2 Januari 2005

657. Gempa Diikuti Tsunami, Isyarat Allah

Ta'ziah untuk semua penduduk di Aceh sebagai front terdepan khususnya dan daerah bumi yang lain umumnya, yang mengalami musibah gempa bumi dan tsunami, semoga Allah memberikan rahmat kesabaran atas segala ujianNya.

Dihimbau kepada DPP IMMIM untuk mengumumkan kepada masjid-masjid agar setelah shalat Jum'at, supaya melaksanakan Shalat Ghaib untuk Korban Tsunami di Aceh.

***
Wilayah Indonesia menyimpan daerah potensial gempa tektonik, dengan adanya patahan dari tiga buah lempengan kerak bumi yang besar, yaitu lempeng Indo-Australia (di selatan), lempeng Pasifik (di timur laut), dan lempeng Eurasia (di sebelah barat daya).

Sebagian besar tsunami yang terjadi di dunia disebabkan oleh pergeseran vertikal lempengan kerak bumi (subduksi) di bawah dasar laut dalam yang berwujud gempa bumi tektonik. Adapun gempa bumi tektonik ini tidak dapat dideteksi sebelumnya, tidak seperti gempa vulkanik. Manusia dengan ilmunya tidak mampu "menciptakan" teknologi yang dapat melacak kapan terjadinya dan apa yang menjadi "pelatuk" subduksi yang berwujud gempa tektonik itu. Akal manusia tidak mampu untuk hal itu. Yang manusia mampu, hanya mengobservasi daerah potensial terjadinya sumber gempa tektonik yang berupa patahan lempengan kerak bumi itu.

Ada baiknya saya cuplik dari Seri 610, bertanggal 18 Januari 2004, lihat di antara tanda [ ]:

[Dalam ayat Qawliyah disebutkan tiga malaikat yang menjelma sebagai manusia yang ditugaskan oleh Allah SWT untuk membinasakan negeri Sodom dan Qamran. Sebelum ketiga malaikat itu "bekerja", terlebih dahulu mendatangi Nabi Luth AS menyuruh beliau dan pengikutnya (Ali Luth) untuk meniggalkan pemukimannya itu. Bagaimana caranya malaikat itu "bekerja", maka perlu dipelajari ayat Kawniyah.

Hasil penelitian ilmiah kontemporer menjelaskan, bahwa Lembah Siddim(*), yang di dalamnya terdapat kota Sodom dan Qamran merupakan daerah patahan yang itu berawal dari tepi Gunung Taurus, memanjang ke pantai selatan Laut Mati dan berlanjut melewati Gurun Arabia ke Teluk Aqaba dan terus melintasi Laut Merah, hingga berakhir di Afrika. Bila patahan lempengan kerak bumi ini sekonyong-konyong bergeser vertikal dengan mendadak maka akan menimbulkan gempa bumi tektonik dahsyat yang diikuti dengan tsunami, yaitu gelombang laut yang sangat besar yang menyapu kawasan pesisir pantai. Juga biasa diikuti dengan letusan lava/lahar panas dari perut bumi. Dari apa yang dipelajari dari ayat Kawniyah tersebut, rupanya dapat diambil kesimpulan
bahwa ketiga malaikat itu menggeser lempengan kerak bumi di daerah patahan tersebut, maka timbullah gempa bumi dahsyat. Sebagaimana diungkap peneliti Jerman, Werner Keller, "Bersama dengan dasar dari retakan yang sangat lebar ini, yang tepat melewatai daerah ini, Lembah Siddim, kedua kota Sodom dan Qamran dalam satu hari terjerumus ke kedalaman Laut Mati. Boleh jadi disertai pula dengan letusan petir, yang menyambut keluarnya gas alam yang mengakibatkan berkobarnya lautan api."

Rupanya tatkala ketiga malaikat yang menggeser patahan yang menyebabkan terjadinya gempa dahsyat tersebut, bangkitlah tenaga vulkanik yang telah lama tertidur sepanjang patahan. Serangkaian percobaan ilmiah dilakukan di Universitas Cambridge. Para ilmuwan membangun simulasi (tiruan) lembah Siddim tempat berdiamnya kaum Luth di laboratorium, lalu mengguncangnya dengan gempa buatan. Simulasi lembah tersebut terbenam dan miniatur rumah tergelincir masuk lalu terbenam ke dalam miniatur Laut Mati [http://www.harunyahya.com/indo/artikel/052.htm].

Itulah campur tangan "secara langsung" dari Allah SWT dengan mengirim malaikat menjadi pemicu (baca: pelatuk) gempa tektonik itu. Dalam Al Quran diinformasikan tentang beberapa "kerja-kerja" malaikat itu. Secara zhahir Nabi Musa AS memukulkan tongkatnya di atas Laut Merah, namun yang tak dapat dilihat dengan mata kasar, adalah malaikat yang berkerja membuat "jalan tol" dengan menghembus menguakkan air laut kanan-kiri, sehingga terbentuklah jalan tol itu. Pada perang Khandaq "kerja" malaikat itu menghembuskan angin badai yang sangat dingin yang memporak-perandakan perkemahan pasukan Al Ahzab (konfederasi Quraisy, Ghatafan, Yahudi) yang mengepung kota Madinah. Firman Allah:
-- FARSLNA 'ALYHM RYhA WJNWDA LM TRWHA (S. ALAhZAB, 33:9), dibaca: fa arsalna- 'alayhim ri-haw wajunu-dal lam tarauha- (s. al ahzab), artinya: maka Kami kirim kepada mereka angin badai dan pasukan yang kamu tidak melihatnya.

***

Seperti dikatakan di atas, manusia hanya mampu mengobervasi patahan lempeng kerak bumi sebagai daerah potensial gempa tektonik. Akal manusia tidak mampu menciptakan teknologi yang dapat melacak kapan terjadinya dan apa yang menjadi "pelatuk" gempa tektonik itu. Dan juga seperti yang termaktub dalam Seri 610 dengan informasi dari ayat Qawliyah tentang tiga malaikat yang diutus Allah kepada Nabi Luth AS beserta informasi dari ayat Kawniyah bahwa Lembah Siddim terletak pada patahan dua lempengan, menjadi petunjuk bahwa ketiga malaikat itulah yang memicu pelatuk menggeser vertikal daerah patahan pada lembah Siddim, sehingga timbul gempa tektonik. Allah SWT Yang campur tangan secara langsung yang mengutus malaikat memicu pelatuk gempa tektonik itu, merupakan isyarat dari Allah untuk kita pikirkan maknanya.

Tak ayal lagi gempa tektonik 150 kilometer sebelah Barat Daya Aceh yang menyebabkan timbulnya tsunami yang menyapu Aceh sebagai front terdepan adalah isyarat Allah SWT yang perlu kita tepekur merenungkan makna isyarat itu. Maha Rahman menjilat Aceh dari lautan, Maha Rahim mengisap Aceh dari bawah bumi. Manusia yang mulia dan paling beruntung adalah yang segera dipisahkan oleh Tuhan dari dunia. Demikian gaya budayawan Emha Ainun Nadjib (EAN) mengekspresikan "mati syahid" bagi mereka yang meninggal dalam musibah gempa bumi dan tsunami di Aceh itu. Dan bagi mereka yang hidup EAN berkata: Rakyat Aceh dan Indonesia kini terbebas dari blok-blok psikologis yang memenjarakan mereka selama ini, karena air mata dan duka mereka menyatu, sehingga akan lahir keputusan dan perubahan sejarah yang melapangkan kedua pihak".

Benarlah yang dikatakan EAN itu. Air mata dan duka menyatukan dan melapangkan dada kedua pihak yang bertikai yaitu Jakarta vs GAM. Aceh perlu dibangun dari reruntuhan. Sejarah pertikaian politik dan senjata perlu dilupakan. Blok-blok psikologis ditepis, semuanya memfokuskan perhatian pada kerja berat, dan dana yang tidak sedikit sekitar Rp.10 triliun, serta makan waktu yang panjang untuk membangun Aceh kembali. Ya, semuanya, bukan orang Aceh saja tetapi seluruh rakyat Indonesia, rakyat sipil, birokrat, Polri, ABRI dan GAM. Darurat sipil dicabut disertai amnesti umum dan GAM mundur selangkah, menerima kenyataan Otonomi Khusus "Syari'at Islam" di Nanggroe Aceh Darussalam dalam pangkuan Republik Indonesia. Semoga isyarat Allah berupa tsunami itu dapat dihayati dengan baik, sehingga terciptalah damai di Aceh. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar 2 Januari 2005