29 Oktober 2006

751. Al-Asmaa' Al-Husnay vs Hoax Rekayasa Antropolog

Orang atheist mengatakan bahwa tidak ada tuhan. Tuhan hanya ciptaan manusia saja. Apa benar begitu? Manusia mencipta tuhan di dalam benaknya? Itu ada benarnya, tetapi tidak seluruhnya benar. Hasil ciptaan manusia dalam benaknya, itulah dia yang disebut ila-h(un) dalam wujud mempertuhankan berhala, mempertuhankan manusia, mempertuhankan materi berupa harta benda kekayaan, mempertuhankan ideologi, mempertuhankan nasionalisme, mempertuhankan HAM dll. Itulah yang dinafikan (disangkal, deny) dalam LA ALH (dibaca: la- ila-ha), tidak ada itu ila-h(un) hasil ciptaan manusia dalam benaknya, yang Ada adalah Pencipta alam semesta. Sewaktu manusia belum ada di permukaan bumi ini, ila-h(un) itu juga belum ada, karena itu adalah hasil ciptaan manusia dalam benaknya. Jadi ma'na laa ila-ha illaLla-h, adalah tidak ada ilah hasil ciptaan manusia dalam benaknya, Yang Ada adalah Allah. Itulah dia ma'na tiada ilah selain Allah.

Para antropoloog (yang juga diikuti oleh Nurcholis Madjid) katanya setelah mengadakan penelitian atas bangsa-bangsa Semit mendapatkan bahwa orang-orang Semit ada yang menyembah air, sumur (= mata air), ada yang menyembah bulan, maka mereka berkesimpulan bahwa ila-h(un) itu adalah dewa air, dewa sumur, dewi bulan. Selanjutnya para antropoloog itu membuat hoax (kebohongan "ilmiyah") dengan trick (akal-akalan) permainan semantik. Mereka membubuhkan imbuhan definitif "al" di depan ilah, sehingga menjadi al-ilah, itulah dewa air, dewa sumur, dewi bulan. Membubuhkan al pada ilah adalah suatu yang sangat kontradiktif. Ilah yang telah dinafikan itu, sangat bertentangan dengan pembubuhan "al". Itulah yang disebut hoax rekayasa antropolog. Kemudian al-ilah disulap menjadi Allah, itulah yang disebut permainan akal-akalan semantik.

Waktu Abel Tasman ke bagian timur kepulan Nusantara ini banyak kelasi kapalnya meninggal karena penyakit scheurbuik (nanti pada abad ke-20 ketahuan bahwa penyakit itu disebabkan oleh kekurangan vitamin C). Maka Abel Tasman singgah di Ambon mengambil kelasi. Tiba pada suatu waktu Abel Tasman yang sedang berdiri bersama dua orang kelasi Ambon, tampaklah dari jauh sebuah pulau/daratan. Kelasi Ambon yang berdiri di tengah segera menunjuk sambil berseru: "Itu ada pulo." Abel Tasman bertanya: "Wat is de naam van het pulo," dan serempak dengan itu kelasi Ambon yang satu bertanya pula kepada temannya: "Mana itu pulo." Karena jengkel kepada temannya mengapa pulau yang sudah jelas kelihatan itu tidak dilihatnya, ia balik bertanya: "Ose tra lia'," (engkau tidak lihat)? Segera Abel Tasman dengan rasa puas karena mendapat jawaban, masuk ke dalam kamarnya, menulis dalam log-boeknya: Pada jam sekian, tanggal sekian, tahun sekian, kami menjumpai daratan baru bernama Australia. Maka hoax permainan semantiknya antropolog "al-ilah menjadi Allah", tidaklah berbeda dengan hoax dalam dongengan tentang lahirnya nama Australia, dengan permainan semantik dari Osetralia.

***

Nama Allah adalah Nama Diri (Proper Name) yang Allah sendiri memberikan NamaNya sejak Nabi Ibrahim AS, seperti termaktub dalam Al-Quran:
-- FLMA BLGh M'AH ALS'AY QAL YBNY ANY ARY FY ALMNAM ANY ADzBhK FANDzR MADzA TRY QAL YAaBT AF'AL MA TWaMR STJDNY AN SYAa ALLH MN ALShBRYN (S. ALShFT 37:102),
dibaca:
-- falamma- balagha ma'ahus sa'ya- qa-la Ya- bunayya inni- ara- fil mana-mi anni- adzbahuka fanzhur ma-dza- tara- Qa-la Ya- abatif'al ma- tu'maru satajiduni- insya- ALla-hu minash sha-biri-na (tanda - dipanjangkan membacanya),
artinya:
-- Tatkala putra itu sudah balig dan telah sanggup membantu bekerja, berkatalah (Ibrahim): Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam tidurku bahwa aku menyembelihmu, maka bagaimanakah pendapatmu mengenai hal ini. Berkata (Isma'il): Hai ayah, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, engkau akan mendapati aku, insya Allah, termasuk golongan orang yang tabah.

Allah adalah Nama Diri, yang tidak dijabarkan dari kata apapun juga dan tidak mempunyai arti yang terkait dengan sifat dan perbuatan apapun juga:
-- WLM YKN LH KFWA AhD (S. ALAKhLASh, 112:4),
dibaca:
-- Walam yakul lahu- kufuwan ahad,
artinya:
-- dan tak satu juapun yang sekufu (setara) denganNya.

Menurut ayat (37:102), Allah telah memberitahukan Nama DiriNya kepada Nabi Ibrahim AS seperti diucapkan oleh Isma'il: "satajiduni- insya- ALla-hu minash sha-biri-n". Kepada Nabi Muhammad SAW Allah memberi tahu 99 Al-Asmaa' Al-Husnay (Nama-Nama Terbaik) yang dikaitkan kepada sifat dan perbuatan Allah. Firman Allah:
-- WLLH ALASMAa ALhSNY FAD'AWH BHA WDzRWA ALDzYN YLhDWN FY ASMAaH SYJZWN MA KANWA Y'AMLWN (S. ALA'ARAF, 7:180),
dibaca:
-- waliLla-hil asma-ul husna- fad'u-hu biha- wadzarul ladzi-na yulhidu-na fi- asma-ihi- sayujzauna ma- kanu- ya'malu-n,
artinya:
-- Bagi Allah Nama-Nama Terbaik, sebab itu berdo'alah kepadaNya dengan Nama-Nama itu dan biarkanlah orang-orang memutar-mutar Nama Allah, nanti mereka akan dibalasi apa yang mereka perbuat.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam ayat (7:180) tersebut. Pertama, jika berdoa kepadaNya pakailah Nama-Nama terbaik itu, seperti antara lain yang dalam Basmalah, Ar-Rahman (Maha Pengasih), Ar-Rahim (Maha Penyayang). Kedua, peringatan bagi antropolog dalam kalangan ummat Islam untuk tidak membeo kepada antropolog orang-orang kafir itu memutar-mutar Nama Allah (misalnya dari al-ilah). Sampai lumpuh otak antropolog orang-orang kafir itu tidak akan bisa mengakal-akali bikin hoax dari mana asal 99 kata itu. Itulah sebabnya sampai sekarang dan sampai kiamat para antropolog itu tidak sanggup mengutak-katik dengan otaknya yang sejemput itu dari mana asal kata ke-99 Nama-Nama Terbaik dari Allah.

Alhasil, Nama Allah telah diturunkan Allah sebelum penyembah berhala menciptakan dalam benak manusia yang melahirkan kebudayaan Semit nama-nama Ilah seperti tiga-serangkai/ trimurti Arab-jahiliyah: Al-Lat (dewi kesuburan dan peperangan), Al-Uzza (dewi kekuatan), dan Al-Manat (dewi peruntungan) . Pada zaman Nabi Isma'il AS orang Arab di Makkah masih beragama Tawhid, menyembah Allah, seperti diajarkan oleh Nabi Isma'il AS. Dalam perjalanan sejarah agama Tawhid yang diajarkan oleh Nabi Isma'il AS, walaupun nama Allah masih tetap dipelihara (nama ayahanda Nabi Muhammad SAW adalah Abdullah), namun agama Tawhid dikotori oleh kebudayaan jahiliyah hasil olahan benak masyarakat jahiliyah penyembah berhala itu, yang menghasilkan tuhan ciptaan manusia, seperti tiga-serangkai Arab-jahiliyah tersebut.

***

Manusia keturunan Nabi Adam AS dan Sitti Hawa punya cirikhas yang berhubungan ke-99 Al-Asmaa' Al-Husnay. Periksalah telapak tangan anda yang sebelah kanan di situ tertera alur(*) berbentuk angka Arab ١٨ (18) (membaca angka Arab dari kiri ke kanan, berbeda dengan membaca tulisan Arab dari kanan ke kiri). Pada telapak kiri tertera angka ٨١ (81). Cobalah jumlahkan: 18 + 81 = 99 jumlah Nama-Nama Allah Terbaik. Coba susun: 1881, bagilah 19, 1881:19 = 99. Pada bagian dalam sampul (inner cover) Al-Quran awal dan akhir ada tertera ke-99 Nama-Nama Terbaik dari Allah. WaLlahu a'lamu bisshawab.

Makassar, 29 Oktober 2006
--------------------------
(*) Alur pada telapak tangan sebelum diturunkan wahyu ttg Al-Asmaa' Al-Husnay yang jumlahnya 99 itu dan sebelum dikenal simbol bilangan sistem desimal angka Arab, masih merupakan rahasia yang belum dapat dibaca manusia.