24 Desember 2006

759. White Elephant Project

Apa itu White Elephant Project? Yaitu sebuah proyek dengan tujuan (objective) menghasilkan kemanfaatan masyarakat (social benefit), tanpa memperhitungan keuntungan ekonomis (profit). Misalnya kapal tambang (ferry) yang menghubungkan Tanjung Bira dengan Pamatata. Tidak diharapkan betul keuntungan eknomis bahkan kalau perlu mendapat subsidi, namun social benefitnya besar sekali. Misalnya lagi di Limburg Provonsi terselatan Negeri Belanda, yang berbatasan dengan kawasan industri Ruhr di Jerman. Untuk mencegah banjirnya "commuters", penduduk melintas batas yang pulang pergi setiap hari untuk bekerja di Ruhr, maka pemerintah mendirikan pabrik yang merugi dengan tujuan untuk mengurangi commuters, namun kelihatannya tidak berhasil. Jadi White Elephant itu berbeda dengan proyek Mecu Suar, alias proyek Gagah-gagahan pada zaman Orde Lama.

Proyek Busway tergolong dalam White Elephant Project, yaitu tujuannya untuk mendapatkan social benefit dalam menata kesemrawutan lalu lintas. Para sopir Bus tidak dikejar-kejar "monyet di punggung" yaitu storan. Mereka akan digaji cukup lumayan sehingga disiplin tidak seenaknya berhenti sembarangan memungut penumpang, karena tidak mengejar target storan. Maka sudah dapat diprediksi tidak akan memperoleh keuntungan ekonomis. Dirancang Busway itu menempuh 3 koridor, yaitu ; (1) Terminal Daya-Karebosi, (2) Sungguminasa- Karebosi, dan (3) Tanjung Bunga-Karebosi.

Taqdirullah yang diungkap Newton dalam lapangan fisika, juga berlaku dalam SunnatuLlah yang berlaku dalam masyarakat, yaitu Taqdirullah dan SunnatuLlah dalam bentuk rumus Aksi = - Reaksi. Tanda kurang menyatakan arah yang terbalik, penentangan. Rancangan jalur (1) pada tgl 12 Desember 2006, hari Selasa yang baru lalu mendapat reaksi, penantangan dari para sopir pete-pete jalur Daya-Karebosi, yaitu mogok, para penumpangnya diturunkan di tengah jalan, kasihanlah perempuan tua dan anak-anak.

Ada yang menyambut gembira kenekatan Walikota Makassar, namun ada pula yang kurang gembira bahkan sama sekali tidak gembira seperti para sopir pete-pete yang mogok itu. Bahwa social benefit dalam menata kesemrawutan lalu lintas menternakkan masalah pengangguran bagi sekitar 2.000(?) orang sopir pete-pete. Pengangguran tidak telak lagi menimbulkan meningkatnya kejahatan. Perlu dipikirkan bagaimana mengurangi persaingan antara pete-pete dengan bus. Bahwa bus-bus pada Busway itu hanya beroperasi pada waktu pagi tatkala pegawai pemerintah dan karyawan perusahaan swasta masuk kerja dan anak sekolah masuk sekolah. Setelah itu pete-pete dibolehkan masuk jalur Busway sampai anak sekolah dan pegawai/karyawan pulang ke rumah.

Oleh sebab itu seiring dengan rencana White Elephant Project itu dipikirkan pula bagaimana upaya menampung para calon penganggur sebanyak 2.000(?) orang itu. Dahulu tahun enam puluhan di Makassar ini dikenal adanya "pasar senggol". Yaitu didua titik di sepanjang pantai Losari dan di ujung Jalan Jenderal Sudirman. Waktu itu pasar sentral belum ada, masih berupa pekuburan Cina. Pasar senggol mulai pada jam 16.00 dan jalanan ditutup. Walikota beserta dengan DPRD perlu mempertimbangkan menghidupkan kembali Pasar Senggol, pertama untuk menampung para calon penganggur tsb dan kedua sebagai pemecahan masalah sektor informal pedagang kaki lima, yang selalu "diusir" dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Kalau perlu diadakan pula Proyek Percontohan (Pilot Project) Pasar Senggol.

***

Rujak rasanya asam-asam manis, karena diberi asam atau cuka dan gula. Keinginan kita mengikuti selera terpenuhi dalam makan rujak dengan kriteria asam dan manis. Dalam hal perujakan kriteria asam dengan manis dapat sejalan, artinya tidak bertentangan, artinya kata penghubung di sini adalah kata dan. Namun keinginan kita dalam hidup di dunia ini tidak selamanya kriteria yang diinginkan itu senantiasa sejalan, artinya tidak selalu kita menjumpai asam-asam manis seperti dalam makan rujak. Asam berbeda dengan manis dua kriteria yang berbeda namun dapat digabungkan asam dan manis. Akan tetapi tak jarang pula kita jumpai dua kriteria yang berbeda yang tidak bisa digabung, pakai kata penghubung atau, yaitu kelompok yang bersifat mekanistik administratif pada pihak yang satu, atau kelompok yang bersifat humanisik pada pihak yang lain. Adapun kelompok kriteria yang bersifat mekanistik adminisratif itu misalnya seperti Busway, sedangkan kriteria yang bersifat humanistik seperti sektor informal dari akar rumput.

Maka dalam menghadapi masa depan kebudayaan ummat manusia, para pengambil keputusan perlu betul menimbang matang-matang dalam menjatuhkan pilihan atas salah satu dari kedua kriteria yang bertentangan itu. Firman Allah:
-- W'ASY AN TKRHWA SyYaA WHW KhYR LKM W'ASY AN ThBWA SyYaA WHW SyR LKM (S. ALBQRt, 2:216), dibaca (tanda - dipanjangkan) :
-- wa'asa- an takrahu- syaian wahuwa khairul lakum wa'asa- an tuhibu- syaian wahuwa syarrul lakum, artinya:
-- dan boleh jadi kamu benci akan sesuatu tetapi itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu senangi akan sesuatu tetapi itu buruk bagimu.
WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 24 Desember 2006