19 Februari 2011

961 Pada Pokoknya, Aneh dan Cermin

Salah satu diktum SKB Tiga Menteri yaitu melarang penyebaran Ahmadiyah (baca: Qadiyanisme). Menurut M.A. Suryawan yang misionaris qadiyanisme, Parno yang baru dibai'at tewas dalam kerusuhan di Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten. Saya garis bawahi baru dibai'at, itu menunjukkan bahwa "pada pokoknya" organisasi Qadiyanisme ngotot melakukan penyebaran melawan SKB Tiga Menteri. Dialog penting untuk mencegah terjadinya kekerasan. Namun itu  tidak akan bisa dilaksanakan terhadap Ahmadiyah Qadiyan (Qadiyanisme) yang walaupun mengakui Al-Quran dan Nabi Muhammad SAW, akan tetapi mengklaim "pada pokoknya" Ghulam Ahmad adalah seorang nabi yang mendapat wahyu kenabian yang dikompilasi dalam Kitab Tadzkirah. Berbeda dengan Ahmadiyah Lahore yang mengakui Ghulam Ahmad hanya sebagai mujaddid seperti Imam Ghazali dan Iman Syafei. Juga berbeda dengan agama Bahai juga percaya Al-Quran dan Nabi Muhammad SAW tetapi tidak pakai nama Islam, melainkan nama dari yang diklaim sebagai nabinya yaitu Mirza Hussein Ali Bahá'u'lláh (Kemuliaan Tuhan). Jadi yang dapat dilakukan maksimal hanyalah tawaran kepada Qadiyanisme supaya tidak pakai label Islam sebagaimana agama Bahai.
 
Gayus yang bukan Tambunan seorang anggota DPR yang professor hukum dari Komisi Hukum melanggar hukum, karena membalas dendam, sejumlah rekannya dari PDIP "nipuppuluq" KPK masuk hotel gratis. Aneh, DPR yang membuat hukum yaitu pimpinan KPK itu kolektif, mengusir 2 orang anggota pimpinan keluar sidang. Dan aneh lagi, mengundang kemudian lalu mengusir. Kalau eksekutif berbohong, maka diimbangi legislatif yang pendendam dan melanggar hukum. 
 
Kita disuguhi pemberitaan di media grafika dan elektronik revolusi di "Timur Tengah".  Ditulis di antara dua tanda kutip, karena bukankah yang dimaksud dengan "Timur Tengah" itu sesungguhnya di sebelah barat Indonesia? Itukan aneh! Itu artinya para insan media grafika dan elektronik kaki mereka berjejak di Indonesia, leher mereka dipotong sendiri oleh meraka dan kepala mereka diletakkan di barat. Mereka lupa pada nilai kearifan lokal: "Di mana kaki berpijak, di situ langit dijunjung." Semoga Allah berkenan hasil revolusi baik di Tunisia maupun di Mesir, pengganti rejim berkuasa tidak lagi di bawah ketiak Perancis dan Amerika (baca: barat).
 
Itulah gunanya selalu berpedoman pada Al-Quran, agar tanpa sadar tidak terbius pengaruh barat. Daerah termaksud menurut terminologi Al-Quran:
-- LA SyRQYt WLA GhRBYt (S.ALNWR, 24:35), dibaca: laa syarqiyyatin wa laa gharbiyyatin, artinya:
-- tidak di timur dan tidak di barat, maksudnya terletak antara timur dengan barat, atau KAWASAN TENGAH.
 
"Timur Tengah" adalah istilah umum yang sudah lazim digunakan. Itulah
sebabnya saya katakan di atas: "agar tanpa sadar tidak terbius." Menjadi lazim, itu cermin betapa kebanyakan orang tanpa sadar terbius pengaruh barat, yang telah mendarah daging, bukan saja dalam hal politik dan ekonomi.
 
Karena bumi bulat, maka yang dimaksud dengan timur dan barat adalah diambil
jarak garis lengkung terdekat. Kalau garis lengkung itu diambil seenaknya (arbitrary), Mesir boleh saja ada di timur dan Australia ada di barat, kalau garis lengkungnya yang panjang yang jadi patokan.
 
Datoka ri Paqgentungang (DrP) attunu kaluruq ri kilaq taqbebea (menyulut rokok pada kilat yang memancar). Di balik cerita yang berbungkus mistik itu tersirat sebuah pesan kearifan lokal. DrP adalah personifikasi seorang atau sekelompok orang, atau suatu bangsa yang bervisi entrepreneurship, yaitu sigap memanfaatkan sekilas peristiwa yang terlintas di depannya. Bangsa Indonesia telah memanfaatkan sekilas peristiwa kevakuman kekuasaan untuk memaklumkan proklamasi kemerdekaan.
 
Ini pengalaman saya bercermin pada DrP, memanfaatkan sekilas peristiwa. Ada sebuah ayat yang penjelasannya dalam kitab-kitab tafsir yang sempat saya baca, belum memenuhi betul hasrat kepuasan inteketual saya, yaitu ayat:
-- ALM TR AN ALLH YWLJ ALYL FY ALNHAR W YWLJ FY ALNHAR FY ALYL (S. LQMN, 31:29), dibaca: alam tara annaLlaaha yuulijul laila finnahaari yuulijun nahaara fillaili, artinya:
-- Tidakkah engkau perhatikan bahwa (oleh Allah) dimasukkanNya malam di dalam siang dan dimasukkanNya siang di dalam malam.
 
Akhirnya saya memahami dengan puas makna ayat (31:29) tersebut. Dan prosesnya sangat sederhana. Artinya bukan dengan jalan mengkaji, melainkan dengan memanfaatkan sekilas peristiwa, yang pada waktu itu saya dalam keadaan "relax". Pada musim panas di negeri Belanda tahun 1973, seorang Belanda manula, yang sama-sama menempati gedung pemukiman H.T.O. di Den Haag, menyapa saya dengan ucapan goeden avond yang berarti malam yang baik, good evening, kombangwa. Pada hal waktu itu matahari masih tinggi di atas ufuk, sekitar 30 derajat. Maklumlah di musim panas siang lebih panjang dari malam. Orang Belanda itu menyapa saya goeden avond pada hal hari masih siang. Buat saya inilah penjelasan memasukkan siang di dalam malam, artinya "jatah" malam diambil oleh siang.
 
Sejak kecil saya sudah tahu bahwa dalam musim panas di daerah yang 4-musim, siang lebih panjang dari malam. Tetapi tidak pernah terpikirkan sebelumnya, bahwa inilah penjelasan ayat (31:29). Sangat sederhana penjelasannya, dan memenuhi hasrat kepuasan intelektual saya. Sama dengan Newton, tentu sudah lama ia pernah menyaksikan buah yang jatuh, tetapi baru waktu berbaring bersantai menyaksikan appel jatuh, terus terlintas dipikirannya sebagai penjelasan tentang penyebab appel itu jatuh. Yaitu kekuatan menarik bumi, gravitasi. Ya, bercermin pada DrP: "Attunu kaluruq ri kilaq taqbebea."
 
WaLlahu a'lamu bisshawab.
 
*** Makassar, 13 Februari 2011