2 Desember 2001

502. Sufi Menjawab dengan Batu

Demi keotentikan, sebagai pertanggung-jawaban kepada Allah SWT, dalam kolom ini setiap ayat Al Quran ditransliterasikan huruf demi huruf. Bila pembaca merasa "terusik" dengan transliterasi ini, tolong dilampaui, langsung ke cara membacanya saja.
Alqishshah, seorang laki-laki katakanlah si Fulan bertanya kepada seorang sufi tentang tiga masalah:
Pertama: "Tolong tunjukkan kepada saya di mana Allah berada."
Kedua: "Mengapa manusia mesti dihukum apabila melakukan kesalahan sedangkan semua itu adalah kehendak Allah? Manusia tidak punya kehendak bebas, tidak dapat melakukan sesuatu bertentangan dengan kehendak Tuhan."
Ketiga: "Mengapa Allah menghukum iblis dengan membakarnya dalam neraka? Bukankah iblis itu berasal daripada api, jadi tentulah api tidak dapat memudharatkan dirinya?"

Ahli sufi itu tidak memberikan jawaban sebaliknya mengambil segumpal tanah keras dan memartilkannya ke atas kepala si Fulan yang bertanya itu. Karena tidak mendapat jawaban, bahkan sebaliknya hanya pukulan tanah keras atas kepalanya yang didapatkannya dari sufi itu, maka si Fulan pergi mengadu kepada seorang hakim. "Saya mengemukakan tiga pertanyaan kepadanya tetapi dia memartil kepala saya dengan segumpal tanah keras, sehingga kepala saya bengkak dan sakit." kata si Fulan.

Hakim memerintahkan supaya sufi itu dipanggil untuk dimintai keterangan dan setibanya sufi ke dalam sidang, hakim bertanya, "Si Fulan ini mengemukakan beberapa pertanyaan, lalu tuan menjawab dengan memartil kepalanya dengan segumpal tanah keras, mengapa?"
Jawab sufi itu, "Ketukan tanah keras itulah jawaban atas pertanyaannya tadi:
Pertama, dia berkata kepalanya sakit, silakan tunjukkan di mana letaknya yang sakit itu, barulah nanti saya tunjukkan di mana Tuhan berada.
Kedua, mengapa dia mengadu pada tuan mengenai saya sedangkan apa yang saya lakukan semuanya adalah atas kehendak Tuhan.
Dan ketiga, yang saya gunakan untuk memartil kepalanya adalah tanah, mengapa pula dia mengatakan tercederai oleh tanah itu, bukankah manusia diperbuat daripada tanah juga ?"
Si Fulan terdiam, dan hakim merasa sangat puas dengan keterangan sufi itu.
Al Qissah itu dipungut dari cerita-serita sekitar humor sufi. Humor berbeda dengan banyolan pelawak. Dalam humor terkandung nilai filosofis, sedangkan banyolan pelawak berisikan hal-hal lucu yang dangkal dan hambar.

***
Kalau ketiga pertanyaan dalam humor sufi itu tidak dijawab dengan "gaya" sufi, maka sesungguhnya bagaimankah jawaban ketiga pertanyaan itu menurut AlQuran?

  1. WADZA SALK 'ABADY 'ANY FANY QRYB AJYB D'AWT ALDA'A ADZA D'AAN FLYSTJYBLY WLYWaMNWA BY L'ALHM YRSYDWN (S. ALBQRT, 186), dibaca: waidza- sa.alaka 'iba-di- 'anniy fainni- qari-bun uji-bu da'watid da-'i idza- da'a-ni falyastaji-bu- li- walyu'minu- bi- la'allahum yarsyudu-na (s. albaqarah), artinya: Apabila hambaKu bertanya kepada engkau tentang halKu, maka sesungguhnya Aku dekat, Kuperpekankan do'a orang yang berdo'a, jika berdo'a kepadaKu, namun haruslah (mereka) mengikuti perintahKu dan (mereka) beriman kepadaKu, agar supaya mereka cerdas (2:186). Jadi Allah dekat dalam qalbu orang-orang beriman. Dekat di sini bukan dalam arti yang "space like"
  2. FMN SYAa FLYWaMN WMN SYAa FLYKFR (S. ALKHF, 29), dibaca: faman sya-a falyu'miw wamansya-a falyakfur (s. alkahf), artinya: maka siapa yang mau berimanlah ia, dan siapa yang mau kafirlah ia (18:29). Adalah atas kehendak Allah, bahwa Allah memberikan kepada manusia kebebasan untuk memilih. Oleh sebab itu manusia harus bertanggung-jawab atas hasil pilihannya. Jadi manusia mesti dihukum apabila melakukan kesalahan.
  3. FATQWA ALNAR ALTY WQWDHA ALNAS WALhJART A'ADT LLKAFRYN (S. ALBQRAT, 24), dibaca: fattakun na-ral lati- waku-duhan na-su walhija-ratu u'iddat lilka-firi-n (s. albaqarah), artinya: maka peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu-batu (berhala) diperuntukkan bagi para kafir (2:24). Jadi iblis walaupun dari api, akan merasakan juga azab neraka, karena dibakar oleh manusia-manusia kafir dan batu-batu berhala yang menjadi bahan bakar.
Demikianlah jawaban atas ketiga pertanyaan itu menurut Al Quran. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 2 Desember 2001