pun yang dikehendaki AS.

Dengan rencana kedatangan Bush di Indonesia ini, Amien Rais menilai, penerimaan Presiden Amerika Serikat George W Bush sebagai tamu negara ke Indonesia dinilai sudah sangat berlebihan. "Berikanlah penghormatan, terimalah di Bandara, siapkan nasi goreng yang enak, kopi panas, kemudian silakan bicara seperlunya dan persilakan pulang," katanya ketika menghadiri acara ulang tahun WS Rendra, di Depok. Ia memyayangkan sikap pemerintah yang memasang "helipad" dari lapis-lapis baja yang demikian mahal dan merusak ekologi konservasi tanaman tersebut. "Ini sudah keterlaluan, " katanya. Helipad untuk kedatangan Presiden Bush itu dipasang khusus di Kebun Raya Bogor (KRB), yang sebenarnya adalah Pusat Konservasi Tumbuhan di bawah otoritas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kemudian, kata Amien Rais, karena terlalu hormatnya pemerintah pada George W Bush maka telepon selular diputuskan jaringan telepon dan sinyal seluler di wilayah Bogor saat Bush berada di "Kota Hujan" itu, hingga beberapa radius kilometer. Dengan melakukan persiapan penyambutan yang berlebihan tersebut, kata dia, pemerintah sudah benar-benar menghina diri sendiri. "Kita ini bangsa yang besar, bermartabat, dan berdaulat. Jadi kalau Bush mau ke sini, perlakukan dia seperti tokoh-tokoh lain seperti Perdana Menteri Australia John Howard, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad, dan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, " katanya. "Ketika mereka datang ke sini juga biasa saja, tapi kenapa kedatangan Bush ini seakan-akan dielu-elukan sebagai dewa. Ini kan sudah menghina bangsa sendiri," tambah Guru Besar Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu. Padahal di sejumlah negara lain, lanjutnya, Bush sedang dianggap sebagai penjahat perang yang telah menghilangkan ratusan ribu rakyat Afghanistan dan Irak yang meninggal dunia akibat pemboman yang gegabah dan menghancurkan sejumlah bangunan bersejarah. "Tiba-tiba orang yang tidak diterima di berbagai negara itu kita hormati seperti malaikat," kata mantan Ketua PP Muhammadiyah itu.

Selanjutnya perlu disimak Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Nu'man ibn Basyir seperti berikut:
-- ALMW^MNYN FY TRAHMHM WTWADHM WT'AATHFHM KMTSL ALJSD ADZA ASYTKY 'ADHWA TDA'AY LH SA^R JSDH BALSHR WALHMY, dibaca:
-- Almu'mini-na fi- tara-humihim watawa-dihim wata'a- thifihim kamatsalil jasadi idzasy taka- 'udhwan tada-'a- lahu sa-iru jasadihi bissahri walhumma, artinya:
-- Para mu'min dalam kasih mengasihi, cinta mencintai, tolong menolong, ibarat tubuh, jika ada salah satu anggota yang terkena luka, seluruh tubuh ikut menderita tidak dapat tidur dan ditimpa demam. (The example of the believers in their mutual love, compassion and mercy is like a single body.If there is a pain in any part of the body, the whole body feels it).

Dengan rencana kedatangan Bush di Indonesia ini, mengingat perlakuan state terrorism AS yang dinakodai oleh Bush yang dengan mesin perangnya telah membantai ummat Islam penduduk sipil orang tua anak-anak dan perempuan di dua negeri Islam, yaitu Afghanistan dan Iraq, maka ummat Islam yang menjiwai Shahih Bukhari di atas itu, tidaklah terperikan bagaimana perihnya jiwa ummat Islam mengenai perlakuan state terrorism AS tersebut. Sehingga dimana-mana di seluruh Indonesia terdengar suara-suara keras menolak kedatangan Bush di negeri ini.

Wahai Bush, Is-Al, Issengi Alemu, tahu dirilah, urungkanlah maksudmu berkunjung ke negeri kami ini. Engkau tidak disenangi di sini. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 12 November 2006