25 September 2011

993 Dari Afghanistan via Iraq ke Libya

Bogor (SI ONLINE) - Meski di Libya sedang terjadi gejolak penggulingan kekuasaan Presiden Muammar Qaddafi, tetapi itu tidak berpengaruh bagi nama masjid megah yang dibangun di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat. "Kita tidak mengganti nama masjid, tetap bernama Muammar Qaddafi, Justru yang kita kagum, dalam kondisi sulit saat ini mereka (Libya) masih mengirimkan dana untuk satu tahun ke depan," kata Ustadz Arifin Ilham usai zikir akbar di Masjid Muammar Qaddafi, Bogor, Minggu.
http://www.suara-islam.com/news/berita/nasional/2331-ustadz-arifin-ilham-Masjid-qaddafi-tidak-berubah-nama
 
***
 
Tak ada yang gratis di dunia ini. Apalagi jika menyangkut sebuah perang yang panjang dan tak terputus. Itu pula yang ditanggung oleh Amerika (USA) dan Inggris (UK) sebagai konsekwensi perang kolonial dari Afghanistan via Iraq ke Libya. Afghanistan belum selesai berlanjut ke Iraq dan kini Libya.
 
Dalam sebuah pertempuran melawan Uni Soviet, bola mata kanan Mullah Muhammad 'Umar terkena pecahan peluru dan keluar menggantung dari tempatnya. Dengan tangannya sendiri ia menarik bola mata tersebut hingga lepas dari mangkuk mata, dan menyeka darah yang mengucur pada dinding sebuah masjid dan terus bertempur. Sejarah dari petinggi Thaliban, Mullah Muhammad 'Umar adalah hal yang mengejutkan. Disebutkan bahwa dia mampu melakukan transformasi militer dalam sejarah modern. Setelah delapan tahun, Mullah 'Umar tetap menjadi sosok yang memusingkan bahkan membuat frustrasi dalam sejumlah kalangan petinggi NATO. Menurut mantan pejabat CIA, Bruce Riedel: "Dia mencatatkan salah satu gebrakan militer yang paling luar biasa dalam sejarah modern dengan kembali memimpin pertempuran." Itulah gambaran kekinian perang kolonial USA dan UK di Afghanistan. Mullah Muhammad 'Umar adalah biang kegagalan perang kolonial NATO di Afghanistan.
 
Dan kini Libya. Di tengah gelimang darah rakyat Libya, dalam operasi pembantaian Operasi Odyssey Dawn, USA telah menghabiskan dana yang dipakai untuk pengadaan bom dan misil 60 % dan sisanya sebanyak 40% digunakan untuk biaya membawa pasukan ke wilayah operasi. Demikian kata pejabat Departemen Pertahanan USA dikutip detik.com dari Reuters. Jelas, itu menimbulkan beban ekonomi USA yang terpuruk. Walaupun, biaya operasi militer di Libya, yang sementara masih lebih kecil dibanding dengan perang kolonial NATO di  Afganistan dan Iraq, namun memperburuk tingkat belanja pertahanan USA secara keseluruhan. Sementara itu, Juru Bicara Pentagon, Komandan Angkatan Laut Kathleen Kesler mengatakan, sulit untuk memperkirakan besarnya biaya operasi di Libya untuk hari-hari ke depan.
 
Untuk dipakai berperang USA di Afganistan dan Iraq biayanya sudah mencapai US$ 3 Trilyun (The Three Trillion Dollar War, 2008, Joseph Stiglitz & Linda Bilmes). Biaya perang yang besar ini tak pelak menjadi salah satu yang menyebabkan terpuruknya ekonomi USA sejak akhir tahun lalu. Untuk menutupi defisit anggaran, USA tengah mengumpulkan kas negara dari pajak dan berbagai macam pinjaman. Utang USA sudah mencapai batas rekor tertinggi di level US$14,3 triliun.
 
Washington membutuhkan dana segar yang harus tersedia dalam hitungan pekan untuk membayar utang-utangnya di luar negeri. Hal inilah yang menimbulkan mengapa Amerika begitu bernafsu menguasai ladang-ladang minyak di Libya. Dari $ 1.5 milyar pelepasan aset Libya yang dibekukan di Amerika, sebagian besar akan dipakai oleh Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya. Menlu USA Hillary Clinton membuat pernyataan tertulis hari Jumat tanggal 26 Agustus 2011 atas apa yang diharapkan dari NTC: 
"Pada saat pelepasan dana, kami meminta NTC untuk bisa memenuhi tanggung jawab internasional." Itu ucapan bersayap yang bermakna bahwa USA bernafsu menguasail adang-ladang minyak di Libya. 
 
Bukan hanya USA saja yang harus mengeluarkan biaya besar ini. Negara-negara yang tergabung dalam NATO pun mengalami hal yang sama. UK via NATO juga harus membayar harga perang kolonialnya berwujud kerusuhan di London, yang terjadi sejak Sabtu (6/8/2011) dan disertai dengan aksi penjarahan dan pembakaran dipicu oleh pesan lewat BBM. Pesan itu mengerahkan massa sehingga semakin banyak yang terlibat dalam aksi kerusuhan dan penjarahan tersebut. Beberapa pesan yang dikirim lewat BBM itu disebarkan lebih meluas lewat Facebook dan Twitter sehingga semakin menyebar. Salah satu pesan yang dikirim pada Senin (8/8/2011), yang meminta semua penerimanya untuk pergi ke wilayah Stratford, London Timur, dan menjarah.
 
Jelas tampak amarah itu dilampiaskan terhadap simbol kemewahan dan kemakmuran, terutama toko-toko yang menjual peralatan mewah. Mark Duggan seorang warga London yang ditembak mati polisi, hanya pemicu saja ibarat mata bisul yang pecah. Amarah massa itu dilatar-belakangi oleh situasi ekonomi yang kian memburuk. Angka pengangguran cukup tinggi, meningkat tajam akibat krisis ekonomi pada 2008. Para angkatan kerja muda yang terserap dunia kerja hanya berkisar 20%. Ini semua adalah harga perang kolonial UK.
 
Firman Allah:
-- WTLK ALAYAM NDAWLHA BYN ALNAS (S.AL'AMRAN, 3:140), dibaca: watilkal ayyaamu nudaawiluhaa bainan naasi, artinya:
-- Hari-hari (kejayaan) itu dipergilirkan di antara manusia.
 
Kejayaan yang dipergilirkan, itulah SunnatuLLah yang harus diimani kebenarannya oleh orang-orang beriman. Masa senja bagi USA dan Uk adalah Sunnatullah. Libya pasca Muammar Qaddhafi tidak boleh tunduk pada ucapan bersayap dari Hillary Clinton pada tanggal 26 Agustus 2011 tersebut.
 
WaLlahu a'lamu bishshawab.
 
*** Makassar, 25 September 2011