24 Mei 2009

875. Cepat dan Cermat serta Tangguh

Yang ideal bagi orang-orang Yunani Kuno adalah keindahan visual. Inilah yang menjadi landasan ideologi mereka. Keindahan yang berasaskan perbandingan yang dinyatakan oleh hubungan angka-angka yang tetap. Wajah manusia, patung, atau bentuk arsitektur, bahkan drama harus mempunyai perbandingan-perbandingan tetap di antara bagian-bagiannya supaya indah. Keluar dari hubungan angka-angka perbandingan itu mengakibatkan sesuatu itu "rusak" bentuknya sehingga tidak menjadi indah lagi. Pola pemikiran ini menghasilkan pandangan bahwa alam semesta ini merupakan kesatuan yang statis, oleh karena bagian-bagian dari alam smesta ini harus mempunyai perbandingan yang dinyatakan oleh hubungan angka-angka yang tetap. Alhasil, pengertian waktu bukanlah hal yang perlu mendapat perhatian, oleh karena alam semesta ini statis. Bahkan menurut Zeno dan Plato waktu adalah sesuatu yang tidak-nyata (unreal).

Alon-alon asal kelakon, biar lambat asal selamat, takkan lari gunung dikejar. Pepatah / filosofi ini tidak berlaku secara umum, yakni situasional, yang dikejar itu adalah benda yang tidak bergerak. Pola pikir Yunani kuno dengan paradigma filosofi "keindahan" itu cocok dengan filosofi "alon-alon asal kelakon", yaitu tidak mengindahkan waktu. Situasi kekinian tidak mengejar gunung yang statis, ataupun tidak bergelut dengan hubungan angka-angka yang tetap alias statis.

Kalau yang dikejar itu bergerak ataupun yang datangnya hanya sekilas, maka ingatlah cerita dalam Hikayat Tuanta Salamaka. Bagaimana pengarang hikayat itu menyampaikan pesan berbungkus mistik, bergaya simbolisme dalam peristiwa di telaga Mawang. Datoka ri Pa'gentungang dengan gerak cepat menyulut rokoknya pada kilat yang merebak (ri kilaq taqbebea), menunjukkan kecepatan dan kecermatan memanfaatkan kesempatan yang ada walaupun sekejap.

Kedua nilai cepat dan cermat ini perlu dijadikan satu sistem, yaitu saling membingkai. Cermat diberi berbingkai cepat dan cepat berbingkai cermat. Ini telah terbukti Gerakan Aceh Merderka (GAM) telah kembali ke pangkuan RI atas sikap cepat dan cermat dari JK, ibarat Datoka ri Pa'gentungang dengan gerak cepat menyulut rokoknya ri kilaq taqbebea.

Firman Allah:
WAL'AShR
AN ALANSN LFY KhSR
ALA ALDzYN aAMNWA W'AMLWA ALShLhT WTWAShWA BALhQ WTWAShWA BAL'AShR
{S.AL'AShR, 103:1-3}, dibaca:

wal 'ashri
innal insa-na lafi- khusrin
illal ladzi-na a-manu- wa'amilush sha-liha-ti watawashaw bilhaqqi watawasaw bish shabri, arinta:

Perhatikanlah(*) waktu!
Sesungguhnya manusia
senantiasa dalam kerugian.
Kecuali,
yang beriman,
dan berbuat kebajikan,
dan berwasiat tentang yang haq,
dan berwasiat atas kesabaran.
---------------------
(*)
Wa dalam permulaan ayat (1) S. Al'Ashr tersebut menyatakan sebuah qasm, semacam "sumpah", namun tidak cocok untuk dibahasa-Indonesiakan dengan "demi". Sebab dalam bahasa Indonesia "demi" itu menyatakan penguatan yang ditumpukan kepada sesuatu yang lebih "tinggi", yaitu Allah. Sedangkan qasm itu semacam "sumpah" untuk menegaskan di mana yang "bersumpah" kedudukannya itu lebih "tinggi". Jadi Wa l'Ashri tidak cocok di-Indonesia-kan dengan "demi waktu", melainkan "perhatikanlah waktu", karena yang berqasm di sini adalah Allah SWT.
------------------------

Kesabaran bukan berarti statis, melainkan ketangguhan dan kemapuan bertahan terhadap prahara yang dalam konteks kekinian ialah "laso anging", angin puting beliung globalisasi neo-liberalisme.

***

Adalah kontradiktif Partai-Partai Islam yang mengusung pasangan SBY-Berbudi. Mengapa ? Karena sudah jelas kebijakan eknomi pasangan ini bertumpu pada ekonomi neo-liberalisme, walaupun dengan embel-embel "dimoderasi". Ekonomi Syari'ah dengan ekonomi neo-liberalisme ibarat minyak dengan air. Ekonmi neo-liberalisme yang berciri captal intensive sangat kontras dengan ekonomi Syari'ah yang berorientasi pada distribusi yang bericorak labour intensive dan real-economy. Kebijakan real-economy kerakyatan dari pasangan JK-Wiranto merupakan sub-sistem ekonomi Syari'ah. Jadi tidak mengherankan jika Ketua DPP PBB Ali Mochtar Ngabalin mendukung pasangan JK-Wiranto, dan tidak takut dipecat karena berseberangan dengan sikap resmi PBB yang mengusung pasangan SBY-Berbudi. Arus bawah dan simpatisan Partai-Partai Islam yang telah memberikan suaranya kepada Partai-Partai Islam tersebut dalam Pemilu yang baru lalu tentulah sangat kecewa terhadap kebijakan elit Partai-Partai Islam yang pragmatis tersebut.


Alhasil, ekonomi neo-liberalisme yang dimoderasi insya Allah tidak akan dapat tangguh bertahan terhadap prahara globalisasi ekonomi neo-liberalisme yang agresif, tidak akan mampu bertahan dari "serbuan" modal asing (baca: modal raksasa Yahudi) di mana keuntungan negara tidak sebanding dengan keuntungan taipan Yahudi. Juga tidak mengherankan Amin Rais condong kepada pasangan JK-Wiranto, berseberangan dengan sikap resmi PAN. Amin Rais selama ini sangat risau dengan perusahaan asing yang mengeruk kekayaan Indonesia tanpa memberikan keuntungan pada negara RI yang berarti dalam pembagian keuntungan. Dengan alasan ini JK menolak Natuna dikelola kembali oleh Exxon yang masa kontrak Exxon telah berakhir sejak 2007. " Saya katakan itu sudah expire tidak bisa dilanjutkan. Pertamina yang harus mengelola," ujar JK. Pasangan JK-Wiranto tak akan jual Natuna, Rupanya Amin Rais tidak percaya pasangan SBY-Berbudi dapat bertahan terhadap tekanan angin puting beliung globalsasi neo-liberalisme yang agresif itu. Pada pokoknya: "Cepat dan Cermat serta Tangguh", itulah yang dapat membawa kepada ksejahteraan, Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. WaLlahu a'lamu bisshawab.

***
Makassar, 24 Mei 2009