21 Januari 2007

762. Teknologi Canggih dan Paranormal, Mengapa Ahli Syari'at diabaikan ?

Sekitar musibah hilangnya Adam Air, ada tiga teori.

Pertama, Teori Ledakan di Udara ; Hancur Jadi Abu.
Ada banyak bom yg dipasang dalam pesawat, di cockpit, di cabin di ekor, bom-bom itu sangat canggih, tak dapat discan di bandara, maka setelah semua bom itu diledakkan serentak oleh seorang terrorist dengan menggunakan keypad handphonenya, maka tiada apa satu pun sisa pesawat yang tinggal, semuanya menjadi halus sehalus-halusnya menjadi abu. Teori ini tidak sesuai dengan fakta di lapangan, karena serpihan-serpihan telah ditemukan di laut.

Kedua, Teori Ledakan di Udara ; Ada Serpihan di Laut.
Jika pesawat itu walau apapun sebabnya meledak di altitud setinggi sekitar 40000 kaki, misalnya dengan asumsi disebabkan tekanan udara (angin puting beliung) yg tinggi, maka pasti ada sisa samada berupa serpihan yang timbul di permukaan laut, dan akan tersebar ke kawasan yg puluhan kilometer nautika luasnya, atau serpihan itu tenggelam ke dalam laut, dan dibawa arus dasar laut yang deras. Jika ledakan itu terjadi tatkala pesawat berada pada altitud sekitar 10000 kaki maka serpihan sisa ledakan akan lebih besar fragmennya. Tidak tertutup kemungkinan asumsi disebabkan ledakan itu disebabkan oleh bom. Dalam sejarah kasus pesawat Korea yg meledak akibat ada bom yg dipasang agen-agen Korea Utara, 23 November 1987, selepas meledak dan jatuh ke dalam lautan Andaman sedalam 10000 kaki, serpihan2 pesawat itu masih bisa ditemukan dan di bawa ke permukaan.

Teori ini rupanya cocok dengan fakta di lapangan, serpihan telah di dapatkan. Apakah pesawat itu meledak di udara samada karena tekanan angin puting beliung berhubung material dinding pesawat yang sudah lelah (ilmu logam mengajarkan bahwa material itu bisa lelah juga karena sudah lansia), atau karena bom, lebih baik kita husnuzhzhan, berasumsi baik saja, bukan karena bom yang dipasang.

Maka eloklah kiranya kita kemukakan fakta ini sebagai ilustrasi.

Perhatian Kapten Pilot Sutan Salahuddin terhenti saat membaca satu bagian pada catatan yang baru diterimanya. Laporan itu menyebut, Boeing 737-300 yang akan diterbangkannya sejam lagi mengalami kerusakan pada sistem navigasinya. Catatan itu dibolak-balik, tetapi ia tak juga menemukan surat keterangan dari bagian teknik bahwa pesawat layak terbang. Sutan menolak menerbangkan pesawat milik maskapai Adam Air itu dari Jakarta ke Padang. "Tapi saya ditekan pihak owner (pemilik) melalui telepon agar menerbangkan pesawat itu," katanya. Sutan akhirnya menyerah dan menerbangkan pesawat tanpa alat navigasi itu. Pesawat itu terbang seperti orang berjalan dengan mata tertutup saja. Selama penerbangan ia mengkhawatirkan keselamatan sekitar seratus penumpang yang dibawa-nya. Dia harus memakai insting untuk mencari arah Kota Padang. Untunglah, pengalaman terbang Sutan membuat pesawat tidak nyasar.

Setelah insiden itu, Sutan merasa tidak nyaman dan aman bekerja di maskapai Adam Air. Saat dia berbagi cerita dengan kawan-kawannya sesama pilot, ternyata peristiwa serupa pernah mereka alami. Akhirnya Sutan bersama 16 pilot lainnya memutuskan mengundurkan diri dari Adam Air, Mei 2005. Ternyata keputusan mundur itu berbuntut panjang. Pihak Adam Air menuding rombongan pilot itu menyalahi kontrak kerja. Perusahaan membawa kasus ini ke pengadilan perdata.

Mungkin saja kecelakaan pesawat Adam Air dengan nomor penerbangan KI 574 di atas langit Selat Makassar juga berkaitan dengan sistem navigasi. Percakapan terakhir yang terekam antara pilot Refri Agustian Widodo dan petugas air traffic controller (ATC) atau pemandu lalu-lintas udara di Bandara Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, pilot bertanya di mana posisinya. Padahal, sistem navigasi di kokpit pesawat cukup memberi informasi itu kalau alat itu bekerja baik.

Kalau peledakan di udara itu bukan karena bom, maka penyebabnya ialah masalah manajemen. Seorang mantan pilot Adam Air, yang menolak disebut namanya, mengaku campur tangan manajemen cukup besar. Padahal pihak manajemen tidak paham masalah pengoperasian pesawat. Dia menceritakan pengalamannya saat transit di Juanda Surabaya, Jawa Timur, sebelum meneruskan perjalanan ke Ngurah Rai Denpasar, Bali.

Namun black-box belum terdeteksi. Agak mustahil signal fungsi GPRS dari dalam black-box tidak dapat dideteksi. Signal itu sangat reliable dan bisa bertahan lama, karena binaan black-box sangat kokoh dan sukar untuk musnah walaupun pesawat meledak akibat bom. Oleh sebab itu lahirlah teori ketiga.

Ketiga, Teori Ulah Jin
Pesawat itu tiba-tiba hilang dari radar. Pilot mengirim distress message (pesan gawat) karena cuaca buruk, tetapi ia tidak melaporkan perihal mengubah haluan akibat cuaca buruk tersebut. Laporan yg mengatakan pilot mengubah haluan hanyalah merupakan asumsi, karena telah terputus hubungan dengan ATC.

Badan pesawat ghaib, utamanya black-box, karena ulah jin? Ini sungguh memalukan, teori apa ini? Di zaman millennium baru dan canggih kini mana ada cerita-cerita begini? Ini ajaran sesat.…Iya, ajaran sesat bagi mereka yang sesat dari menghayati kekuasaan Allah. Harus dipilah antara dukun dukun paranormal dengan ahli syari'at. Paranormal yang minta prtolongan jin dibesar-besarkan di surat kabar, menyertai ahli zhair berteknologi canggih melacak bangkai pesawat, utamanya black-box. Para ahli syari'at diabaikan. Bukan sembarang ahli, melainkan seorang yang lebih hebat dari jin, tidak butuh pertolongan jin, melainkan seperti disebutkan dalam Firman Allah dalam S. An-Naml:

-- 38. QAL YaAYHA ALMLaWA AYKM YaATYNY B’ARSyHA QBL AN YaATWNY MSLMYN,
dibaca (tanda - dipanjangkan membacanya):
-- qa-la ya-ayyuhal malau- ayyukum ya’ti-ni- bi’arsyiha- qabla ayyatu-ni- muslimi-na
--39 QAL AFRT MN ALJN ANA aATYK BH QBL AN TQWM MN MQAMK WANY ‘ALYH LQWY
AMYN, dibaca:
-- qa-la ‘ifritum minal jinni ana a-ti-ka bihi- qabla an taqu-ma mim maqa-mika wainni- ‘alaihi laqawiyyun ami-nun
-- 40. QAL ALDzY ‘ANDH ‘ALM MN ALKTB ANA aATYK BH QBL AN YRTD ALYK ThRFK FLMA RaAH MSTQRA ‘ANDH QAL HDZA MN FDhL RBY (S. ALNML, 27:38-40),
dibaca:
-- qa-lal ladzi- 'indahu- 'ilmum minal kita-bi ana a-ti-ka bihi- qabla ayyartadda ilaika tharfuka falamma- raa-hu mustaqirran 'indahu- qa-la ha-dza- min fadhli rabbi-, artinya:
-- Berkata (Sulaiman): "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku untuk menyerah."
-- Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; Sesungguhnya Aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".
-- Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip", maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Maha Pengaturku."

WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 21 Januari 2007