24 Oktober 2010

945 Berdayakan Sesuai Potensinya

Komjen Timur Pradopo memang dikenal akrab dengan ormas-ormas Islam antara lain kedekatannya dengan Front Pembela Islam (FPI). "Prinsipnya akan kita berdayakan sesuai potensi masing-masing," seperti yang dinyatakannya dalam fit and proper test di gedung DPR, Kamis 14 Oktober 2010 lalu.
 
Terkait dengan itu Ketua Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan Haris Azhar di Jakarta, Jumat 15 Oktober 2010 menyatakan, pengakuan terbuka Timur itu justru akan membuat masyarakat yang selama ini menjadi korban cemas dan tidak respek. "Seharusnya Kapolri justru mempertimbangkan untuk membubarkan kelompok massa yang melegalkan cara-cara kekerasan," katanya.
 
Apa yang diutarakan oleh Haris tentang FPI itu tentu tidak bisa ditelan bulat-bulat begitu saja. Kita perlu melakukan tabayyun (klarifikasi) atas annaba' (berita/pernyataan) dari Haris itu.
 
-- YAYHA ALDzYN AMNWA AN JAaKM FASQ BNBA FTBYNWA AN TShYBWA QWMA BJHALT  FTShBHWA 'ALY MA F'ALTM NADMYN (S. ALhJRAT,  49:6),  dibaca: yaa-ayyuhal ladziina aamanuu in jaa-akum faasiqum binabain fatabayyanuu  an tushiibu qawman bijahaalatin fatushbihuu 'alaa maa fa'altum naadimiin (s. al hujuraat), artinya:
-- Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasiq dengan  annaba', maka lakukanlah tabayyun, jangan sampai kamu tanpa pengetahuan menimpakan musibah kepada suatu kaum, lalu kamu menyesal atas perbuatanmu.
 
Kepada siapa kita mesti konfrontasikan annaba' yang diutarakan oleh Haris itu dalam melakukan tabayyun ini? Tentu yang paling kena, yaitu kepada Habib Rizieq sendiri.
 
Keterangan Habib Rizieq:
Kita mendirikan FPI dengan hadafnya (tujuannya) penerapan syariat Islam hanya jalan yang kita ambil untuk menuju ke sana lewat amar ma'ruf nahi munkar, karena untuk menerapkan syariat Islam ini kan jalannya banyak, ada yang lewat dialog ada yang lewat pendidikan ada yang lewat ekonomi dan lain sebagainya, nah sedang kita mengambil jalan amar ma'ruf nahi munkar.
 
Kita menyadari, kalau FPI hanya salah satu partikel kecil dari salah satu gerakan islam, artinya kita tidak mengatakan bahwa FPI satu-satunya gerakan islam, gerakan islam manapun di Indonesia dari mazhab manapun dia, dari kelompok aliran pemikiran manapun dia tidak bisa jalan sendiri termasuk FPI. Nah kita bersyukur di sana ada tartibun ilahi, maksud ana tartibun ilahi tanpa kita sadari walaupun antar organisasi-organisasi tersebut mungkin sangat jarang bertemu tapi tanpa kita sadari tiba-tiba terjadi taksimul al a'mal wa wadzoif (pembagian kerja dan tugas). Kita bisa lihat umpamanya NU, siapa sih yang bisa nyaingin NU kalau dalam soal pesantren taradisionalnya, terus kalau kita lihat Muhammadiyah, siapa sih yang bisa menyaingi Muhammadiyah dalam soal pendidikan-pendidikan formal, ada 120an universitas yang di miliki Muhammadiyah di seluruh Indonesia, trus kita lihat lagi ada ICMI yang bergerak di bidang kecendikiaan dan lain-lainnya. Sementara FPI mengambil jalur lebih banyak melakukan aksi fisik di lapangan untuk menghadapi tempat-tempat maksiat dan seterusnya, jadi ana anggap tanpa kita sadari sudah terbagi pembagian tugas secara sendirinya..
Sumber =>
http://islamalternatif.com/id/article.php?story=20060609182005683
 
Asal tahu saja, bukan hanya dalam kalangan ummat Islam ada semacam FPI, melainkan dalam kalangan ummat Kristiani juga ada, yaitu Christian Voice (CV) Evangelis di Inggris. Stephen Green yang direktur CV mengeluarkan pernyataan keras: "We don't have a great deal of confidence in the ability of the police to take any action". Pernyataan keras Stephen Green tsb terkait dengan sebuah acara televisi yang telah melecehkan Yesus yang digambarkan sebagai seorang gay.
Sumber =>
http://news.bbc.co.uk/2/hi/entertainment/4161109.stm
 
***
 
Aksi-aksi FPI dalam tayangan di media elektronik (TV) itu liputannya terkesan anarkis, ya kerjaan insan media elektronik yang haus menayangkan sensasi. Tayangan sensasi itu karena memang merupakan karekteristik media, terutama televisi memang butuh liputan dan gambar yang sensasional. Sengaja tidak menayangkan penampilan gambar-gambar mengenai proses awal di mana para anggota FPI sedang melakukan negosiasi kepada para pemilik tempat hiburan (TH) yang secara hukum TH itu memang melanggar peraturan resmi. Yang sengaja diekspos yaitu tatkala preman yang disewa oleh pihak pengelola tempat maksiyat yang berkedok TH itu melakukan pelemparan dan provokasi, lalu FPI mempertahankan diri atau balas menyerang, secara gambar memang merupakan momen yang cukup menarik. Gambar para aktifis merusak TH itulah yang dinaikkan di layar kaca. Karena secara visual, gambar itu lebih menarik ketimbang gambar orang sedang bernegosiasi yang terlihat hanya pasif.
 
Sangat patut diduga ada unsur kesengajaan dalam penayangan gambar anarkisme yang terjadi. Yaitu pihak media dimanfaatkan oleh para cukong pemilik TH yang bergelimang dengan harta itu untuk menampilkan kesan seolah-olah FPI itu tidak lebih dari segerombolan preman yang bertindak anarkis. Mengapa patut diduga demikian?
 
Karena tindak anarkis yang ditayangkan berulang-ulang di media itu nyaris tidak pernah menyentuh akar masalah. Tidak pernah diulas kenapa sampai terjadi tindakan itu. Media bagaikan macan ompong ketika harus bicara tentang para pengusaha TH yang melanggar Perda dan perundangan. Yang dimunculkan selalu kesan bahwa FPI adalah pelaku tindak anarkis. Namun pengusaha tempat maksiat yang jelas-jelas melanggar hukum negara dan sekaligus hukum agama, sama sekali tidak pernah diekspos.
 
Nah, tabayyun ini merupakan jawaban telak dari persepsi negatif Haris Azhar yang kena sirap mengenai FPI. Ya persepsi hasil ilmu sirap insan media elektronik. Dan apa yang dinyatakan Komjen Timur Pradopo "Prinsipnya akan kita berdayakan sesuai potensi masing-masing," itu dapat diapresiasi. Wallahu a'lamu bishshawab.
 
*** Makassar, 24 Oktober 2010