13 April 2003

570. Surah Al Baqarah, Ayat 62(#)

-- AN ALDZYN AMNWA WLDZYN HADWA WALNSHZRY WALSHABaYN MN AMN BALLH WALYWM ALAKHR W'AML SHALhA FLHM AJRAN 'AND RBHM WLA KHWF 'LYHM WLAHM YhZNWN (S. ALBQRt, 62), dibaca: Innal ladzi-na a-manuw wal ladzi-na ha-du- wan nasha-ra- wash sha-bii-na man a-mana biLla-hi wal yawmil a-khiri wa 'amila sha-lihan falahum ajruhum 'inda Rabbihim wa la- khawfun 'alayhim wa la-hum yahzanu-n (s. al baqarah), artinya: Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi (ha-du-), orang-orang Nashrani (nasha-ra-), dan orang-orang Sha-bii-n, barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat serta beramal shalih, maka untuk mereka pahala di sisi Rabbnya, tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tiada mereka berduka cita (2:62).

Siapa-siapa itu:

  • a-manu-
  • ha-du-
  • nasha-ra-
  • sha-bii-n.
  1. A-manu-, orang-orang beriman, ini menunjuk kepada ummat Nabi Muhammad SAW, yaitu iman yang dita'rifkan (didefinisikan) menurut Hadits (Shahih Bukhari), Rukun Iman: 1. Allah; 2. Malaikat- malaikatNya; 3. Kitab-KitabNya; 4. Rasul-RasulNya, 5. Hari Kemudian; 6. Qadha dan Qadar.
  2. Ha-du- dibentuk oleh akar kata Ha, Alif, Dal artinya berpaling menuju kepada kebenaran, menuju kepada Allah, dapat pula berarti kembali perlahan-lahan kepada sesuatu. Kata Ha-du- menunjuk kepada ummat Nabi Musa AS.
  3. Nasha-ra- dibentuk oleh akar kata Nun, Shad, Ra artinya menolong. Nasha-ra- berarti penolong-penolong agama Allah. QAL MN ANSHARY ALA ALLH QAL ALhWARYWN NhN ANSHAR ALLH (S.AL 'AMRAN, 52), dibaca: qa-la man ansha-ri- ilaLla-hi qa-lal hawa-riyyu-na nahnu ansha-ruLla-hi (s. ali 'imra-n), artinya: Berkata ('Isa) siapa yang menolongku kepada Allah?, (sahabat-sahabat) hawariyyun berkata kami penolong (-mu kepada) Allah (3:52). Dapat pula kata itu terkait dengan kata Na-sharah (Nazaret), suatu perkampungan tempat 'Isa bnu Maryam menempuh masa kecil beliau. Nasha-ra- menunjuk kepada ummat Nabi 'Isa AS.
  4. Sha-bii-n adalah agama yang dianut oleh Salman al Farisi RA sebelum masuk Islam. Salman al Farisi RA bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang nasib teman-temannya penganut Sha-bii-n.(##) Maka turunlah ayat (2:62). Sha-bii-n, dibentuk oleh akar kata Shad, Ba, Alif, artinya meninggalkan. Sha-bii-n berarti orang-orang yang meninggalkan agama mereka untuk memeluk agama lain. Sha-bii-n menunjuk kepada sejenis sekte yang bermukim di semenanjung Arabia dan di negeri-negeri yang berbatasan dengannya. Maka Sha-bii-n adalah (1) kaum monotheist di Mesopotamia dengan menjadikan bintang-bintang sebagai perantara, (2) sebuah keyakinan yang berupa potongan-potongan dari agama Yahudi, Nashrani dan Zarathustra, (3) orang-orang yang bermukim dekat Mosul di Iraq yang monotheist, namun tidak mempunyai kitab dan syari'at, mereka berkeyakinan mengikuti agama yang dibawakan Nabi Nuh AS, (4) orang-orang yang bermukin sekitar Iraq yang beriman kepada semua Nabi-Nabi dan mempunyai cara bersembahyang dan puasa tersendiri,(###) (5) ada yang berpendapat mereka tergolong dalam Ahli Kitab.
Kalau kita perhatikan sejarah, bahwa Raja Parsi Cyrus yang taat beragama Zarathustra, yang mengembalikan ke Palestina komunitas Bani Israil yang ditawan di Babilonia, maka saya lebih cenderung berpendapat bahwa Sha-bii-n adalah para penganut agama Zarathustra. Boleh jadi (mungkin ya atau tidak) Zarathustra ini seorang Nabi, hanya saja sulit untuk melacaknya, oleh karena Kitab Suci mereka, yaitu Gatha telah ikut terbakar semua tatkala Iskandar Raja Macedonia membakar habis ibu kota Kerajaan Parsi, yaitu Percepolis, sehingga Kitab Suci agama Zarathustra hanya berupa rekaman ingatan dari para pendetanya. Ada aliran agama Zarathustra di Amerika yang bersemboyan: "Kembali ke Gatha", mereka ini berkeyakinan Zatahustra tidak mengajarkan dua tuhan: Tuhan Terang Ahura Mazda (ormuzd) dan Tuhan Gelap, Angra Manyu (Ahriman). Zarathustra mengajarkan Satu Tuhan, yaitu Ahura Mazda menciptakan Angra Manyu, seperti Allah menciptakan iblis dalam agama Yahudi, Nashrani dan Islam.

Maka makna potongan ayat: "barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat serta beramal shalih, untuk mereka pahala di sisi Rabbnya, tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tiada mereka berduka cita", adalah dalam konteks para penganut agama-agama Yahudi, Nashrani dan Sha-bii-n pada zamannya Nabi mereka itu masing-masing, yaitu penganut agama Yahudi pada zaman rentang waktu dari Nabi Musa AS hingga Nabi 'Isa AS, penganut Nashrani pada rentang waktu dari Nabi 'Isa AS hingga Nabi Muhammad SAW dan penganut Sha-bii-n pada rentang waktu dari Nabi(?) Zarathustra hingga Nabi Muhammad SAW. Tegasnya ayat (2:63) tidak kena mengena dengan para penganut agama Yahudi, Kristen dan penganut Zaratshustra yang hidup setelah Nabi Muhammad SAW membawa Risalah.

Ayat (2:63) menekankan beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, oleh karena kenyataan sejarah mencatat bahwa:
  • Ada sekelompok penganut agama Yahudi pada zaman rentang waktu dari Nabi Musa AS hingga Nabi 'Isa AS yang tidak percaya kepada hari akhirat.
  • Ada penganut Nashrani pada rentang waktu dari Nabi 'Isa AS hingga Nabi Muhammad SAW, yaitu golongan Trinitarian Christian yang menyembah Jesus Kristus.
  • Umumnya penganut Sha-bii-n pada rentang waktu dari Nabi(?) Zarathustra hingga Nabi Muhammad SAW yang menyembah dua tuhan. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 13 April 2003
-------------------------------------
(#)
Ayat yang sama dengan ini S. Al-Maaidah, 5:69)

(##)
Hadits ttg Salman al Farisi, asbabun nuzul S Albaqarah-62

Diriwayatkan Ibnu Jarir dari Mujahid bahwa Salman al-Farisi bertanya kepada Nabi saw tentang orang-orang Nasrani dan pandapat beliau tentang amal mereka. Beliau menjawab, "Mereka tidak mati dalam keadaan Islam." Salman berkata, "Bumi terasa gelap bagiku dan aku pun mengingat kesungguhan mereka." Lalu turunlah ayat ini. Setelah itu Rasulullah saw memanggil Salman
seraya bersabda, "Ayat ini turun utuk para sahabatmu." Beliau kemudian bersabda, "Barangsiapa yang mati dalam agama Isa sebelum mendengar aku, maka dia mati dalam kebaikan. Barangsiapa telah mendengar aku dan mengimaniku maka dia celaka.
-------------
update:
Imam Assyuyuthi dalam tafsirnya Addar Al Mansur. Maka bunyi yang tepat adalah begini :
"Barang siapa yang mati dalam (agama) Isa, sebelum ia mendengar aku, kemudian dia mati, maka dia berada dalam khairi (kebaikan), dan barang siapa yang mendengar aku, kemudian LAM YUKMIN BIYYA=TIDAK BERIMAN KEPADAKU, maka ia celaka.



***

Diriwayatkan oleh al Wahidi dan al Tsa'labi dari al Kalbi dari Abi Shalih yang bersumber dsri Ibnu Abbas, dikemukakan bahwa Salman al Farisi bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang penganut agama yang pernah ia anut bersama mereka. Maka turunlah ayat (2:62).

***

Masih bersumber dari al Wahidi menurut jalur lain, dari Abdullah bin Katsir yang bersumber dari Mujahid dikemukakan bahwa ayat (2:62) turun berhubungan dengan teman-teman Salman al Farisi. Ini memberikan isyarat bahwa Sha-bi.iyn adalah agama yang dianut oleh orang Parsi.

***

Mengenai HaaduW dan Nasha-ra- dalam ayat (2:62) belum saya dapatkan sebab-sebab turunnya, namun menurut hemat saya itu terkait pada ayat: Wa qaalati lyahuwdu laysa nNasha-ra- 'ala- syay.in wa qaalati nNasha-ra- laysati lyahuwdu 'ala- syay.in wahum yatluwna lkita-ba ....(S. al Baqarah, 113), dan berkata orang Yahudi tidaklah orang Nashara mempunyai pegangan suatu juapun dan berkata orang Nashara tidaklah orang Yahudi mempunyai pegangan suatu juapun, padahal mereka (sama-sama) membaca Kitab (2:113).

***

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa suatu waktu pendeta-pendeta Nashara dari Bani Najran bertengkar dengan pendeta-pendeta Yahudi di depan Nabi Muhammad SAW. Berkata Rafi' bin Khusaimah (Yahudi): Kamu tidak berada pada jalan yang benar, karena menyatakan kekufuran kepada Nabi 'Isa (tuhan-anak?) dan Kitab Injilnya." Nashara dari Bani Najran membantahnya: Kamupun tidak berada di atas jalan yang benar, karena menentang Nabi Musa (bosan makan manna dan salwa?) dan (di gunung Sinai?) kufur kepada Tawrat (tidak percaya adanya hari akhirat?)." Maka turunlah ayat (2:113) tersebut.


(###)
Golongan no.4 ini punya Kitab Suci yang dalam bahasa Mandaiyah, disebut Kanza Raba (Harta Karun yang Agung),