27 Mei 2007

780. Deklarasi Aziz-Mubyl

Ada dua acara yang bersamaan pada hari Ahad yang lalu yang sewajarnya saya hadiri, yaitu Wisuda Santri di Pesantren IMMIM Putera dan Deklarasi pasangan Cagub-Cawagub Sulawesi Selatan. Jadi saya harus memilih yang mana akan dihadiri, yaitu mendahulukan yang sekali berlangsung ketimbang yang rutin. Maka pilihan saya jatuh pada acara Deklarasi tersebut. Pasangan Cagub-Cawagub itu adalah Al-Ustadz H.Abd Aziz Qahhar Mudzakkar dan Al-Ustadz H.Mubyl Handaling. Yang unik keduanya adalah insinyur. Pasangan Aziz-Mubyl ini tampaknya lebih gesit mendahului berdeklarasi ketimbang kedua pasangan Cagub-Cawagub yang lainnya. Aziz nyaris tidak bisa maju sebagai Cagub, berhubung salah satu dari tiga partai Koalisi Keummatan (PPP, PBB, PKS) menarik diri, sehingga persyaratan 15% dari hasil Pemilu yang lalu, menjadi tidak terpenuhi. Untuk mengisi kekurangan itu, Koalisi Kebangsaan dari 8 partai menawarkan diri dengan mengajukan Mubyl sebagai Cawagub. Bertemulah ruas dengan buku, tercapailah di atas 15%, terbentuklah pasangan Aziz-Mubyl yang diusung oleh Koalisi Keummatan dan Kebangsaan yang besedia secara ikhlas. Pasangan Aziz-Mubyl ini adalah pasangan yang tidak punya uang miliaran. Ini adalah kemajuan berpolitik di Sul-Sel, pasangan "miskin" juga bisa maju menjadi Cagub-Cawagub. Munculnya pasangan Aziz-Mubyl disambut baik kalangan independen di daerah ini. Paket ketiga ini yang secara gesit lebih dahulu berdeklarasi, dinilai bakal lebih menggairahkan Pilkada di Sulsel. Deklarasi ini praktis membuat pertarungan di Pilkada Sulsel bakal ramai, karena diikuti tiga pasangan calon. Dua pasangan lainnya adalah Amin-Mansyur dan Syahrul-Agus, yang sudah lebih dahulu tersusun, namun belum berdeklarasi.

Pasangan Cagub-Cawagub yang "miskin" ini tidak memakai Tim Sukses, melainkan Tim Pejuang atas dasar ikhlas, tanpa dibayar. Tim Pejuang ini diketuai oleh Abraham Samad, yang Koordinator Badan Pekerja Anti Corruption Committee (ACC) Sulawesi. "Saya katakan kepada Pak Abraham, kalau Anda benar-benar komit untuk pemberantasan korupsi, maka ayo sama-sama saya berjuang untuk itu. Pokoknya seluruh LSM antikorupsi saya ajak bergabung. Begitu pula dengan akademisi yang pro pemerintahan bersih," kata Aziz. Tim pejuang ini juga akan menjadi saksi TPS yang tidak bersedia dibayar. Selama ini, kebanyakan saksi di TPS mesti dibayar oleh kandidat.

Dalam Deklarasi tersebut selain pimpinan partai pendukung koalisi, sejumlah tokoh kaum marjinal juga sempat menyampaikan unek-uneknya. Mereka antara lain perwakilan sopir M Said Welikin dan Jamrud mewakili perempuan marjinal. Yang menarik, dua tokoh non-Muslim juga turut menyampaikan orasinya. Keduanya adalah Ishak Ngeljaratan mewakili akademisi dan Ari Rorora, Ketua Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK) Sulsel. Ishak dan Ari memuji Aziz-Mubyl sebagai figur terbaik untuk memimpin Sulsel lima tahun ke depan.

“Saya hadir di sini mewakili akal sehat dan hati nurani. Kami berharap Aziz-Mubyl muncul sebagai rahmatan lil alamin atau dalam bahasa Kristiani sebagai kasih lil alamin,” kata Ishak yang juga dikenal sebagai budayawan. Sementara itu Ari Rorora mengatakan: "Islam dan Kristen bersaudara. Makanya, non-Muslim tidak perlu takut dengan penerapan syariat Islam. Pasalnya, itu hanya berlaku bagi umat Islam. Umat Kristiani juga punya syariat sendiri yang tentu saja juga harus dijalankan secara konsisten." Sedangkan Aziz yang mendapat giliran berorasi terakhir menegaskan kembali visi-misinya, yakni pembangunan ekonomi kerakyatan, pemerintahan yang bersih, dan terciptanya masyarakat religius. “Saya berobsesi menjadikan Sulawesi Selatan sebagai kiblat pemerintahan di Indonesia. Bagi kami, pemerintahan yang bersih merupakan harga mati, yaitu transparansi APBD, mulai pembahasan hingga pelaksanaannya,” demikian Aziz.

Ada hikmah tersusunnya Koalisi Keummatan dan Koalisi Kebangsaan. Yaitu citra penegakan Syari'at Islam bagi yang non-Muslim. Mengapa? Karena Aziz adalah Ketua Lajnah Tnafidziyah Komite Persiapan Penegakan Syari'at Islam (KPPSI) Sul-Sel. Terus terang selama ini, jangankan yang non-Muslim, bahkan yang Muslim sendiripun tidak kurang yang allergi terhadap penegakan Syari'at Islam. Ishak Ngeljaratan yang non-Muslim yakin akan ungkapan ayat: rahmatan lil'alamin yang ia bahasakan dalam ungkapan Kristiani kasih lil'alamin. Sebenarnya rahmatan dengan kasih tidak jauh berbeda. Rahmatan berasal dari akar Ra-ha-Mim [RhM] yang menurunkan Rahman dan Rahim, 2 di antara 99 Al-Asmaa Al-Husna (Nama-nama yang terbaik). Rahman adalah NamaNya yang berhubungan dengan sifat Allah Yang Maha Pengasih, mengasihi hambaNya tanpa pilih tebang, semuanya mendapat Kasih Allah baik yang beriman, maupun yang tidak beriman. Goal dari akhlaq kita adalah sifat Allah yang Maha Pengasih, sehingga kita bisa menjadi rahmat (tha marbutha diucapkan rahmah) bagi sekelilingnya. Sedangkan Rahim adalah NamaNya yang berhubungan dengan sifat Allah Yang Maha Penyayang. Hambanya yang beriman yang bersungguh-sungguh berdoa'a kepadaNya dengan persyaratan mengerjakan seluruh perintahnya dan menjauhi larangannya, insya-Allah akan dikabulkanNya. Jadi orang yang tidak beriman tidak akan mendapatkan sifat RahimNya, karena tentu saja orang berimanlah yang akan berdo'a kepadaNya.

Syari'at Islam dalam hal ibadah ritual, hanya bagi ummat Islam saja. Namun dalam hal kesejahteraan, Syari'at Islam yang Rahmatan lil'alamin, bukan hanya untuk ummat Islam saja, tetapi seluruh ummat manusia. Firman Allah:
-- KY LA YKWN DWLt BYN ALAGhNYAa MNKM (S. ALhSyR, 59:7), dibaca:
-- Kai La- YaKu-na Du-latan bainal aghniya-i mingkum, artinya:
-- supaya kedaulatan (ekonomi) itu jangan (beredar) di antara orang-orang kaya di antara kamu.

Ayat (59:7) tesebut merupakan salah satu visi dan misi pasangan Aziz-Mubyl, yaitu ekonomi kerakyatan, di mana Mubyl telah puluhan tahun berkecimpung dalam jaringan pengusaha kecil dan menengah. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 27 Mei 2007