12 April 2009

869. Medan Jihad vs Tempat Mengais Rezeki dan Kebanggaan

"Islam bukan saja sekadar sistem ritual, sebagaimana difahamkan secara sekuler, melainkan Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual, karakter perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik, ekonomi, administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, damai-perang, bangsa-antarbangsa, pranata subsistem peradilan dan apresiasi hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman dan Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu."

***

Sementara kolom ini ditulis, orang-orang sementara masih demam membicarakan hasil Pemilu, namun memakai ukuran jumlah suara. Kalau untuk DPD memang jumlah suara menentukan jumlah kursi (di Sul-Sel 4 kursi). Akan tetapi mengenai DPR, mereka yang demam itu lupa bahwa jumlah suara tidaklah mencerminkan jumlah kursi. Sebab di Jawa harga kursi itu 300.000 orang, sedangkan di luar Jawa harga kursi 200.000 orang.

DPR yang sekarang ini rusak citranya oleh sementara anggotanya yang menganggap DPR adalah tempat mengais rezeki dan kembagaan, gold and glory (2G). Ada pepatah: Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Seekor kerbau berkubang semua kena lumpurnya. Pepatah itu menyinggung pola pikir rampatan (generalisasi). Tidaklah semua anggota DPR itu yang menganggap DPR sebagai tempat mengais 2G, melainkan sebahagiannya ada yang punya nawaitu DPR itu adalah medan jihad, untuk kemaslahatan ummat, rakyat, bangsa dan negara. Namun patut diakui bahwa Senayan sekarang nilanya bukan hanya setitik melainkan bisa semangkuk, kerbaunya bukan seekor, melainkan beberapa ekor.

Mudah-mudahan Caleg yang lolos menjadi Leg jauh lebih banyak jumlahnya yang pakai nawaitu Senayan adalah medan jihad ketimbang yang punya nawaitu Senayan tempat mengais 2G, dan dengan demikian citra DPR menjadi cemerlang kempali, seperti sebelumnya (baca: sebelum orde lama / orde baru / orde reformasi). Caleg yang tidak lolos yang punya nawaitu Senayan adalah medan jihad akan bertekad ketidak lolosan itu adalah kegagalan sementara, keberhasilan yang tertunda, nrxt time better. insya Allah tidak akan menghuni kamar-kamar / tempat-tempat tidur yang telah disediakan oleh rumah-rumah sakit. Namun bagi para Caleg yang tidak lolos itu yang punya nawaitu Senayan tempat mengais 2G, akan merisaukan yang dikandung berceceran, yang dikejar tidak dapat, dan bakal menghuni kamar-kamar / tempat-tempat tidur yang telah disediakan oleh rumah-rumah sakit.

Para Caleg yang lolos yang punya nawaitu Senayan adalah medan jihad, akan selalu ingat janji-janji politiknya pada waktu kampanye, dan selalu ingat firman Allah:

-- YAaYHA ALDzYN aAMNWA LM TQWLWN MA LA TF'ALWN . KBR MQTA 'AND ALLH AN TQWLWA MA LA TF'ALWN (S. ALShFF, 61:2,3), dibaca:
-- ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- lima taqu-lu-na ma la- taf'alu-n . kabura maqran 'indaLla-hi an taqu-lu- ma- la- tafa'lu-n, (tanda - dipanjangkan membacanya), artinya:
-- Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? . Amat besar kutuk Allah karena kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
WaLlahu a'lamu bisshawab.

***

Makassar, 12 April 2009