16 Maret 1997

265. Shayhah, Bunyi Yang Menderu dan Mendera

WatTiyni wazZaytuwni. WaThuwri Siyniyna. WaHadza lBaladi lAmiyna (S. At Tiyn, 1-3) Perhatikanlah ara, perhatikanlah zaitun! Perhatikanlah gunung Sina! Perhatikanlah negeri yang aman ini! (95:1-3).

Pohon Ara memperlambangkan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Musa AS dan gunung Sina(i) adalah tempat mula-mula Nabi Musa AS menerima wahyu. Zaitun memperlambangkan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan negeri yang aman yaitu al Makkah al Mukarramah adalah tempat mula-mula Nabi Muhammad SAW menerima wahyu. Gunung Sina(i) terletak di semenanjung Sina(i) dan negeri yang aman terletak di semenanjung Arabia.

Di semenanjung Sina(i) dahulu kala bermukim bangsa Madyan. Bangsa ini adalah turunan Madyan (bukan nabi) anak ketiga Nabi Ibrahim AS dari isterinya yang ketiga Sitti Katurah. Kepada bangsa Madyan tersebut diutuslah oleh Allah SWT Nabi Syu'aib AS, yaitu mertua Nabi Musa AS. Waktu dijadikan menantu, Musa belum diangkat Allah menjadi nabi.

Nabi Syu'aib AS memperingatkan bangsa Madyan: YaQawmi 'Buduw Llaha Ma- laKum min Ilahin Ghayruhu waLa- Tanqushuw lMikya-la walMiyza-na (S. Huwd, 84), Hai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada bagimu Tuhan selain daripadaNya dan janganlah kamu mengurangi sukatan dan timbangan (11:84).

Bangsa Madyan kepala batu, tidak mau mendengarkan peringatan Nabi Syu'aib AS, bahkan mereka mengancam Nabi Syu'aib AS: waLaw La- Rahthuka Larajamnaka waMa- Anta 'Alayna- bi'Aziyzin (S. Huwd, 91), dan sekiranya bukan karena keluargamu, kami niscaya merajammu, engkau itu tidaklah berkuasa atas kami (11:91). Karena itu Allah menghukum kaum Madyan tersebut.

waAkhadzati Lladziyna Zhalamuw shShayhatu faAshbahuw fiy Diya-rihim Jatsimiyna (S. Huwd, 94), lalu orang-orang zalim itu disambar bunyi menderu, maka mereka mati tersungkur di dalam rumahnya (11:94).

Peringatan itu patut pula kita perhatikan dewasa ini, jangan menyembah apa saja selain Allah, jangan curang dalam sukatan (volume) dan timbangan (berat). Dewasa ini sudah berbilang yang menyembah berhala tradisional dan berhala modern. Berhala tradisional adalah patung-patung berhala, saukang, sedangkan berhala modern adalah otak manusia. Sikap sekuler, sikap yang semata-mata menghandalkan otak, sikap yang melecehkan kaidah agama yang bersumber dari wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada para Nabi, adalah penyembah berhala modern. Curang dalam sukatan dan timbangan berarti tidak berlaku adil, baik itu dalam hal sukatan dan timbangan yang sebenarnya (baca: aktivitas berekonomi), maupun itu dalam sukatan dan timbangan dalam arti kiasan (baca: aktivitas berpemerintahan dan berpengadilan).

***

Telah berlalu bangsa Madyan yang dihukum Allah dengan Shayhah, bunyi yang mendesah, menderu, melengking, teriakan, cry, kreet. Shayhah adalah Ayat Kawniyah, sehingga untuk dapat mengetahui dengan baik shayhah ini, kita perlu mengkaji Ayat Kawniyah mengenai bunyi. Bunyi itu adalah gelombang udara yang dapat ditangkap oleh pancaindera kita melalui selaput genderang telinga yang bergetar. Getaran itu diubah oleh mekanisme dalam tubuh kita menjadi pulsa, kejutan listrik, kemudian diteruskan ke otak oleh sel-sel saraf. Sel-sel saraf tidak bersentuhan. Pulsa itu diteruskan dari sel ke sel melalui larutan elektrolit. Sel-sel saraf dan larutan elektrolit membentuk jaringan elektrik di dalam tubuh kita. Di otak oleh kesadaran kita, berkat adanya ruh dalam diri kita, pulsa atau kejutan listrik itu diolah sehingga kita (baca: ruh) mendengar bunyi yang berasal dari gelombang udara itu. Tidak semua gelombang udara dapat kita dengar. Gelombang udara yang bilangan getarnya tinggi di atas normal, ataupun yang bilangan getarnya rendah di bawah normal tidak dapat kita dengar.

Bagaimana shayhah itu dapat membunuh manusia, sehingga jatuh tersungkur, bahkan meretakkan bangunan, sampai merobohkannya? Pada tahun 1964 di kota Marseille dibangunlah sebuah gedung untuk penelitian elektroakustik. Lembaga penelitian itu dipimpin oleh Prof. Vladimir Gavreau. Hanya beberapa hari para pakar peneliti itu bekerja dalam gedung itu diserang sakit kepala. Yang dijadikan kambing hitam dalam penyebab sakit kepala itu adalah sinar yang tak terkontrol dalam laboratorum itu. Akan tetapi setelah disidik, diteliti dengan saksama, tidak ada sama sekali sinar yang berdosa yang tak terkontrol itu. Tuduhan terhadap sinar tak terkontrol itu dicabut kembali, berita acara pemeriksan dibatalkan. Ternyata tersangka baru dapat diungkap. Penyebabnya berasal dari ventilasi yang menyebabkan gelombang udara yang berfrekuensi rendah, yang menyebabkan seluruh gedung beresonansi, ikut bergetar dalam wujud infra-bunyi, bunyi yang tak kedengaran.

Mulailah diadakan penelitian infra-bunyi oleh tim peneliti dari laboratorium elektroakustik itu. Hasilnya, dibuatlah di lab elektroakustik di Marseille itu meriam bunyi, yang merupakan meriam bunyi yang mula-pertama di dunia ini. Meriam bunyi itu sangat sederhana. Pada sebuah lubang ventilasi dipasang 61 pipa yang ke dalamnya ditiupkan udara kempa, sehingga menghasilkan gelombang udara dengan getaran 196 Hertz, yaitu batas terendah dari bunyi yang dapat didengar. Akibatnya luar biasa, dinding bangunan yang masih baru itu retak, sedangkan para personel laboratorium di dalamnya gemetar diserang nyeri tak terkira. Meriam bunyi itu dilanjutkan dengan output frekuensi 37 Hertz. Namun tidaklah sepenuhnya diuji-coba karena orang khawatir dapat merusak gedung-gedung dalam ruanglingkar beberapa kilometer sekitar gedung laboratorium itu.

Mungkin ada benarnya dalam cerita silat ada tiupan suling, petikan kecapi, bunyi tertawa dapat mengakibatkan darah keluar dari telinga ataupun mulut yang mendengarnya, yaitu apabila tiupan suling, petikan kecapi, bunyi tertawa, menghasilkan gelombang udara dengan frekuensi 196 Hertz, yaitu batas terendah dari bunyi yang dapat didengar, ataupun dengan frekuensi di bawah 196 Hertz yang berwujud infra-bunyi.

Dari hasil kajian Ayat Kawniyah, dapatlah kita mengerti dengan jelas Ayat Qawliyah dalam hubungannya orang-orang mati tersungkur dalam rumahnya yang dihukum oleh Allah dengan mengirim shayhah kepada mereka itu.

Hukuman Allah melalui shayhah atas kaum yang melecehkan para Nabi dapat kita baca dalam sebelas ayat yang berikut: 11:67, 11:94, 15:73, 15:83, 23:41, 29:40, 36:29, 36:49, 36:53, 38:15, 50:42, 54:31, dan 63:4. WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 16 Maret 1997