7 Desember 2003

604. Interpretasi yang Berbeda Mengenai Fakta yang Sama

Konon di Amerika pernah diadakan penelitian atas dua ras yang berbeda yang dipilih secara acak. Tujuan penelitian itu ialah untuk dapat mengetahui tentang IQ dari kedua ras itu, yakni ras kulit putih dan ras kulit hitam. Masing-masing ras itu diplot IQ dengan populasi (N). Hasil penelitian itu menujukkan bahwa baik kurva kulit putih maupun kurva kulit hitam mendekati kurva normal. Adapun kurva normal itu ibarat gunung yang lerengnya kiri dan kanan dari puncak bentuknya setangkup (simetris). Artinya puncak gunung itu berada di tengah-tengah antara lereng kiri dengan lereng kanan. Kurva IQ-N ras kulit putih puncaknya miring ke kanan dari puncak kurva normal, sedang kurva IQ-N ras kulit hitam puncaknya miring ke kekiri dari puncak normal. Baik kurva ras kulit putih maupun ras kulit hitam puncaknya sama tinggi dengan kurva normal. Itulah dia fakta yang pada pokoknya menunjukkan bahwa walaupun IQ-maksimum ras kulit putih sama tinggi dengan IQ-maksimum ras kulit hitam, namun lebih banyak jumlahnya ras kulit putih ber-IQ-maksimum ketimbang ras kulit hitam.

Dahulu di negerinya orang Boer (=petani) Afrika Selatan yang beremigrasi dari Negeri Kincir angin berpemerintahan rasis, yang memenjarakan Nelson Mandela lamanya (maaf, kurang ingat) sekitar 27(?) tahun. Maka pemerintahan rasis Afrika Selatan itu dan juga golongan rasis di Amerika Ku Klux Klan melihat fakta kurva IQ-N tersebut akan mengatakan bahwa memang ras kulit putih lebih unggul dari ras kulit hitam. Akan tetapi tentu Nelson Mandela akan berkata lain: "Itulah buktinya dalam hal pendidikan ras kulit hitam tidak diberi kesempatan yang sama ketimbang ras kulit putih.

***

Dua ekor cacing yang hidup, seekor dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air mineral dan yang seekor lagi dimasukkan ke dalam gelas yang berisi arak. Lalu apa yang terjadi? Cacing yang berada dalam gelas yang berisi air mineral itu bersuka-ria di dasar gelas, namun cacing yang berada di dalam arak itu menggeletak mati.

Ada dua kelompok yang menyaksikan percobaan itu. Kelompok yang satu ingin menegakkan Syari'at Islam secara kaffah (totalitas) baik substantif maupun dalam proses, yaitu sekaligus kultural dan struktural, serta dengan pendekatan tekstual, kontekstual, hikmah, takwil, isyarat dan konsepsional. Sedang kelompok yang lain yang menamakan dirinya dengan "Islam Liberal" berfaham bahwa Rasul memang berhasil menterjemahkan cita-cita sosial dan spiritual Islam di Madinah. Akan tetapi, Islam yang diwujudkan di sana adalah Islam historis, sejarah masa lalu, partikular artinya bermuatan lokal, tidak universal, dan kontekstual yakni terikat dengan situasi/kondisi. Banyak ajaran Islam yang sudah tidak layak untuk diikuti, terutama ayat-ayat Madaniyah dan Sunnah Nabi yang terikat ruang (Hijaz) dan waktu (abad VII M) dan bersifat temporer.

Kelompok pertama setelah melihat hasil percobaan itu berpendapat: SubhanaLlah, itulah hikmah Allah SWT mengharamkan khamar dalam arti tekstual. Lihatlah arak itu membahayakan kehidupan makhluk. Dalam konteks kesehatan akal manusia arak itu merusak sel-sel otak. Sanksi cambuk bagi pemabuk adalah Rahamatan lil'A-lamiyn. Keras bagi pemabuk, tetapi rahmat bagi ummat manusia, Syari'at Islam melindungi dan memelihara akal manusia.

Kelompok kedua berpendapat: Ajaran Islam tentang haramnya arak itu adalah muatan lokal sudah tidak layak untuk diikuti, itu termasuk larangan temporer terikat ruang (Hijaz) dan waktu (abad VII M). Benarlah apa yang dikatakan oleh iklan, "terjunlah ke dunia modern dengan minum arak" Lihatlah hasil percobaan itu, cacing mati dalam arak. Supaya tidak cacingan minumlah arak.

***

Kita kenal dalam ilmu manajemen yang disebut SWOT. Itu adalah kependekan dari 4 kata: strength, weakness, opportunity, dan threat, kekuatan, kelemahan, kesempatan dan tantangan. Adapun kekuatan dan kelemahan dipihak yang satu dengan kesempatan dan tantangan pada pihak yang lain merupakan dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Kekuatan masa lalu membuahkan kesempatan masa depan. Kelemahan masa lalu membuahkan tantangan masa depan. Kekuatan dan kelemahan adalah kajian masa lalu, sedangkan, kesempatan dan tantangan adalah orientasi masa depan. Masa lalu erat kaitannya dengan masa depan, ibarat dua sisi mata uang seperti dikatakan di atas itulah.

Firman Allah: YAYHA ALDZYN AMNWA ATQALLH WLTNZHR NFS MA QDMT LGHD WATQALLH (S. ALhSYR, 59:18), dibaca: Ya-ayyuhalladzi-na a-manut taquLa-ha waltanzhur nafsum ma- qaddamat lighadin wattaquLa-h (s. alhasyr), artinya: Hai orang-orang beriman, taqwalah pada Allah dan wajiblah setiap diri manusia itu mengkaji masa lalu untuk orientasi masa depan, dan taqwalah pada Allah (59:18).

Petunjuk Allah SWT dalam mengkaji fakta masa lalu, dimulai dengan taqwa, dikunci dengan taqwa.
Kita baru saja selesai dengan menunaikan ibadah puasa, yang bertujuan meningkatkan diri orang beriman menjadi bertaqwa. Bahwa dalam seluruh aspek kehidupan, bertaqwa itu sangatlah terpenting, baik menyangkut tataran ruhaniyah maupun menyangkut tataran intelektual. Dengan pengkajian fakta masa lalu berlandaskan taqwa akan menghasilkan: "kekuatan akan dilihat sebagai kekuatan dan kelemahan akan dilihat sebagai kelemahan," karena pengkajian fakta masa lalu disinkronkan antara penglihatan qalbu dalam tataran ruhaniyah dengan penglihatan mata kasar, pengolahan pikiran yang rasional dalam tataran intelektual. Allahumma arina lhaqqa haqqan, ....... wa arina lbaathila baathilan, ....... Ya Allah perlihatkanlah pada kami yang benar itu benar, ....... dan perlihatkanlah pada kami yang salah itu salah, ....... WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 7 Desember 2003