12 Juli 2009

882. Seruan Kepada Parpol Islam dan yang Berbasis Massa Muslim

Proses penyelenggaraan Pilpres masih menyimpan tiga embel-embel:
Pertama, sejumlah stasiun televisi menyiarkan hasil exit poll dan quick count sebelum proses pemungutan suara rampung. Sebenarnya secara internasional exit poll dan quick count baru boleh diumumkan setelah pemungutan suara selesai, karena itu bisa mempengaruhi pemilih, terlebih lagi bagi pemilih akar rumput di Indonesia masih "labil".

Kedua
, Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang masih bermasalah, yaitu adanya nama-nama ganda dalam DPT. Menurut Prabowo, ada 5,6 juta nama pemilih yang diduga manipulasi.

Ketiga
, Petugas Pemungutan Suara (PPS), kata Prabowo, mempersulit massa pendukungnya. "Mereka sudah membawa KTP dan KK, malah diminta foto copy. Padahal ini hari libur dan mereka rakyat kecil. Bagaimana mereka bisa memenuhi itu," katanya. Prabowo mengklaim ada 5 ribu pendukungnya di Tanjung Priok, Jakarta, yang tidak bisa memilih karena persyaratan itu.

Hal itu merisaukan para tokoh Parpol Islam. "Jelas saja, kami sangat tidak nyaman bila kemenangan ini nantinya dianggap karena ada pelanggaran-pelanggaran. Padahal, sifatnya masih sebatas dugaan," kata Ketua DPP PPP Lukman Hakim Syaifuddin di Jakarta, 8 Juli 2009. Menurut Lukman, bila ada pihak-pihak yang masih tidak puas sebaiknya menempuh jalur dan mekanisme yang sudah diatur UU Pilpres. Segala pelanggaran administrasi dilaporkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). "Kalau pelanggaran pidana ya laporkan ke aparat penegak hukum," menegaskan Presiden PKS Tifatul Sembiring, yang juga meminta ukhuwwah dan persatuan umat kembali diperbaiki. Ketua Umum DPP PBB MS Kaban juga meminta iklim fairness dalam pilpres terus dijaga. Pilpres, imbuh dia, tidak boleh dicederai dengan tuduhan adanya kecurangan yang sebenarnya tidak berdasar. "Semua harus menghormati dan menjaga komitmen menciptakan proses demokrasi yang damai," ujar Menteri Kehutanan itu. Calon Presiden Jusuf Kalla menyatakan menghargai hasil perhitungan cepat pemilu presiden. Meski demikian, dia menyatakan masih menunggu hasil perhitungan formal yang dilakukan KPU dan hasil perhitungan dari seluruh saksi dari tim kampanye JK-Wiranto yang berada di seluruh kecamatan. "Sejauh ini, laporan dari daerah-daerah di TPS-TPS angkanya jauh lebih tinggi dari quick count. Karena itu, kita tunggu hasil formal dari KPU," tuturnya. Kalla mengaku terkejut dengan perolehan suara berdasarkan quick count.

***
Kalau Alfian mengatakan belum saatnya orang Sulsel jadi Presiden, maka pengasuh kolom ini menyatakan: "Belum tiba saatnya akar rumput Indonesia berdemokrasi. Boleh jadi tahun-tahun mendatang baru akar rumput bisa memilih atas dasar rasionalitas, yaitu bahayanya Neo Liberalisme. Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan secara berkelakar menyatakan: "Keterpilihan SBY saat ini diibaratkan membeli motor baru. Sekarang begini, kalau motor lama masih baik, tidak rewel, apakah akan membeli motor baru?

Kalaulah memang quick count itu tidak ada perbedaan secara signifikan dengan hasil perhitungan KPU secara manual, artinya pasangan SBY-Boediono menjadi nakhoda yang melayarkan bahtera RI ini, maka adalah keniscayaan kelompok yang kalah dalam Pilpres di Senayan beroposisi mengontrol jangan sampai bahtera itu dijalankan dengan mesin penggerak Neo Liberalisme. Sedangkan di luar Senayan dilakukan oleh kelompok Pressure Group yang biasa disebut Parlemen Jalanan.

Ala kulli hal, kalau secara eksternal oposisi di Senayan dan Pressure Group mengontrol, maka secara internal diserukan kepada Parpol Islam dan bermassa Muslim yang berkoalisi dengan SBY-Boediono mengontrol dari dalam, jangan sampai kebijakan ekonomi dijalankan di atas paradigma Neo Liberalisme.

Kepada Parpol Islam dan bermassa Muslim, kami titipkan Firman Allah yang menentang Neo Liberalisme:
-- KY LA YKWN DWLt BYN ALAGhNYAa MNKM (S. ALhSyR, 59:7), dibaca:
-- kay la- yaku-na du-latan baynal aghniya-I mingkum, artinya:
-- supaya kedaulatan (ekonomi) itu jangan beredar di antara yang kaya saja di antara kamu
-- In order that it may not (merely) make a circuit between the wealthy among you.
WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 12 Juli 2009