28 Maret 2010

916 Gaya Redaksional Umur Nabi Nuh AS dalam Al-Quran

Gaya redaksional Al Quran tentang umur Nabi Nuh AS:
ALF SNt ALA KhMSYN (S.AL'ANKBWT, 29:14), dibaca: alfa sanatin illa- khamsi-n, artinya:
-- 1000 tahun kecuali 50.
Tidak dinyatakan secara langsung 950 tahun, itu merupakan isyarat ada hikmah yang terkandung dalam gaya redaksional dalri ayat (29:14) tsb. Karena ini mengenai bilangan, maka akan dikemukakan dahulu semua bilangan yang ada dalam Al-Quran:

bilangan no.urut substansi yang ditunjuk
1 1 Allah [112:1], orang [18:10]
2 2 kerusakan [17:4]
3 3 hari [2:196]
4 4 bulan [2:26]
5 5 orang [18:22]
6 6 periode, hari [7:54]
7 7 langit [2:29], tahun [2:47], tangkai pohon [2:261], tangkai gandum [12:43], jalur [22:17], malam [69:7]
8 8 binatang ternak [39:6], hari [69:7]
9 9 tahun [18:25]
10 10 orang [8:65]
11 11 bintang [12:4]
12 12 bulan [9:36]
19 13 tidak menunjuk apa-apa [74:30]
20 14 orang [8:65]
30 15 malam [7:142], bulan [46:15]
40 16 malam [251]
50 17 tahun [29:14]
60 18 orang [58:4]
70 19 ampunan [9:80], laki-laki [7:155], hasta [70:32]
80 20 cambukan [24:4]
99 21 kambing [38:23]
100 22 orang [8:66]
200 23 orang [8:65]
300 24 tahun [18:25]
1.000 25 malaikat [8:9], bulan [97:3], tahun [22:47], [29:14]
2.000 26 orang [8:66]
3.000 27 malaikat [3:124]
5.000 28 malaikat [3:125]
50.000 29 tahun [70:4]
100.000 30 orang [37:147]

Di antara ke-30 jenis bilangan di atas itu hanya bilangan 19 yang lain daripada yang lain, yaitu tidak menunjuk pada substansi, jadi angka 19 ini istimewa. Itu terletak dalam S. Al Muddatstsir, 74:30.
-- 'ALYHA TS'AT 'ASYR, dibaca: 'Alayha- tis'ata 'asyar, artinya:
-- Padanya 19.
Yang menarik, Allah men-design (artinya bukan kebetulan), jumlah ke-30 jenis bilangan itu kelipatan 19:
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 + 11 + 12 + 19 + 20 + 30 + 40 + 50 + 60 + 70 + 80 + 99 + 100 + 200 + 300 + 1000 + 2000 + 3000 + 5000 + 50,000 + 100,000 = 1621146 = 8534 x 19.
Jika umur Nabi Nuh AS dinyatakan langsung dengan 950 tahun, maka bilangan 950 yang sebelumnya tersembunyi akan muncul. Coba perhatikan persamaan ini: 1000 - 50 = 950. Yang muncul dalam gaya redaksional 1000 tahun kecuali 50 ini adalah bilangan 50 dan 1000 (lihat no.urut 17 dan 25 dalam tabel di atas). Bilangan 950 tersembunyi, baru muncul setelah dilakukan operasi kurang. Alhasil, angka 950 karena tidak nyata, maka tidak dicantumkan dalam deretan bilangan dalam Al-Quran. Gaya redaksional 1000 tahun kecuali 50 menghasilkan jenis bilangan 30 buah, dan jumlah ke-30 bilangan itu kelipatan 19.
Maka terungkaplah hikmah gaya redaksional tsb. Jangan coba-coba ada tangan-tangan gatal mengubah Al-Quran, atau berani mengatakan Al-Quran sudah mengalami perubahan. Lihatlah itu mengubah gaya redaksional 1000 tahun kecuali 50 menjadi 950 akan langsung "disengat" oleh sistem kontrol angka 19, jumlah bilangan dalam Al-Quran bukan lagi kelipatan 19. Asal tahu saja Luthfi Asysyaukani, benggolan yang menamakan diri dengan "Islam" Liberal, yang mengekor pada orientalis, ia nyeletuk bahwa Al-Quran mengalami berbagai proses "copy-editing" oleh para sahabat, tabi'in, ahli bacaan, qurra, otografi, mesin cetak, dan kekuasaan.
Itu "sengatan" berupa kontrol yang pertama. Kontrol yang kedua yaitu dari bacaan (Al-Quran = Bacaan). Bacaanlah yang menjadi standard / patokan (teks mengacu pada bacaan). Dan bacaan Nabi Muhammad SAW dikontrol oleh Jibril AS dalam bulan Ramadhan, dan selanjutnya setiap bulan Ramadhan terkontrol oleh Imam al-Haramain yang membacakan penuh seluruh Al-Quran dalam shalat Tarwih di Masjid al-Haram. Dan bacaan Imam al-Haramain dikontrol langsung oleh ma'mum yang jumlahnya banyak sekali yang hafal Al-Quran yang datang dari seluruh pelosok dunia untuk shalat Tarwih di Masjid al-Haram. Wajib hukumnya dalam shalat ma'mum langsung memperbaiki kesalahan bacaan imam. Alhasil pada Al-Quran tidak relevan kritik teks, sehingga tidak ada tempatnya pemakaian hermeneutik.
Kesalahan vital orientalis, karena mereka tidak faham, bahwa seperti yang ditekankan di atas, pada Al-Quran teks dikontrol oleh bacaan. Berbeda dengan kritik teks terhadap Bible, dimana teks Bible itu tidak ada alat kontrolnya. Sebuah ilustrasi:
-- KDzLK WZWJNHM BhWR 'AYN (ALDKhAN, 44:54), dibaca: kadza-lika wa zawwajna-hum bihu-rin 'i-nin, artinya:
-- demikianlah, dan Kami jodohkan mereka dengan bidadari.
Menurut Luxenberg, karena huruf mula-mula Al-Quran tidak pakai titik maka Zay dan Jim bisa dibaca Ra dan ha, sehingga katanya dalam ayat (44:54) ZWJNHM bisa dibaca zawwajna-hum (Kami jodohkan mereka), atau rawwahna-hum (Kami tenteramkan mereka). Orientalis jahil ini seenaknya sesuai dengan seleranya memilih bacaan rawwahna-hum. Untuk itu ia bermain akrobat hWR 'AYN adalah metaphor dari anggur putih. Jadi ia artikan ayat (44:54):
-- demikianlah, dan Kami tenteramkan mereka dengan anggur putih.
Karena pada Al-Quran bacaan zawwajna-hum menjadi standar, maka sama sekali tidak boleh memilih bacaan rawwahna-hum. Maka dalam bermain akrobat itu Luxenberg tersungkur. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 28 Maret 2010