5 November 2000

448. Tata Surya

Seri ini lanjutan dari Seri 445. Sengaja diperlambat karena digeser oleh Zionisme Israel dan sanksi potong tangan. Filosofi Aristoteles tentang alam semesta mengatakan bahwa bumi adalah pusat alam. Di langit serba indah dan sempurna dan karena gerak lingkaran beraturan adalah gerak yang indah dan sempurna maka benda-benda langit beredar menge-lilingi bumi dengan gerak lingkaran beraturan.

Pada permulaan abad ke-7 Miladiyah Al Quran memberikan isyarat, yang artinya: Matahari tidak sepatutnya mengejar bulan dan malam tidak sepatutnya mendahului siang, tiap-tiap sesuatu berenang dalam falaknya (36:40). (Tidak ditulis-kan transliterasi, karena sudah dikemukakan dalam Seri 445). Umar Khayyam (meninggal 1123 Miladiyah) seorang pakar dalam matema-tika dan astronomi. Ia menciptakan sebuah sistem matematika yang disebutnya al Khiyam. Ia membuat peta bintang-bintang dari hasil mengobservasi langit. Ia juga memfokuskan perhatiannya pada ayat-ayat Al Quran yang berhubungan dengan matahari, bulan dan bintang-bintang, yang antara lain isyarat ayat (36:40). Ia menyimpulkan bumilah yang mengedari matahari dengan menangkap isyarat ayat (36:40). Demikianlah Umar Khayyam tiga abad mendahului Niklas Koppernigk (1473 - 1543) mengenai perihal bumi mengedari matahari.

Filosofi Aristoteles sudah tidak dapat dipertahankan lagi oleh hasil observasi tentang kelakuan planet yang tidak mengikuti gerak lingkaran beraturan. Apologi dengan cara menambah lingkaran pembantu menyebabkan bertumpuknya lingkaran-lingkaran. Koppernigk yang sudah jengkel dengan tumpukan lingkaran pembantu itu memberontak terhadap separuh dari filosofi Aristoteles. Bumi bukanlah pusat alam. Mataharilah yang sesungguhnya tidak bergerak dan merupakan pusat alam. Bumi termasuk planet seperti kelima planet yang lain mengedari matahari. Juga bintang-bintang tetap yang jauh di luar mengedari matahari. Seperempat dari filosofi Aristoteles masih dianutnya, yaitu gerak lingkaran beraturan. Matahari terletak pada titik pusat semua lingkaran dari lintasan peredaran planet-planet dan bintang-bintang tetap. Ternyata kemudian hari diungkap bahwa lintasan planet-planet itu bukan lingkaran melainkan elips dan matahari terletak pada salah satu titik api elips itu (elips punya dua titik api).

Ia membangkang pula terhadap seperempat sisa dari filosofi Aristoteles, yaitu bukan hanya di langit, tetapi di bumi ini ada juga gerakan indah yang sempurna. Yaitu bumi berpusing pada sumbunya dari barat ke timur menurut gerak lingkaran beraturan. Karena itu semua benda langit kelihatannya terbit di timur dan terbenam di barat. Matahari dengan enam buah planet yang mengedarinya membentuk sistem yang disebut tata surya. Ke enam planet itu berturut-turut dari yang terdekat ke yang terjauh dari matahari yaitu: Mercurius (Utarid), Venus (Bintang Timur, Kejora), Bumi, Mars (Marikh), Jupiter (Mustari) dan Saturnus (Zuhal).

Koppernigk berumur 30 tahun tatkala menulis buku Revolutio Orbium (revolusi orbit) tentang tata surya. Namun buku itu dipendam selama 40 tahun baru dipublikasikan (1543) yaitu tahun ia tutup usia. Pada mulanya buku itu tidak menarik perhatian. Barulah puluhan tahun kemudian menjadi perhatian utamanya dari Gereja Katolik, ketika tiga orang pakar astronomi, yaitu Galileo Galilei (1564 - 1642), Tsycho Brahe (1546 - 1601) dan Johannes Kepler (1571 - 1630) asisten dan pengikut Brahe. Ketiganya melakukan pleodoi yang sengit membela teori Koppernigk. Galileo yang paling bersemangat di antara ketiganya, sehingga ia harus berurusan dengan Inquisitie Gereja Katolik Roma. Galileilah yang mula pertama memakai telescoop.

William Herchel (1738 - 1822) dalam 1781 dengan telescoop cermin (selama ini dipakai telescoop lensa) mendapatkan sebuah bintang yang bentuknya aneh, yaitu berbentuk cakram. Ternyata itu adalah sebuah planet yang baru dikenal, diberilah ia bernama Uranus. Para ahli falak mendapatkan bahwa lintasan Uranus menyimpang dari SunnatuLlah yang diungkapkan oleh Kepler dan Newton (ungkapan sekulernya: Hukum Kepler dan Hukum Gravitasi Newton). Dengan pengamatan yang lebih teliti pada 1840 diperoleh penyimpangan 2 menit busur (sekitar 1/15 dari diameter bulan). Leverrier (1811 - 1877) menyimpulkan bahwa perbedaan antara teori dengan hasil observasi itu disebabkan masih adanya planet lain di luar Uranus, yang kemudian ternyata dapat ditangkap telescoop, diberilah ia bernama Neptunus. Hasil observasi lintasan Neptunus juga menyimpang dari teori sekitar 4 detik busur (1/450 dari diamter bulan). Dalam 1915 Percival Lowell (1855 - 1916) dengan perhitungan dapat menentukan lintasan planet yang menyebabkan penyimpangan itu. Akhirnya dalam 1930 dapatlah difoto planet terluar ini, ia diberi bernama Pluto. Demikianlah jumlah planet dalam tata surya ada sembilan, lima buah dapat ditangkap dengan mata kasar empat buah harus dengan memakai telescoop.

Di samping kesembilan planet itu didapatkan pula sekitar 1500 buah "planetoid" (batu-batu angkasa), yang terbesar hanya 100 km. Planetoid ini bertempat pada lintasan antara Mars dengan Jupiter diduga bekas sebuah planet yang berantakan. Sewaktu-waktu batu-batu angkasa ini lepas dari orbitnya dan kesasar di bumi, itulah dia meteor. Oleh lapisan atmosfer bumi meteor itu terbakar, yang pada malam hari kelihatan seperti bintang beralih. Jenis anggota tata surya yang terakhir dikenal disebut komet, mengedari matahari dengan lintasan elips yang sangat lonjong, jika mendekat ke matahari tumbuh ekornya yang panjang. Diperkirakan jumlah komet ini sekitar ratusan miliyar banyaknya. Salah satu yang terkenal sejak tahun (77) seb.M bernama van Halley yang muncul menampakkan diri setiap 87 tahun.

***

Alhasil isyarat Al Quran dalam ayat (36:40), "malam tidak sepatutnya mendahului siang", sudah dapat dijelaskan. Terjadinya malam dan siang akibat gerak melingkar, bumi berpusing pada sumbunya. Gerak melingkar tak tentu ujung pangkalnya, mana yang dahulu mana yang kemudian. Tak tentu mana yang dahulu siang atau malam, artinya tidak patut dikatakan malam mendahului siang. Israiliyat yang mengatakan bahwa Tuhan pada mulanya menciptakan malam, kemudian baru menciptakan siang digugurkan oleh fenomena bumi berpusing pada sumbunya. Teori Keppernigk yang mengatakan matahari diam, kelihatannya dapat menjelaskan isyarat ayat (36:40), "matahari tidak sepatutnya mengejar bulan". Mana ada yang diam yang dapat mengejar. Namun teori tidak bergeraknya matahari dari Koppernigk ditentang oleh isyarat ayat (36:40) yang ditutup dengan "tiap-tiap sesuatu berenang dalam falaknya". Masih diperlukan kemajuan ilmu falak untuk dapat menjelaskan isyarat ayat (36:40). Insya Allah akan dibahas dalam seri yang akan datang. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 5 November 2000