25 April 2004

622. Analogi Fitnah

Dalam bukunya, Stranger Than Fiction: An Independent Investigation of the True Culprits Behind 9-11 (Dandelion Books, 2003), Prof Albert D Pastore PhD, mengungkapkan dengan gamblang sejumlah keganjilan di balik tragedi 9-11. Antara lain mengapa baja-baja kerangka penyanggah gedung WTC hanya dalam tempo dua hari setelah tragedi 9-11 langsung didaur ulang atas perintah langsung dari Walikota New York Rudy Giuliani. Padahal seharusnya tim investigasi diberikan kesempatan untuk meneliti baja-baja itu, guna memastikan apakah gedung-gedung itu memang hancur karena ditabrak pesawat atau karena sebab lain. "The steel beams were quickly recycled before investigators even had he chance to look at them!," tulis Pastore. Pasalnya, beberapa petugas pemadam kebakaran mengaku mendengar adanya bunyi ledakan bom di gedung-gedung itu. Dengan kata lain, bisa saja gedung-gedung WTC itu runtuh karena bom yang sudah dipasang terlebih dulu, bukan karena tertabrak oleh pesawat Boeing. Apalagi, menurut Pastore, ada satu gedung (WTC 7) yang runtuh kendati tak tertabrak oleh satu pesawat pun.

Antara lain juga Pastore sangat meragukan versi resmi pemerintahan Bush yang tanpa bukti-bukti akurat dan valid langsung menuding kelompok Al Qaidah sepenuhnya berada di belakang tragedi 9-11. Adapun yang dianggap bukti oleh Bush, yaitu video yang konon menggambarkan pengakuan Usamah bin Ladin, ternyata orisinalitasnya sangat diragukan. Pastore mengaggap video itu hasil rekayasa belaka. Wajah Usamah yang ada dalam gambar video itu memang ternyata sangat berbeda dengan Usamah yang asli. Pastore mengutip laporan The London Times bahwa "Thousands of FBI agents have rounded up more than 1,300 suspects across America since September 11, but they have failed to find a single Alqaidah cell operating in the United States...Tom Ridge, Director of Homeland Security could not explain why none had been caught."

Sungguh suatu yang ironis, pemerintah Amrik sampai sekarang tidak berhasil membuktikan Al Qaidah di belakang Bom Pesawat Terbang 9-11 itu. Tanpa bukti akurat bahwa Al Qaidah di belakang Bom Pesawat Terbang itu Bush-Blair meminta dengan paksa kepada Thaliban untuk menyerahkan Usamah bin Ladin. Dan seperti diketahui Thaliban dengan gagah-berani menolak permintaan paksa Bush-Blair itu, maka ribuan warga sipil di Afghanistan dibantai secara biadab, negeri Afghanistan dilumat oleh mesin perang Bush-Blair. "A Dossier on Civilian Victims of United States' Aerial Bombing of Afghanistan: A Comprehensive Accounting", yang dipublikasikan melalui situs Herold and Democracy Now, menyebutkan Herold yang melakukan penelitian sejak awal serangan udara AMRIK, tanggal 7 Oktober 2001 hingga 6 Desember 2001, menyatakan bahwa ratusan bom dan rudal AMRIK telah membunuh 3767 warga sipil Afghanistan.

Setelah seluruh wilayah Irak sudah dikuasai oleh Amrik dan konco-konconya dan begitu perang dinyatakan selesai, semua titik yang dicurigai sebagai lokasi disimpannya Senjata Pemusnah Massal (SPM) = Weapons of Mass Destruction (WMD) Saddam Husain itu secara intensif segera diperiksa oleh tim khusus Amrik. Hampir semua ilmuwan Iraq yang terlibat dalam proyek pembuatan senjata itu di masa lalu juga sudah berada di dalam tahanan pihak AMRIK. Namun, belum secuilpun bukti ditemukan. Padahal, dahulu Presiden George W Bush begitu berbusa-busa mulutnya "mensosialisasikan" kepada dunia bahwa Saddam Husain memiliki senjata kimiawi dan biologis SPM=WMD dengan kuantitas yang tidak main-main. Analogi dengan Afghanistan/Usamah bin Ladin, dengan bukti palsu mesin perang Bush-Blair menyalak pula menghancurkan Iraq.

Ketua PP Muhammadiyah, Ahmad Syafi`i Ma`arif, pada bulan Maret 2004 menolak keinginan "kaki tangan" Amrik, yaitu Dubes AMRIK Ralph L Boyce mendatangi Ma'arif yang memintanya untuk membantu melobi sejumlah pejabat Indonesia, termasuk Kapolri Jenderal Da`i Bachtiar dan Ketua MA Bagir Manan, agar Ba`asyir tidak dikeluarkan dari penjara menjelang 5 April. Ketua Ikhwanul Muslimin Indonesia Habib Husein al-Habsyi bahkan mengungkap rencana yang diungkapkan Boyce dan Dubes Australia David Ritchie kepada Kapolri untuk membawa Ba`asyir ke kamp tahanan Guantanamo di Kuba, yang banyak diisi tersangka teroris internasional.

Kasak-kusuk Boyce itu menurutnya merupakan hal yang wajar-wajar saja dan hal itu sama sekali tidak dimaksudkan untuk menekan Pemerintah Indonesia. Boyce juga menyebutkan pemerintah Amrik akan "mensuply" informasi (baca: fitnahan) yang menyangkut keterlibatan Ba'asyir dalam berbagai aksi terrorisme baik di Indonesia maupun di luar negeri. Seperti diketahui sikap resmi pemerintah Amrik menyatakan sangat kecewa terhadap keputusan pengadilan Indonesia cq Mahkamah Agung atas vonis yang dijatuhkan kepada KH Abu Bakar Ba'asyir. Pemerintah Amrik mau tidak mau suka tidak suka, namun Deplu-RI Marty Natalegawa menegaskan dengan berang bahwa apa yang dilakukan AMRIK bisa dikategorikan sebagai telah mempolitisir proses hukum di Indonesia dan bahwa langkah-langkah (baca: kasak-kusuk -HMNA-) Boyce "kaki tangan" Amrik itu kontra-produktif.

Inilah dia analogi itu. Fitnah Al Qaidah di belakang tragedi 9-11 yang dijadikan alasan untuk menzhalimi rakyat dan negeri Afghanistan, fitnah Senjata Pemusnah Massal untuk menzhalimi rakyat dan negeri Iraq, suply informasi fitnahan yang (semula?) untuk meng-Guantanamo-kan KH Abu Bakar Ba'asyir.

-- WALFTNt ASYD MN ALQTL (S. ALBQRt, 2:191), dibaca: walfitnatu asyaddu minal qatli, artinya: Fitnah itu lebih berbahaya dari pembunuhan. Oleh sebab itu dalam pemilihan Presiden + Wakli Presiden nanti supaya rakyat yang mempunyai hak pilih dihimbau untuk memilih (jangan jadi Golput) dan supaya disimak betul siapa-siapa di antara Capres + Cawapres yang mempunyai track record yang dijinakkan oleh Amrik, supaya jangan dipilih, no-way. WaLlahu a'lamu bishshawab

*** Makassar, 25 April 2004